Memahami Cara Berpikir Lawan
Pasukan Romawi memang berhasil membunuh seluruh panglima perang muslimin yang telah dipersiapkan Rasulullah Saw, mulai Zaid bin Haritsah, Jafar bin Abdul Muthalib, hingga Ibnu Rahawah. Namun, apa kerugian mereka? Tak lagi bisa membaca struktur pemikiran gerakan pasukan muslimin.
Pasukan muslimin pun segera mencari panglima baru, yang belum dikenal lawan. Sebab, dia baru masuk Islam setelah perjanjian Hudaibiyah. Dia sosok yang memahami Romawi, juga memahami budaya dan karakter bangsa Arab. Perpaduan inilah yang menyebabkan Romawi ketakutan menghadapinya.
Apa yang dilakukan Muhammad Al-Fatih sebelum menaklukkan Konstantinopel? Dia pelajari hampir seluruh bahasa Eropa, membaca pemikiran dan filsafatnya, serta sejarah dan peperangannya. Hal itu untuk mengetahui jiwa, karakter, pemikiran, dan budaya bangsa Eropa. Setelah itu, dipersiapkannya seluruh kebutuhan untuk membebaskan Konstantinopel.
Apa yang dilakukan Yahya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza, sebelum 7 Oktober 2023? Saat di penjara penjajah Israel, ia memelajari bahasa Ibrani, membaca sejarah, seluk beluk budaya, serta karakter dan peperangan penjajah Israel. Saat dikeluarkan dari penjara, dia merancang strategi melawan penjajah Israel yang bersenjatakan paling modern dan didukung oleh negara adi daya.
Apa yang terjadi pada pasukan Romawi di Perang Mu'tah, sekarang dialami oleh penjajah Israel, saat para pemimpin faksi perlawanan berhasil dibunuh seluruhnya. Seorang peneliti senior di Institut Studi Keamanan Nasional di Tel Aviv, Orna Mizrahi, telah menghabiskan waktu puluhan tahun bekerja di militer dan Dewan Keamanan Nasional Israel. Dia mencatat bahwa sebelumnya, ia “dapat mengukur niat Hizbullah dengan mengikuti pemimpinnya, Hassan Nasrallah, yang telah memimpin kelompok tersebut sejak 1992 hingga dia dibunuh dalam pengeboman Beirut pada 27 September.”
“Nasrallah adalah musuh yang saya kenal. Saya mendengarkannya, membaca pidatonya, dan sebagai hasilnya, saya merasa seolah-olah memahami logika dan strategi Hizbullah. Dia menjelaskannya,” kata Mizrahi dalam Podcast Haaretz minggu ini.
“Sekarang kita memiliki tantangan untuk memahami, pertama, siapa pemimpin baru organisasi ini, dan apakah ada pedoman baru untuk aktivitas organisasi ini? Dan apakah ada perubahan dalam strategi organisasi?” tambahnya.
Israel, menurut Mizrahi, tidak tahu siapa yang harus dipantau setelah kemungkinan pembunuhan Sayyed Hashem Safieddine, yang siap menjadi pengganti Sayyed Nasrallah, bahkan sebelum ia memiliki kesempatan untuk mengambil alih jabatan tersebut. Oleh karena itu, Hizbullah kemungkinan besar akan merahasiakan identitas pemimpin baru mereka, jika memang sudah ditunjuk, tambahnya.