Nikmat Setitik yang Melupakan Segalanya
Baru dikasih dunia saja, terkadang kita sudah tak ingin mati dulu. Inginnya senantiasa hidup bertambah lama buat menikmatinya. Hingga akhirnya terlena dan lupa, bahwa sebenarnya ia tak sebanding apa pun dengan nikmatnya surga.
Sekaya-kayanya kita – bahkan mungkin seorang Qarun atau Fir'aun atau Kaisar Romawi dan Kisra Persia – tak ada yang pernah mampu memiliki harta sebanyak satu dunia dan seisinya sekali pun. Allah ﷻ hanya memberikan sedikit dari harta dunia, namun rasanya ia sudah serasa surga.
Coba, bayangkan. Padahal, baru setitik saja dari nikmat dunia, namun seringnya sudah cukup untuk membuat lupa, lalai, dan terlena. Setitik rasa nikmat dunia itu pun akhirnya dihias-hias oleh setan, hingga ia terasa dalam hati, jiwa, dan pikiran kita, seolah sudah seperti nikmatnya surga. Akhirnya, kita tak mau kehilangan, tak mau melepaskan, dan selalu ingin terus menikmatinya hingga tak menginginkan kematian.
Saat hati, jiwa, dan pikiran kita selalu terfokus pada nikmatnya dunia, maka Allah pun sirnakan kenikmatan surga, Allah buat kita lupakan tentang cantiknya bidadari-bidadari surga dalam istana mutiara, Allah musnahkan kelezatan ibadah, Allah jauhkan manisnya zikir dan doa, dan Allah hilangkan semangat serta motivasi untuk meraih ketinggian dan puncak ketundukan kepada-Nya dalam berjuang fi sabilillah.
Semuanya lantas berganti dengan pekerjaan-pekerjaan kita yang remeh, sepele, ringan, dan hampir tak ada harga serta tak ada nilai di sisi Allah ﷻ. Hanya bermain-main, bersenang-senang, tertawa-tawa, tidur, bercanda-canda, berkelakar, dan semua hidup kita isinya hanya itu, meski pun dunia kita semakin bertambah. Sebab, telah tertanam sangat kuat, bahwa menikmati kesenangan dunia itu tak ada larangan.
Dahulu dalam hadits Muslim dari Mughirah bin Syu'bah, Rasulullah ﷺ pernah menceritakan tentang Nabi Musa as. Bahwa Allah pernah menjawab pertanyaannya tentang nikmat surga yang paling rendah, yaitu ada seorang hamba yang terakhir akan masuk surga setelah seluruh penghuninya masuk dan mengambil bagiannya masing-masing.
Allah berkata kepada hamba tersebut, “Bagimu sepuluh kali lipat kerajaan dunia, dan juga seluruh apa yang kamu mau, dan apa pun yang menyenangkan penglihatanmu.”
Terkadang, kita baru memiliki satu miliar rupiah saja sudah lupa segala-galanya. Bahkan sekadar punya satu Rubicon saja kelakuannya sudah seumpama Fir'aun durjana.