Pak Bas: Biasakan dalam Bekerja adalah Sikap Produktif Hingga Masa Pensiun

Bagi banyak orang, pensiun menjadi momok yang menakutkan. Bahkan tidak sedikit yang berharap bisa memperpanjang tibanya masa pensiun. Namun, pensiun hampir sama dengan semua gejala hidup di dunia fana ini. Ada generasi baru yang datang, maka ada generasi tua yang harus diistirahatkan. Semuanya bersifat natural, sama layaknya dengan usia yang terus bertambah dan kekuatan yang terus berkurang. Pensiun pasti terjadi.

Maka sungguh lucu jika ada Apartaur Sipil Negara (ASN) atau karyawan suatu perusahaan yang gagal paham dan tidak siap, bahwa pensiun bakal datang. Pensiun bukan akhir kehidupan. Bahkan mungkin kehidupan masih akan berjalan beberapa puluh tahun lagi dari masa pensiun kita. Jadi, kenapa cemas dengan pensiun?

Berbincang tentang Sindrom Pasca Kuasa (Post Power Syndrome) menarik kita simak penuturan seorang pensiunan ASN di lingkungan Pemprov. DKI Jakarta. Namanya, Achmad Basyuni, SH. M.Kes. Beliau termasuk sosok yang langka, utamanya dalam menghadapi masa pensiun. Beliau juga bukan siapa-siapa, namun pandangannya bisa menginspirasi siapa saja.

Terlihat dari penampilannya yang masih terhitung kinclong dan seger. Pak Bas, begitu sosok ini kerap di sapa, nampaknya termasuk dari sedikit ASN yang happy dan tetap memiliki etos hidup yang tinggi untuk menyongsong tantangan lain setelah masa pensiun tiba.

Banyak pensiunan lain yang langsung terlihat loyo dan tua begitu memasuki masa pensiun. Setidaknya terlihat garis kelelahan dan beban di wajah. Pak Bas, masih nampak semringah, tangkas dan aktif membangun relasi dengan lingkungan terdekat dan mengembangkan jaringan bisnis baru yang langsung dikembangkannya, begitu masa pensiun tiba.

Penuturan beliau kepada Sabili.id nampaknya terlalu berharga untuk dilewatkan begitu saja. Peri hidup yang ia jalani mungkin bisa ditiru oleh ASN lain, utamanya yang masih muda. Agar siap melanjutkan kehidupan dan tetap berprestasi di lapangan pengabdian yang lain.

Produktif dan Pembelajar.

Sikap penting yang Pak Bas biasakan dalam bekerja adalah sikap produktif.

“Alhamdulillah saya sering menyesal jika satu hari saja tanpa ada yang dihasilkan, rasanya hidup ini tak ada gunanya. Maka sejak saya bekerja menjadi PNS dari tahun 1985 sampai tahun 2020 selalu berusaha untuk produktif sekecil apapun. Yang ada di pikiran dan hati saya adalah segera menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab saya, jangan menunda-nunda yang mengakibatkan pekerjaan bertumpuk.” kata Pak Bas

Kenapa harus produktif? Rupanya Pak Bas memiliki pandangan yang unik dalam bekerja.

Pertama, bekerja adalah bagian dari kewajiban untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarga. Jika dilakukan dengan baik dan produktif, mungkin karir dan pendapatan akan turut membaik.

Kedua, Pak Bas memandang bahwa bekerja sebagai ibadah, bukan ibadah dalam makna ubudiyah, tetapi beramal kebajikan untuk manusia dan masyarakat sebagaimana Allah titahkan. Etosnya adalah, hari ini harus lebih baik dari kemarin.

Ketiga, bekerja adalah sarana untuk terus belajar. Beliau menerapkan prinsip sebagai manusia pembelajar. Dengan prinsip ini, semua yang kita lakukan akan menjadi pengalaman dan pengetahuan yang terus bertambah. Sehingga selepas pengabdian sebagai ASN, Pak Bas merasa memilki banyak pengalaman dan ilmu yang berguna untuk menyiapkan kegiatan lain yang tetap produktif.

