"Memilih di Antara Dua Kematian" (Kesaksian Dokter WNI di Gaza)

Aksi kepedulian terhadap Palestina kembali bergema di Indonesia. Lembaga filantropi SMART 171 berkolaborasi dengan komunitas Baik Berisik dan Temani.id menggelar acara bertajuk “Palestine Day”, Senin (12/5/2025), di Masjid Al-Jabar, Jatinangor, Jawa Barat. Acara yang diselenggarakan meliputi lomba menggambar dan mewarnai untuk siswa sekolah, lengkap dengan hiburan nasyid dari anak TPA hingga SMA, mini rally aksi bersama kakak mahasiswa, juga seminar dengan tokoh-tokoh kunci semisal dokter Indonesia yang baru kembali dari Gaza.

Yang menarik, di kesempatan itu, ada kesaksian dokter spesialis bedah saraf yang membeberkan kondisi lapangan yang menurut dia layak disebut sebagai genosida sistematis. Spesialis bedah syaraf itu adalah dr. Dany Airlangga, Sp.BS. Ia mengatakan, butuh waktu 18 tahun persiapan mental dan teknis bagi dirinya sebelum bisa menjadi bagian dari tim kemanusiaan.

Sejak 2007 saya ingin ke Gaza. (Tahun) 2021 mulai serius menapaki langkahnya. Januari 2025 sudah berangkat tetapi tidak bisa masuk perbatasan dan harus kembali pulang, hingga Alhamdulillah, Maret 2025 bertepatan Ramadhan saya bisa masuk dan bertugas di sana,” tuturnya.

Sabili.id Berhasil Temui Langsung Pimpinan Pejuang: Ungkap Fakta, Tepis Fitnah
Dalam misi jurnalistik yang penuh tantangan, tim Sabili.id berhasil menemui langsung para pimpinan Hamas, aktivis Gaza, ulama terkemuka Palestina, hingga mantan tahanan yang telah bebas dari penjara penjajah.

Dokter Dany menggambarkan krisis kesehatan akibat serangan dan blokade Israel yang menyulitkan penanganan maksimal. Kata dia, kala bertugas dengan fasilitas, obat, dan perlengkapan yang seadanya, tenaga kesehatan di sana hampir-hampir tak ada waktu untuk berisitirahat. “Sehari bisa 5 sampai 10 operasi," katanya.

Keterbatasan yang ada bahkan membuat mereka dihadapkan pada situasi yang mengharuskan mereka memilih di antara dua pilihan yang berat. "Pernah kami dihadapkan dengan dua pasien yang kondisi keduanya sama-sama buruk. Buruk sekali. SDM dan ruang operasi hanya bisa memroses satu, sehingga ketika selesai dan mengecek pasien yang lain, rupanya ia sudah wafat,” kisahnya.

Menurut penuturan dokter Dany, pengalaman di Gaza benar-benar mengubah mindset-nya. Ia menyebut, rasanya malu jika masih mengeluh. “Mereka (warga Gaza) jauh dari keluhan. Beberapa kali mereka ditanya dan jawabannya, 'Alhamdulillah ala kulli syai',”. ujar dr Dany, yang selama di Gaza menangani ratusan kasus luka tembak, amputasi, dan korban runtuhan bangunan.

Di dalam sesi berikutnya, seorang perwakilan rakyat Palestina yang berstatus pengungsi di Indonesia menjelaskan bahwa 90 persen wilayah Gaza kini telah hancur total. Di Gaza, kini akses listrik, air, makanan, dan obat-obatan, nyaris putus total.

Rumah sakit jadi target. Dokter ditangkap, disiksa, bahkan dibunuh. Salah satunya adalah dr Hussam Abu Safiya yang hingga kini dipenjara dan disiksa oleh otoritas Israel,” ungkapnya.

Tokoh Masjid Jogokariyan DIY Gugat UU Zakat ke MK
Tokoh Masjid Jogokariyan DIY, KH Jazir (Pemohon I), dan Indonesia Zakat Watch (Pemohon II) mengajukan gugatan itu pada Kamis (8/5/2025). Gugatan kali ini menyoroti dominasi negara dalam urusan zakat dan potensi konflik kepentingan di tubuh BAZNAS, dan menekankan prinsip tata kelola yang baik.

Dosen Jurnalistik Universitas Padjadjaran yang juga Direktur SMART 171, Maimon Herawati, menegaskan bahwa tekanan internasional perlu terus dimasifkan. Terutama dari jalur politik, ekonomi, dan gerakan pemuda. Ia pun menyoroti potensi Indonesia untuk bersuara lebih kuat secara diplomatik.

Israel semakin tersudut secara politik dan ekonomi. Kabar terbaru adalah Trump (Presiden Amerika Serikat, red) menyepakati gencatan senjata dengan Hamas yang memberi dampak Rafah dibuka selama 70 hari untuk masuknya bantuan kemanusiaan. Indonesia bisa menggertak apa?” katanya.

Palestine Day digelar sebagai bentuk edukasi publik, khususnya generasi muda, agar lebih memahami realitas penindasan yang berlangsung di Palestina dan menjadi wadah bertemu juga belajar bersuara dengan cara apa pun. Ini bukan sekadar lomba mewarnai dan menggambar, tetapi adalah cara melibatkan anak muda agar bersuara untuk Palestina. Ini bukan sekadar seminar, tetapi pernyataan sikap bahwa warga Indonesia tidak diam dalam urusan kemanusiaan.

Rangkaian acara Palestine Day lalu diakhiri dengan mini rally aksi bersama kakak mahasiswa dari Student for Justice for Palestine (SJP) dan pengumuman pemenang berbagai lomba.