Membuka Wawasan dan Menumbuhkan Cinta pada Daerah Lewat Buku Program Residensi

Indonesia adalah negara besar. Wilayahnya luas. Mengunjungi sejumlah wilayah di Indonesia tentu membawa pengalaman menarik. Terlebih, ketika berkesempatan mendatangi sejumlah tempat yang termasuk wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar) Indonesia. Rasanya tak dapat digambarkan dengan kata-kata. Sebab, pengalaman itu dapat membuka wawasan dan Menumbuhkan Cinta pada Daerah.

Perasaan itu diungkapkan penulis novel, Ary Nilandari, dalam kesempatan wawancara khusus secara pribadi, pada Kamis (12/12/2024). Ary Nilandari adalah salah satu penulis yang berkontribusi dalam program residensi. Ia adalah penulis yang sudah menulis banyak novel untuk anak dan remaja.

Ary menuturkan pengalaman dia mengikuti rangkaian perjalanan dalam program residensi. Program itu diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), tanggal 9-12 Desember 2024. Dan “Peluncuran Buku Novel Residensi Penulis Buku Cerita Anak di Wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar)” yang berlangsung meriah pada Rabu (11/12/2024) menjadi salah satu dari rangkaian acara dalam program residensi itu.

Dilansir dari Kemendikmud.go.id, peluncuran buku yang digelar di Hotel Jayakarta, Jakarta Barat, itu dihadiri oleh sekitar 100 siswa SMA/sederajat di wilayah DKI Jakarta beserta guru pendamping. Acara itu diharapkan dapat memerkenalkan karya-karya sastra kepada generasi muda sekaligus meningkatkan apresiasi terhadap keberagaman budaya di Indonesia.

Program residensi itu diikuti 25 penulis yang sebelumnya menjalani residensi di berbagai wilayah 3T di Indonesia. Sasaran untuk novel-novel yang dihasilkan dalam program ini adalah para pembaca di jenjang membaca E (rentang usia 16–18 tahun).

MPUII Imbau Pilih Pemimpin dengan Musyawarah
Hal itu ia katakan di sela acara silaturahmi bersama pimpinan ormas-ormas Islam yang diadakan MPUII pada Rabu (11/12/2024) di Ruang Rapat Sriwijaya, Lantai 2 Gedung B DPD-RI, Senayan.

Saya mendapat undangan dari Badan Bahasa untuk ikut audisi sebagai residen. Berdasarkan portofolio, saya terpilih,” kisahnya tentang bagaimana ia bisa menjadi salah satu dari 25 penulis yang terpilih dalam program residensi.

Menurut Ary, pengalaman mengikuti program residensi sangat berkesan buat dia. Sebab, program residensi itu memberikan ruang untuk mengeksplorasi budaya dan kehidupan di daerah 3T. Ketika ditanya tentang tantangan selama residensi, Ary menjawab, ia tidak menemui hambatan berarti.

Penduduknya sangat ramah dan membantu. Di Bintan, tempat saya tinggal, fasilitasnya juga nyaman. Panitia residensi melibatkan teman-teman di balai bahasa, sehingga makanan selalu tersedia,” tuturnya.

Ary menulis dua buku untuk program residensi ini. Kedua buku itu memiliki tema yang kuat dan beragam. Buku pertama bergenre fantasi yang berjudul “Ramalan Laut untuk Banua”. Buku itu mengangkat tradisi dan budaya Suku Laut di Kepulauan Riau, khususnya di Pantai Kawal. Sedangkan buku kedua adalah semi novel-puisi yang berjudul "Puisi Petisi Pembebasan". Buku itu mengisahkan perjuangan tujuh siswa SMA dalam menyelamatkan teman dan guru mereka dari eksploitasi agen tenaga kerja ilegal.

Melalui karya tersebut, Ary berharap para pembaca muda dapat menumbuhkan kecintaan pada daerah mereka masing-masing. “Setiap daerah memiliki banyak kelebihan dan keunikan. Kekurangan pasti ada, tetapi itu tidak boleh menjadi penghalang untuk maju,” katanya.

CEO GREAT Edunesia: “Hari Guru Nasional Sejatinya Memiliki Misi Menghidupkan Ruh Kemanusiaan”
Sejatinya pendidikan ialah tanggung jawab bersama. Bukan hanya ranah guru. Sebab, pendidikan dalam arti luas berarti usaha membangun manusia unggul, maka setiap unsur adalah guru.

Ary juga menekankan pentingnya sastra dalam membantu pembaca muda memahami kehidupan di wilayah 3T. “Novel dapat menyajikan segala aspek dari tokoh, konflik, setting, hingga perspektif khas daerah. Ini menjadi cermin remaja di daerah tersebut sekaligus pembuka wawasan bagi remaja lainnya,” jelasnya.

Ary bertutur, banyak pengalaman unik dan berkesan yang ia alami selama residensi. Ia mengungkap, selama berada di Pulau Bintan — tempat ia ditugaskan dalam program tersebut — dirinya bertemu dengan berbagai kalangan. Di antaranya siswa, nelayan, pedagang, hingga anak-anak. Mereka semua memiliki cerita personal yang beragam, dari yang lucu hingga yang inspiratif.

Melalui kedua bukunya, Ary ingin pembaca muda tidak hanya merasa bangga dengan daerah asal mereka, tetapi juga terdorong untuk menggali kearifan lokal dan mendapatkan inspirasi dari kehidupan di sekitarnya. Dua novel tersebut, serta novel-novel karya 24 penulis yang lain, bisa diakses di website resmi Kemendikbud mulai awal tahun 2025 mendatang.