“Bukan malah loyo dan nglokro. Karena sesungguhnya kita memiliki pengalaman dan ketrampilan yang sangat berharga.” ujar Pak Bas.

Menyiapkan Masa Pensiun.

Sadar dengan sebenarnya, bahwa berkarir sebagai ASN pasti akan berakhir, alias pensiun. Maka Achmad Basyuni jauh-jauh hari telah siap untuk datangnya masa itu. Apa yang beliau persiapkan?

Ini juga agak berbeda dengan kebanyakan pensiunan yang lain. Pak Bas, tidak fokus pada tabungan dalam arti uang untuk hidup bahagia di masa tua, dengan duduk manis sembari menikmati kopi dan momong cucu.

Beliau justru tertarik untuk berpikir mengembangkan usaha yang cocok jika pensiun tiba. Sama-sekali tidak terlintas untuk diam di rumah dan menikmati masa pensiun dengan cara yang pasif. Pak Bas lebih banyak membayangkan kiprah di masyarakat dan usaha yang sesuai dengan umur dan potensi jaringan yang dimilikinya.

“Bagi orang yang berpikir untuk selalu produktif, tak ada istilah istirahat, pensiun hanyalah perubahan aktifitas dan lapangan pengabdian!”

Banyak rencana, bahkan banyak uji coba usaha yang telah ia lakukan bersama keluarga dan sahabat. Relasi sosial dengan lingkungan terdekat pun jauh-jauh hari telah dibangunnya dengan aktif di masjid setempat dan memprakarsai membuat badan hukum yayasan. ASN umumnya, karena berangkat pagi dan pulang malam tidak cukup memiliki waktu untuk bersosialisasi dengan tetangga sekalipun.

Berkiprah di masyarakat bagi Pak Bas sangat penting. Setidaknya menjaga vitalitas hidup untuk tetap memiliki konstribusi dalam bermasyarkat. Di kemudian hari, kiprah di masyarakat ini lah yang akan menjadi pembeda penting, siapa diri kita pasca pensiun nanti.

Mengembangkan Usaha.

Sebenarnya tiga tahun sebelum pensiun Pak Bas telah menemukan bidang usaha. Tetapi masih banyak dikerjakan secara sambilan dengan dukungan keluarga dan sahabat. Bidang usaha yang dikembangkannya juga tak jauh dari pengalaman hidup yang dialaminya secara langsung.

Pak Bas menuturkan ide bisnisnya itu dimulai pada tahun 2018. Saat akan mendampingi istri dan kakak untuk menunaikan ibadah haji. Tiga bulan sebelumnya, ada pemeriksaan kesehatan di puskesmas kecamatan. Hasil pemeriksaan kesehatan itu Pak Bas direkomendasi untuk pemeriksaan lanjutan ke dokter spesialis jantung karena ada gejala masalah jantung.

Setelah dilakukan pemeriksaan lebih intensif oleh dokter spesialis, hasil diagnosanya berkesimpulan bahwa terdapat penyumbatan pembuluh darah di jantung Pak Bas. Selanjutnya sebagai langkah pengobatan, dokter memberikan empat macam obat untuk dikonsumsi selama sebulan, yaitu: Obat penurun tekanan darah tinggi, obat penurun kolesterol/lemak jenuh, obat pengencer darah dan obat nyeri jantung.

Rutinitas mengonsumsi obat harus Pak Bas jalani saban hari, termasuk saat dinas keluar kota. Saat mendapatkan tugas monitoring penelitian ke Pulau Tidung Kabupaten Kepulauan Seribu, bersama kawan satu kantor dan dua orang mitra peneliti dari perguruan tinggi, keharusan minum obat itu terus ia jalani.

Rupanya salah seorang dari mitra peneliti perguruan tinggi itu memperhatikan kebiasaan Pak Bas minum obat. saat sarapan pagi, masih di pulau Tidung, rekannya bertanya kepada Pak Bas: “Pak Bas sakit apa? Kok banyak amat obat yang diminum?”.

