Mendadak Tarik Pasukan, Penjajah Israel Kelimpungan Rugi Biaya Operasi?
Pada Sabtu (11/1/2025) malam, surat kabar milik Penjajah Israel, Haaretz, mengatakan, tentara Israel telah menyetujui rencana untuk segera menarik pasukannya dari sebagian besar wilayah Gaza, seiring dengan kemajuan negosiasi. Diduga, hal itu terkait biaya operasi mereka yang besar. Sebab, di hari yang sama, surat kabar ekonomi Israel, Calcalist, ikut melaporkan, berdasarkan perkiraan bank milik Israel, biaya pembantaian di Jalur Gaza hingga akhir tahun 2024 lalu tercatat berjumlah sekitar 250 miliar shekel ($ 67,57 miliar).
“Biaya yang besar ini merupakan pukulan telak bagi mereka, dan menunjukkan kegagalan operasinya di Jalur Gaza,” tambah surat kabar milik Israel tersebut.
Kegagalan tentara Penjajah Israel tidak berhenti pada angka tersebut. Sebelumnya, kegagalan mereka didahului dengan banyaknya korban jiwa dan luka-luka. Perang pun memberi dampak terhadap mereka. Baik terdampak secara fisik maupun mental.
Kementerian Keuangan penjajah Israel melaporkan, Israel telah mengeluarkan tidak kurang dari 125 miliar shekel ($ 34,09 miliar) sejak dimulainya peristiwa Thufan Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023. Pada Desember 2024 lalu, Penjajah Israel mencatat defisit anggaran (pengeluaran lebih banyak daripada pendapatan) sebesar 19,2 miliar shekel ($ 5,2 miliar). Hal ini akibat tingginya pengeluaran untuk membiayai pembantaian di Gaza dan Lebanon. Penyebab lainnya, Penjajah Israel tidak memerhitungkan dengan matang dampak negatif dari operasinya terhadap berbagai aspek.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel telah melakukan genosida di Gaza. Menyebabkan lebih dari 155.000 orang Palestina syahid dan terluka. Sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan wanita. Dan lebih dari 11.000 orang hilang, di tengah kelaparan yang menewaskan puluhan anak-anak dan orang tua.
(Sumber: Al Jazeera & Alquds News)