Israel Memanas!! Puluhan Ribu Warga Demo hingga Ancaman Perang Saudara
Situasi di Israel kian memanas. Senin pagi, 13 Februari 2023 sedikitnya 50 ribu warga Israel berdemo di depan kantor parlemen menolak amandemen kontroversial atas undang-undang peradilan yang diajukan oleh rezim Netanyahu. Demo besar ini juga diikuti dengan aksi mogok masal para pekerja lintas profesi, termasuk para pekerja di sektor keuangan dan teknologi yang menjadi tulang punggung perekonomian Israel.
Gelombang demo besar-besaran telah terjadi secara terus menerus sejak beberapa bulan terakhir sebagai bentuk protes atas rezim Netanyahu yang koruptif dan diktator. Netanyahu kembali berkuasa pasca pemilu november lalu dengan menggandeng partai sayap kanan radikal dan ultra ortodoks sebagai koalisi.
Para pendemo menolak keras amandemen tersebut yang dinilai sebagai kejahatan konstitusional. Dalam salah satu pasalnya termuat “Parlemen Israel (Knesset) berhak menganulir keputusan mahkamah agung dengan syarat mendapatkan 61 suara dari 120 anggota parlemen dalam voting.”
Seorang demonstran yang bernama Neta Karen Tal mengatakan,
“Pengadilan Netanyahu adalah pangkalnya. Ia berusaha dengan segala cara untuk lolos dari jerat hukum.”
Sebagaimana diketahui pasca kemenangan perdananya sebagai perdana mentri pada 2019 lalu Netanyahu dituduh melakukan korupsi. Bahkan ia diminta mundur sebagai bentuk integritasnya sebagai pemimpin. Namun ia menolak.
Dalam pidatonya yang disiarkan melalui televisi pada ahad lalu, Presiden Israel Isaac Herzog mengatakan,
“Negara berada dalam jurang keruntuhan sosial & Kontitusional.” Ia juga mengkhawatirkan matinya demokrasi di Israel.
Kekisruhan juga menyelimuti ruang sidang parlemen, pada senin sedikitnya 14 anggota parlemen Israel diusir dari sidang ketika voting sedang diadakan untuk menunda pembahasan amandemen UU peradilan yang kontroversial tersebut. Sebelumnya pada bulan januari lalu Netanyahu mengingatkan potensi perang saudara jika demo dan mogok massal berlarut sehingga melumpuhkan ekonomi Israel.
(Sumber: times of Israel & Russian Today)