Mengenang Genosida Atas Ribuan Muslim di Srebrenica 28 Tahun Silam

Lebih dari 8.000 Muslim Srebrenica, Bosnia, harus tewas di tangan militer Serbia, 28 tahun lalu. Peristiwa di tahun 1995 itu tercatat sebagai genosida mengerikan yang terjadi terhadap umat manusia.

Peristiwa itu terjadi tepatnya pada 11 – 13 Juli 1995, tiga tahun setelah perang saudara Bosnia. Saat itu, militan Serbia yang dipimpin oleh Jenderal Ratko Mladic memasuki kota timur Srebrenica setelah PBB menyatakan status “Zona Aman” untuk daerah tersebut. Sebelumnya, pada April 1993, Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) menyatakan daerah enklave yang terkepung di Lembah Drina, Srebrenica, Bosnia timur laut, itu sebagai "daerah aman" di bawah perlindungan PBB. Daerah tersebut dilindungi oleh pasukan penjaga perdamaian PBB yang berasal dari Belanda, berjumlah kira-kira 600 tentara, dengan bersenjata ringan.

Namun, pada Juli 1995 itu, 600 tentara Belanda (Dutchbat) yang tergabung dalam Pasukan Perlindungan dari Persatuan Bangsa-Bangsa bernama United Nations Protection Force (UNPROFOR), itu tidak mencegah pendudukan atas Srebrenica. Juga tak mencegah pembantaian yang terjadi setelahnya. Entah karena tidak tahu, tidak mau mencegah, atau tidak mampu, mereka membiarkan militan Serbia yang disetujui oleh PBB memasuki daerah demiliterisasi lalu perlahan memulai pembunuhan massal terhadap umat Muslim.

Pembunuhan secara massal itu dilakukan oleh tentara Vojska Republike Srpske (VRS) di bawah komando Ratko Mladic. Sebuah unit paramiliter Serbia bernama Scorpions yang menjadi bagian dari Kementerian Dalam Negeri Serbia sampai tahun 1991 juga ikut terlibat dalam pembantaian tersebut.

Terdapat lebih kurang 8.372 nama di dalam daftar orang hilang atau terbunuh selama pembantaian itu. Daftar itu disusun oleh Komisi Federal Bosnia untuk Orang Hilang. Hingga Juli 2012 , sejumlah 6.838 korban genosida telah diidentifikasi melalui analisis DNA dari bagian tubuh yang diambil dari kuburan massal. Per Juli 2021, ada sekitar 6.671 jenazah yang telah dimakamkan di Memorial Center of Potočari, sementara 236 lainnya telah dimakamkan di tempat lain.

Pada 27 Februari 2007, Mahkamah Internasional menetapkan kejadian itu sebagai sebuah genosida. Selain pasukan Serbia Bosnia, pasukan paramiliter Serbia, Scorpion, dinyatakan bersalah. Ratusan sukarelawan dari Ukraina dan Rusia dinyatakan juga turut bersalah atas pembantaian tersebut.

Di dalam sebuah pernyataan, Perwakilan Tinggi Uni Eropa dan Komisaris Johannes Hahn, menyatakan, genosida tersebut secara terang-terangan telah melanggar penghormatan terhadap martabat manusia, kebebasan, demokrasi, dan kesetaraan. Intinya, genosida adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. Dan dikategorikan sebagai pelanggaran HAM berat.

Genosida artinya adalah sebuah pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu suku bangsa atau sekelompok suku bangsa dengan maksud untuk memusnahkan atau membuat punah suku bangsa tersebut. Genosida merupakan satu dari empat jenis pelanggaran HAM berat yang berada dalam yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional. Tiga jenis pelanggaran HAM berat lainnya ialah kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan agresi.

Srebrenica, dan wilayah di sekitar Central Podrinje, memiliki kepentingan strategis yang sangat besar bagi kepemimpinan Serbia Bosnia. Sebab, kedua wilayah tersebut merupakan jembatan menuju dua bagian yang terpisah dari negara etnis Republika Srpska.

Tahun 1991, 73% populasi di Srebrenica adalah Muslim Bosnia dan 25% adalah Serbia Bosnia. Pada awal 1990-an, ketegangan yang terjadi di antara Muslim Bosnia dan Serbia Bosnia di Srebrenica meningkat ketika penduduk lokal Serbia Bosnia mulai diberi senjata dan peralatan militer yang didistribusikan oleh kelompok paramiliter Serbia, Jugoslovenska Narodna Armija (JNA) dan Serb Democratic Party (SDS).

Pada April 1992, Srebrenica semakin terisolasi oleh pasukan Serbia. Pada 17 April 1992, penduduk Muslim Bosnia di Srebrenica diberi ultimatum untuk dalam 24 jam menyerahkan semua senjata dan meninggalkan kota. Pada April 1992, Srebrenica sempat direbut oleh Serbia Bosnia, dan kemudian direbut kembali oleh Muslim Bosnia pada 8 Mei 1992. Meski pun demikian, Muslim Bosnia tetap dikepung oleh pasukan Serbia, dan terputus dari daerah-daerah terpencil.

Dikutip dari situs Cage.ngo sehubungan dengan memperingati konflik Bosnia dan Genosida Srebrenica tahun 2017, Outreach Director of CAGE, Moazzam Begg, mengatakan sejumlah hal. Isi pernyataannya adalah:

“Pada tahun 1994, saya melakukan perjalanan pertama dari banyak perjalanan untuk membawa bantuan kepada rakyat Bosnia dan Herzegovina, dan membantu membela mereka. Seperti banyak orang lainnya, saya merasa ngeri dengan pembunuhan, penyiksaan, dan pemerkosaan massal yang dilakukan terhadap Muslim Bosnia dan dilakukan di kamp konsentrasi terkenal seperti Omarska, Trnopolje, dan Uzamnica.

Semua ini terjadi sebelum pembunuhan 8.000 pria dan anak laki-laki di Srebrenica, tempat di mana Muslim Bosnia mengungsi, karena wilayah itu adalah zona aman yang ditunjuk oleh PBB di bawah perlindungan tentara Belanda.

Di dunia, pasca ISIS hari ini, ini adalah pengingat serius tentang genosida terbesar terhadap warga sipil di Eropa sejak Perang Dunia Kedua, yang mana dilakukan oleh orang-orang yang menggambarkan diri mereka sebagai pengikut agama Kristen dan sekularisme.

Selain kehilangan yang tak terbayangkan yang dihadapi oleh para korban dan kerabat mereka, kita tidak boleh lupa bahwa banyak orang yang saat ini mengklaim nilai dan prinsip yang lebih tinggi, hanya berdiri dan menonton.”

Sejarah telah mencatat, genosida terhadap umat Muslim di Srebrenica merupakan kekejaman yang amat mengerikan. Maka, kita sebagai saudara seiman patut menjadikan hal ini sebagai pelajaran agar tidak terulang kembali. Sebab, ikatan seorang mukmin terhadap yang lainnya bagaikan satu bangunan yang saling menguatkan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
Permisalan seorang mukmin dengan mukmin yang lain itu seperti bangunan yang menguatkan satu sama lain.” – HR. Bukhari no. 6026 dan Muslim no. 2585