Mental Pemukim Yahudi di Wilayah Penjajahan Israel
Cara rakyat Palestina menghadapi penjajah Israel hanya satu, yaitu terus bertahan. Terus bersabar. Terus berjuangs. Uni Soviet dan Amerika terusir dari Afghanistan karena hal ini. Amerika terusir dari Vietnam. Belanda terusir dari Indonesia juga karena hal ini.
VOC Belanda, tiba-tiba kaya dengan menjajah Indonesia. Tetapi kemudian bangkrut karena menjajah Indonesia pula. Terus berjuang dan gerakan perlawanan dalam aneka bentuk yang tak mengenal lelah telah, menguras kekayaan VOC yang berlimpah. Kekayaan dari kezaliman akan kembali ke titik nol. Kemenangan hasil kezaliman akan dikalahkan kembali.
Daya tahan adalah kunci kemenangan menghadapi pertempuran dengan penjajah Israel. Kota di pendudukan Israel Utara telah kosong menjadi kota hantu karena gempuran Hizbullah dari Lebanon. Menurut mantan Perdana Menteri penjajah Israel Yair Lapid, dalam sebuah wawancara untuk Channel 12 Israel ia mengatakan; bahwa Zionisme akan runtuh kecuali warga Bireh, “Kiryat Shmona” Israel kembali ke pemukiman mereka.
Para pemukim Yahudi datang merampas tanah Palestina bukan untuk berjuang, tetapi menikmati fasilitas keamanan. Seperti kedatangan Yahudi ke Madinah, karena serbuan Nebukanedzar dari Babilonia, kedatangan mereka hanya untuk menunggu kedatangan Nabi terakhir yang telah dijanjikan yang akan membawanya pada kemenangan bagi kaum Yahudi sendiri. Bukan datang untuk berjuang bersama Nabi Muhammad ﷺ. Namun saat Nabi yang mereka tunggu itu ternyata bukan dari kalangan mereka, mereka pun mendustakannya.
Baca Juga : Israel dan Kutukan 8 Dasawarsa
Berbeda dengan orientasi Waraqah bin Naufal, paman Siti Khadijah dan Saif bin Dzi Yazan, Raja Yaman. Mereka menunggu kedatangan Nabi terakhir dari Makkah untuk berjuang bersamanya. Membela dan menyiapkan kekuatan, saat nabi terakhir yang ditunggunya itu disiksa, diusir dan hendak dibunuh oleh kaumnya sendiri.
Bila Amerika dan Barat tidak memberikan fasilitas yang dijanjikan. Bila gerakan perlawanan terus bertahan yang membuat sirine tanda bahaya tak berhenti meraung-raung, maka kepungan rasa takut akan terus menghantui hati pemukim Yahudi itu. Maka, secara berangsur maupun serentak, kaum Yahudi di daerah pendudukan akan pergi, kota ditinggalkan menjadi kota kosong tak berpenghuni.
Bila masyarakat internasional saat ini murka terhadap membabibutanya genosida penjajah Israel kepada rakyat Palestina di Gaza, maka kelak akan terjadi pemimpin penjajah Israel akan murka terhadap komunitas Zionis Israel itu sendiri. Buktinya, mulai ada warga Yahudi yang menolak wajib militer. Kota di sekitar pendudukan Israel Utara mulai dikosongkan. Bahkan anaknya Netanyahu berlibur ke Amerika, saat pemuda Israel yang lain dimobilisasi berperang ke Gaza.
Pada akhirnya, pemimpin penjajah Israel akan dijengkelkan oleh ulah rakyatnya sendiri. Seperti setiap para-Nabi dan Rasul yang diutus kepada Bani Israel, yang kesal akan kedurhakaan mereka padahal ragam fasilitas telah diberikan dari Allah langsung. Bani Israel memang tidak dilahirkan sebagai bangsa pejuang dan petarung, tetapi sebagai pendurhaka, pendusta, menyalahi janji dan menolak bila ada perintah untuk berjuang.