Menyehatkan Jiwa dengan ZIS
Oleh: Achmad Basyuni, S.H., M.Kes
Terdapat banyak istilah dalam Al-qur’an dan As-sunnah yang berhubungan dengan keluar dan masuknya harta. Beberapa di antaranya adalah:
Pertama, Infaq. Infaq berasal dari bahasa Arab (infaq/ إنفاق). Akar kata dan tashrif-nya adalah نفق-ينفق-نفقا أو نفاقا و إنفاق yang berarti sesuatu yang habis. Dalam al-Munjid, dikatakan bahwa نفق-نفاق boleh juga diartikan membelanjakan atau dua lubang.
Perintah Allah untuk berinfak tercantum dalam Surah Al-Baqarah ayat 195. “Berinfaklah di jalan Allah, janganlah jerumuskan dirimu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
Kedua, zakat. زكاة, zakah, dari segi istilah adalah kegiatan mengeluarkan harta tertentu dari seseorang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya. Zakat dari segi bahasa berarti 'bersih', 'suci', 'subur', 'berkat' dan 'berkembang'.
Kelompok tertentu yang dimaksud adalah delapan kelompok yang disebut dalam firman Allah SWT surat At Taubah ayat 60: "Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."
Ketiga, sedekah. Sedekah merupakan kata yang sangat familiar di kalangan umat Islam. Sedekah diambil dari kata bahasa Arab yaitu “shadaqah”, berasal dari kata sidq (sidiq) yang berarti “kebenaran”. Berikut merupakan beberapa jenis sedekah yang bisa kita amalkan sehari-hari:
- Tasbih, Tahlil, dan Tahmid
Dari Aisyah r.a, bahwasanya Rasulullah ﷺ berkata:
“Bahwasanya diciptakan dari setiap anak cucu Adam tiga ratus enam puluh persendian. Maka barang siapa yang bertakbir, bertahmid, bertasbih, beristighfar, menyingkirkan batu, duri, atau tulang dari jalanan, amar ma’ruf nahi mungkar, maka akan dihitung sejumlah tiga ratus enam puluh persendian. Dan ia sedang berjalan pada hari itu, sedangkan ia dibebaskan dirinya dari api neraka.” – HR. Muslim
- Bekerja dan Memberi Nafkah pada Sanak Keluarganya
Sebagaimana diungkapkan dalam sebuah hadits: Dari Al-Miqdan bin Ma’dikarib Al-Zubaidi ra, dari Rasulullah ﷺ berkata:
"Tidaklah ada satu pekerjaan yang paling mulia yang dilakukan oleh seseorang daripada pekerjaan yang dilakukan dari tangannya sendiri. Dan tidaklah seseorang menafkahkan hartanya terhadap diri, keluarga, anak dan pembantunya melainkan akan menjadi shadaqah.” – HR. Ibnu Majah
- Sedekah harta. Mengeluarkan sebagian dari rezeki yang Allah berikan untuk kepentingan dakwah, kemanusiaan maupun sosial. Sedekah sesungguhnya tidaklah mengurangi harta. Sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda:
“sedekah tidaklah mengurangi harta.” – HR. Muslim
Meskipun secara bentuk harta tersebut berkurang, namun kekurangan tadi akan ditutup dengan pahala di sisi Allah dan akan terus ditambah dengan kelipatan yang amat banyak seperti dalam firman Allah dalam Surah Saba:
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki sebaik-baiknya.” – QS. Saba’:39
Sedekah perbuatan. Berupa tindakan yang baik dan menimbulkan kemashalatan bagi orang lain maupun diri sendiri. Dalam kaitan ini, sebuah senyuman pun bisa dinilai sebagai sedekah. Rasulullah ﷺ:
“Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah”. – HR. At-Tirmidzi
- Sedekah jariyah. Shadaqah jariyah adalah sedekah yang pahalanya bisa mengalir terus walau pemberi sedekah sudah wafat. Jariah secara bahasa artinya adalah Bahtera, Mengalir. Meskipun seseorang sudah meninggal dunia, namun masih terdapat pahala yang masih terus mengalir. Inilah salah satu keistimewaan sedekah jariyah.
Dampak ZIS bagi Kesehatan Jiwa
Kesehaan adalah suatu keseimbangan pada aspek kebutuhan manusia dalam semua dimensi: fisik, intelektual, sosial, emosional, lingkungan, dan spiritual. Kesehatan akan optimal jika semua dimensi tersebut berjalan seimbang dan terpenuhi kebutuhannya secara baik.
Orang modern di zaman kita ini, umumnya hanya peduli pada kesehatan fisik. Kurang memperhatikan aspek kesehatan jiwa. Banyak orang dengan tubuh sehat ternyata mengidap berbagai masalah kejiwaan seperti stres, kesepian, dan ketidak-pedulian. Ujungnya, banyak orang tidak bahagia dan ingin mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri. Angkanya terus meningkat di seluruh dunia.
Ada yang melarikan diri dari kenyataan dengan menggunakan alkohol, narkoba dan candu lainnya. Bukannya makin baik, justru masalah kepribadian individu berubah menjadi masalah sosial. Kasus ini angkanya juga terus bertambah. Salah satu sebab paling dasarnya adalah karena ketidak-sehatan jiwa.
Ibadah dalam Islam umumnya memiliki hikmah kesehatan fisik sekaligus kesehatan ruhani atau jiwa. Sholat dan puasa telah dikaji banyak kalangan, memiliki dampak kesehatan fisik dan ruhani sekaligus.
Belum banyak studi tentang dampak kesehatan dalam mengamalkan ZIS. Namun secara umum masyarakat dunia meyakini bahwa kedermawanan sosial atau filantropi akan memiliki dampak membahagiakan. Sesuai nilai-nilai kemanusiaan universal yang merasa bahagia jika dapat meringankan beban hidup orang lain.
Ajaran Islam sesungguhnya telah memberikan penegasan, bahwa aktifitas zakat ataupun sedekah sesungguhnya akan membersihkan, menyucikan jiwa, dan berujung pada ketenteraman jiwa. Ini merujuk pada firman Allah, surat Attaubah ayat 103:
”Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” QS. At Taubah:103
Ayat tersebut, memberi penegasan tentang adanya prinsip tathhiryakni membersihkan jiwa dari sifat tercela dan tazkiyah yakni mensucikan hati sehingga tumbuh sifat-sifat terpuji melalui sarana zakat. Bukankah sumber ketidak sehatan jiwa adalah dominannya sikap tercela dan sumber kesehatan jiwa adalah dominannya sikap terpuji ? Mari kita tingkatkan terus kualitas kesehatan jiwa kita dengan rajin zakat, infaq dan sedekah.