Merayakan Perceraian
Di sebuah tempat yang entah di mana, seorang raja besar duduk di atas singgasananya, memonitor semua pasukannya dari seluruh dunia yang melapor satu persatu. Mereka terdiri dari kelas-kelas. Yang paling dekat dengan si raja adalah yang paling hebat daya rusaknya.
Setiap anak buahnya (pasukannya) melapor. Ada yang melapor, “Saya telah membuat si fulan berbuat kejahatan ini dan itu” dan seterusnya. Semua pasukannya memberi laporan senada. Tetapi si raja besar ini berkata, “Kalian belum apa-apa”.
Lalu, ada satu tentara yang melapor, “Saya telah berhasil membuat suami-istri bercerai”.
Mendengar laporan itu, maka si raja besar itu mendekat. Sang raja begitu bangga dengan tentaranya ini. Dan ia berkata, “Kamu Setan terbaik!”
Perlu diketahui, si raja besar yang dimaksud di sini adalah Iblis. Singgasananya di lautan (entah lautan mana), dan cerita di atas bukan cerita novel fiksi, tetapi tercatat di kitab tersahih kedua (atau ketiga) di dunia setelah Al Qur’an, yakni kitab Sahih Muslim.
Angka Perceraian Naik
Dikutip dari tvonenews.com, dari Badan Pusat Statistik (BPS) dikatakan bahwa, “Angka perceraian justru meningkat drastis. Pada tahun 2021 ada lebih dari 447.000 kasus perceraian. Di 2022 meningkat hingga melampaui 500.000. Sedikit menurun di 2023 tetapi lebih tinggi dibandingkan 2021 yaitu 463.000 kasus. Terbanyak kasus perceraian disebabkan perselisihan terus menerus, disusul masalah finansial, faktor meninggalkan salah satu pihak, hingga kekerasan dalam rumah tangga”.
Naiknya angka perceraian diikuti turunnya angka pernikahan tiga tahun terakhir ini. Generasi kita berikutnya (Gen-Z) melihat banyaknya berita tentang hancurnya rumah tangga teman-teman mereka di media sosial, atau berita drama perceraian para artis/influencer media sosial, menjadi ogah dan takut untuk menikah muda.
Mirisnya, naiknya angka perceraian, turunnya angka pernikahan, diikuti tren baru di kalangan anak muda yakni “Staycation bareng pacar”. Staycation sebenarnya bermakna positif jika hanya sekadar mencari tempat istirahat saat jalan-jalan. Namun, belakangan ini zina bersama pasangan di hotel dikemas dengan istilah keren “Staycation bareng pacar”
Baca juga: Hak Perempuan dan Lelaki dalam Islam: Bukan Sama tetapi Adil
Tren Mengumbar Kebahagiaan Setelah Cerai
Yang menambah runyam masalah ini adalah banyak sekali pasangan yang “merayakan perceraian” sehabis cerai. Meluapkan kegembiraannya di media sosial setelah mereka bercerai. Seolah lepas dari sebuah belenggu, mereka tak malu-malu mengumbar rasa bahagia dan tak jarang mengumbar aib rumah tangganya demi sesuap like dan komen dari netizen.
Ada juga yang melakukan itu dengan tujuan tebar pesona. Berpose menawan dengan status penuh “harapan”. Berharap akan mendapat simpati yang berakhir dengan saling goda di chat pribadi, lalu dengan itu berharap dapat pengganti yang lebih baik.
Ironisnya, tren mengumbar kebahagiaan pasca cerai juga makin dipopulerkan oleh para artis, influencer, dan konten kreator yang punya banyak followers. Hal itu menjadikan seolah sebuah pernikahan adalah monster besar atau penjara besar yang membuat penderitaan panjang.
Padahal, dalam Islam, mengumbar aib rumah tangga adalah dilarang. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa menutup aib seorang Muslim, maka Allah akan menutup aibnya di hari kiamat” (HR Bukhari).
“Siapa yang (berghibah) membuka aib pasangannya, maka di hari kiamat akan dibelitkan ular padanya” (HR Ahmad).
Karena kelak di hari kiamat, di padang Mahsyar ketika manusia disidang, aib-aib kita akan dibuka di depan manusia seluruhnya. Tak ada dosa yang bisa disembunyikan. Kecuali bagi orang yang menutup aib seorang Muslim. Bagi orang yang menutup aib seorang Muslim, Allah akan tutupi aib-aibnya dari manusia. Tetapi bagi orang yang suka membuka aib, bayangkan aib mereka dibuka-buka di depan seluruh manusia, padahal kita semua mempunyai aib yang amatlah malu kalau diketahui orang.
Baca juga: Bukan Negara Agama, tetapi Agama Selalu Disalahkan
Membuka aib mantan pasangan akan jatuh kepada ghibah. Sedangkan Allah menyifati para pengghibah seperti Kanibal (pemakan daging manusia). Selain itu, efeknya juga dapat menimbulkan kesalahpahaman dan ketakutan orang untuk menikah, lalu orang memilih berpacaran, bahkan zina, daripada menikah.
Kesimpulan
Setelah melihat uraian di atas, bahwa masalah percaraian ini efeknya ke mana-mana, maka sangat tidak mengherankan kalau Iblis memberikan predikat “Setan terbaik” kepada Setan yang mampu mencerai-beraikan hubungan suami-istri. Sebab, damage-nya bisa ke tingkat nasional.
Maka, tak layak kalau perceraian “dirayakan” dengan mengumbar rasa bahagia dan mengumbar aib mantan pasangan. Sebab, hanya Iblis dan tentaranya-lah yang tertawa bahagia melihat perceraian masal di negeri kita.
Wallahu a’lam bishowab