Ketika itu Pak Bas menjawab “saya ada sakit penyumbatan pembuluh darah jantung.” Selanjutnya mitra peneliti Pak Bas itu memberikan nasehat, agar tak banyak minum obat kimia karena risiko jangka panjangnya tidak bagus untuk kesehatan ginjal.

Bahkan mitra Pak Bas memberikan resep ramuan herbal yang dianggap efektif mengobati masalah kesehatan seperti yang dikeluhkan Pak Basyuni. Resep herbal itu ternyata dari bahan-bahan yang mudah di dapat dan akrab dengan dapur. Resep itu terdiri dari: Jahe merah, Bawang putih tunggal, Lemon, dan Madu. Mitra Pak Bas juga menuturkan bagaimana cara mengolahnya hingga bisa dikonsumsi sebagai obat.

Singkatnya resep tersebut dipraktikkan dan dikonsumsi selama kurang lebih 10 hari. Setelah itu Pak Bas kembali periksa ke dokter spesialis jantung. Hasilnya, Subhanallah Pak Bas dinyatakan sehat dan penyumbatan pembuluh darah di jantung sudah tidak ada lagi, bersih dan langsung diberikan rekomendasi untuk bisa berangkat mengiringi istri dan kakaknya menunaikan ibadah haji.

Nah, saat di Tanah Suci. Pak Bas merenung; “Ramuan herbal ini jika dibuat oleh pabrik yang ada tenaga ahlinya dan profesional, maka bisa bermanfaat untuk orang banyak serta memiliki nilai bisnis”. Selanjutnya dari renungan itu, sekembali dari ibadah Haji, Pak Bas langsung menghubungi rekannya yang telah lebih dahulu bisnis herbal dan memiliki tempat pengolahan sendiri, untuk menyampaikan idenya.

Gagasan Pak Bas disambut baik oleh rekannya. Kemitraan mereka berdua terus berjalan hingga hari ini. Ramuan tersebut selanjutnya di beri nama: MADU SALIMA. Khasiat utama ramuan ini adalah untuk membantu menghancurkan lemak dalam darah. Jika ada pembaca Sabili.id punya gangguan penyumbatan darah ke Jantung dan di vonis untuk pasang ring. Jangan dulu terburu pasang ring. Konsumsi herbal ini selama 12 hari, Insyaallah sumbatan itu telah pecah dan anda akan sehat kembali.

Pak Bas dianugerahi tiga orang anak. Dua di antaranya telah bekerja mapan dan telah berkeluarga. Satu anak lagi telah selesai kuliah. Praktis sebenarnya tanggungan Pak Bas sudah tidak banyak lagi, saat ditanya apa motivasi Pak Bas untuk tetap berbisnis, padahal kebutuhan bisa dibilang telah lebih dari cukup?

Dengan santai Pak Bas menjawab:

“Karena saya tidak ingin setelah pensiun tidak memiliki aktivitas dan tidak produktif urusan dunia dan akhirat. Bagi saya pensiun sangat menyenangkan, karena saya sudah tidak lagi terikat aturan disiplin PNS. Jika dulu di saya harus datang ke kantor pagi-pagi dan tidak boleh terlambat, sekarang saya bisa santai sambil mengerjakan pekerjaan rumah serta mengurus bisnis Madu Salima, ngepakin untuk dikirim via JNE atau jasa paket lainnya.”

Pak Bas mengembangkan bisnisnya tanpa kantor atau pun toko. Semuanya dilakukan dari rumah. Dipasarkan secara online dan offline. Saat ditanya pemasarannya kemana saja, dengan nada merendah, Pak Bas menuturkan bahwa pelanggannya baru sebatas Jabodetabek. Paling jauh baru sampai Medan, Bengkulu, dan Ujung Pandang.

Semoga sukses selalu Pak Bas. Barokah dunia dan akhirat, dan menginspirasi kita semua.