Nikmat itu Soal Rasa, Bukan Angka!
Penulis: Kang Dadang (Reporter Ummat TV Channel)
Barangkali kata yang paling sulit kita ucapkan adalah “cukup”. Kapankah kita bisa merasa cukup? Kita nyaris selalu merasa kurang.
Hampir semua pegawai merasa gajinya belum sepadan dengan kerja kerasnya. Pengusaha hampir senantiasa merasa pendapatan perusahaannya masih di bawah target. Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati, kurang perhatian, dan lain-lain.Kurang dan kurang. Lalu kapankah kita bisa berkata cukup?
“Cukup” bukanlah soal berapa jumlahnya. “Cukup” adalah persoalan kepuasan hati. "Cukup” hanya bisa diucapkan oleh orang yang mampu bersyukur.
Tak perlu takut berkata “cukup”. Mengucapkan kata “cukup” bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya. "Cukup” jangan juga diartikan sebagai kondisi stagnasi, pesimis, kecewa, mandeg, atau tidak berpuas diri.
Mengucapkan kata “cukup“ membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan. Jangan biarkan kerakusan dan ketamakan membuat kita sulit berkata “cukup”. Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini dan seterusnya. Dengan begitu, kita menjadi orang yang pandai bersyukur.
Seringkali kita berkeluh kesah atas segala ketetapan dan pemberian Allah Azza wa Jalla. Sedikit sekali bersyukur. Allah Azza wa Jalla berfirman,
Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur. – QS. As-Sajdah:9
Demikianlah tabiat manusia. Sedikit sekali yang bersyukur. Allah Azza wa Jalla mengingatkan kepada kita bahwa kelengkapan seluruh anggota tubuh kita yang Allah Azza wa Jalla ciptakan, hendaknya kita syukuri. Juga nikmat sehat sehingga mampu beribadah dan beraktifitas. Belum lagi curahan rezeki yang begitu banyak. Tetapi ternyata memang sedikit sekali yang bersyukur.
Allah Azza wa Jalla yang Maha Rahman, mengulang-ulang kalimat mulia ini hampir 31 kali dalam Al Qur'an Surat Ar Rahman. Tidakkah kita merasa diingatkan dengan itu. Artinya dengan segala apapun yang terjadi, kita wajib bersyukur untuk menghindari kufur nikmat. Allah Azza Wa Jalla berfirman,
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? – QS. Ar-Rahman:77
Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan. – QS. An-Nahl:53
Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang. – QS. An-Nahl:18
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang mengingatkan kita betapa penting dan wajibnya mensyukuri nikmat itu.
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang.” – HR. Bukhari: No. 5933
Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan, “Kenikmatan adalah keadaan yang baik. Ada yang mengatakan, kenikmatan adalah manfaat yang dilakukan dengan bentuk melakukan kebaikan untuk orang lain”. (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, penjelasan hadits No. 5933).
Ibnu Baththaal rahimahullah mengatakan, “Makna hadits ini, bahwa seseorang tidaklah menjadi orang yang longgar (punya waktu luang) sehingga dia tercukupi (kebutuhannya) dan sehat badannya. Barangsiapa dua perkara itu ada padanya, maka hendaklah dia berusaha agar tidak tertipu, yaitu meninggalkan syukur kepada Allah Azza wa Jalla terhadap nikmat yang telah Allah Azza wa Jalla berikan kepadanya.
Dan termasuk syukur kepada Allah Azza wa Jalla adalah melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. "Barangsiapa melalaikan hal itu, maka dia adalah orang yang tertipu."
Hidup nikmat itu bukan soal angka, melainkan soal rasa. Nikmat itu akan datang jika kita mengikatnya dengan rasa syukur. Jika bersyukur dalam segala hal, kita akan bahagia dalam setiap keadaan.
Syukur adalah cara yang paling bijak untuk merasa lebih meskipun dalam kondisi serba kekurangan dan serba keterbatasan.
Bersyukurlah atas apa yang kita miliki, dan kita tak akan pernah khawatir dengan apa yang belum kita miliki. Dalam kondisi apapun, Allah Azza wa Jalla akan menghadirkan kenikmatan dan kebahagiaan. Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah serta senantiasa bersyukur atas setiap ketetapan dan pemberian Allah Azza wa Jalla untuk meraih ridha-Nya. Aamiin Ya Rabb.