Masjid Quba dan Awal Peradaban Islam
Penulis: Muhammad Hanif (Mahasiswa Universitas Islam Madinah dan Kontributor sabili.id)
Salah satu masjid penting bagi umat Islam adalah Masjid Quba. Masjid ini terletak di tenggara kota Madinah. Jaraknya lebih kurang tiga km dari Masjid Nabawi. Dulu, batas Madinah ialah batas Masjid Nabawi dan halaman yang saat ini merupakan perluasannya.
Masjid Quba adalah masjid yang pertama kali dibangun Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Bersama para sahabat Radhiyallahu ‘Anhum, beliau membangun masjid itu sebelum memasuki Madinah.
Rasulullah saw sendiri yang langsung membangun pondasi awal dari Masjid Quba. Kala itu, para sahabat sebenarnya tak senang hati melihat Rasulullah saw memikul sendiri batu berat untuk pondasi, dan ingin mengambil batu itu dari beliau. Namun, beliau menyuruh sahabat untuk mengambil batu yang lain dan tetap mengangkat batu itu. Ini adalah pendidikan Nubuwah yang sangat halus. Lewat tindakan itu, tampak bahwa Rasulullah saw adalah sosok yang memberi teladan atau contoh sebelum memberi tugas kepada yang lain.
Ketika itu, bersama sahabat Abu Bakar, Umar, dan muhajirin lainnya, Rasulullah saw meletakkan batu pertama untuk pembangunan Masjid Quba, dan kerap shalat di sana baik saat kiblat umat Islam masih menghadap Masjid Al Aqsha, ataupun setelah menghadap Masjid Al Haram di Makkah. Hal ini membuktikan, Rasulullah saw mengajarkan kepada sahabat Anshar, bahwa mereka yang jauh-jauh datang dari Makkah dan rela meninggalkan kehidupan mereka di sana, tidak hanya tampil sebagai tamu saat berada di tempat baru, melainkan juga memiliki andil besar dalam momentum pembangunan peradaban baru di Kota Madinah.
Diriwayatkan, saat Rasulullah saw tiba di Quba, beliau disambut oleh Bani (Keluarga) Amr bin ‘Auf. Kala itu, keluarga mereka memiliki kebun yang luas yang berlokasi di sekitar Masjid Quba.
Rasulullah saw singgah di Quba selama empat hari. Di Quba, beliau bermalam di rumah sahabat Kultsum bin Hadam. Selanjutnya, tepatnya di hari Jumat pagi, beliau bertolak ke Madinah.
Selama di sana, dengan besarnya pahala shalat di Masjid Nabawi, Rasulullah saw juga masih sempat pergi ke Masjid Quba. Biasanya, beliau mendatangi Masjid Quba dengan berjalan kaki ataupun menaiki unta setiap hari Sabtu, saat kondisi beliau tengah lapang. Terkait besarnya keutamaan ibadah di Masjid Quba, Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang bersuci dari rumahnya kemudian mendatangi Masjid Quba, lalu shalat dua rakaat di dalamnya, maka baginya pahala umrah,” (HR. Ibnu Majah)
Bagi kaum muhajirin, Masjid Quba memiliki keistimewaan tersendiri. Diriwayatkan, jika orang-orang muhajirin rindu akan kampung mereka, Makkah, mereka biasa datang ke masjid ini dan berharap suatu saat bisa kembali ke kampung halamannya.
Jika di Madinah ada sumur Bairuha (Sumur Ha’), maka di Quba juga ada Sumur Ariis atau juga dikenal dengan Sumur Khaatam (cincin). Rasulullah saw pernah meminum air dari sumur tersebut dan juga bersuci di sana.
Salah satu riwayat menyebutkan, pada masa Utsman bin Affan ra, di sumur Ariis inilah cincin yang pernah dipakai oleh Rasulullah saw, Abu Bakar, dan Umar bin Khattab terjatuh. Sehingga, Utsman bin Affan saat itu memerintahkan untuk mengeringkan air sumur itu dan melakukan pencarian selama kurang lebih tiga hari. Namun, cincin tersebut tak ditemukan. Hingga saat ini, bagian sumur tersebut diberi tanda untuk mengenang sirah dari kisah tersebut.
Kaum munafik kala itu juga sengaja membangun tandingan atas Masjid Quba. Masjid Dhirar. Namun, berbeda dengan Rasulullah saw dan sahabat yang membangun masjid dengan tujuan menyatukan umat Islam, tujuan mereka membuat masjid malah justru mencuatkan perpecahan di antara umat Islam. Sebab, mereka yang malas pergi ke Masjid Quba dan Masjid Nabawi kala itu sengaja membangun masjid tandingan, yang selanjutnya menjadi tempat mereka berkumpul. Jadi, mereka mendirikan masjid bukan atas dasar takwa, melainkan kebencian. Sehingga, Allah ta’ala menegur mereka dengan firman-Nya,
“Janganlah kamu shalat dalam mesjid itu selama-lamanya (Masjid Dhirar). Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih” (Qs At-Taubah:108)
Begitulah pengajaran Rabbani kepada kita. Bahwa tidak semua yang tampak sebagai kebaikan pada aslinya memang baik. Banyak yang mungkin kita anggap berperan banyak dalam kebaikan Islam, tetapi ternyata ia sendiri malah mencari keuntungan pribadi dan memiliki maksud tersendiri.
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah Masjid Quba ini. Dan kita berdoa agar Allah melindungi kita dari tipu serta makar orang-orang zhalim. Dan Allah jaga hati kita dari sifat kemunafikan.