Mantan Tawanan Palestina Buka Suara Ungkap Kondisi di Penjara Israel

Pada Ahad (19/01/2025), kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera antara Pejuang Palestina dengan Penjajah Israel resmi dilaksanakan. Perjanjian itu akan terdiri dari 3 tahapan, untuk fase pertama akan berjalan selama 42 hari. Terkait fase kedua dan ketiga akan disepakati lebih lanjut nantinya. Pertukaran sandera telah berjalan, 3 tawanan penjajah Israel ditebus dengan 90 tawanan Palestina, di antaranya Khalida Jarrar.

Salah seorang Anggota Legislatif Palestina, Khalida Jarrar mengatakan, administrasi penjara Israel tidak memperlakukan tahanan -baik pria maupun wanita- sebagai manusia. Dan, kondisi penjara di bawah naungan pemerintahan Penjajah Israel saat ini, adalah yang terburuk sejak peristiwa Perang Enam Hari di Tepi Barat pada tahun 1967.

“Saya belum pernah merasakan perlakuan sekeras ini, baik dalam hal penyerangan berkali-kali terhadap tahanan -pria dan wanita-, penyemprotan gas yang terus menerus, kualitas dan kuantitas makanan yang buruk, hingga kebijakan kurungan isolasi yang diterapkan otoritas penjajah.”

Ruang Sel Isolasi

Pada Selasa (26/12/2023), Jarar ditangkap dan dimasukkan ke dalam sel. Setelah 8 bulan, tepatnya bulan Agustus 2023, dia dipindahkan ke ruang isolasi., Saat itu, suhu sedang tinggi-tingginya, ditambah penempatan ruang sel yang diletakkan di dataran tinggi.

Tidak hanya itu, ukuran sel memiliki panjang dua meter dan  lebar 1,5 meter. Terkunci sepenuhnya tanpa menyisakan ventilasi apa pun, bahkan jendela yang berada di pintu.

“Suhu mencapai 45 derajat, dan air di dalam sel hampir selalu terputus,” ujar pejuang pembebasan Palestina tersebut.

Jarrar melanjutkan, dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera Net, dia tidak diizinkan meninggalkan sel, bahkan satu menit pun. Penyediaan makanan ditunda, selama hari-hari pertama isolasi.

"Saat itu adalah masa-masa tersulit. Saya menghabiskan 6 bulan di sel isolasi dan baru dibebaskan kemarin, Senin (20/01/2025)."

Selain itu, berdasarkan kesaksian -mantan- tawanan perempuan lainnya, mengatakan, sebelum dibebaskan, kami diperlakukan dengan sangat kejam. Pukulan-pukulan dilayangkan kepada kami, dihinakan dan direndahkan dengan sengaja.

(Sumber: Al Jazeera)