Peringatan dari Sumatera: Saatnya Introspeksi

Berapa minggu terakhir ini, hujan lebat melanda berbagai wilayah di Indonesia. Di tengah hujan lebat itu, bencana alam banjir bandang dan tanah longsor terjadi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Bencana alam di tanah air kita tercinta itu pun memenuhi pemberitaan media nasional. Atensi Nasional pun tertuju kepada tiga provinsi di Pulau Sumatera tersebut, karena dampaknya yang begitu besar, bahkan mengakibatkan beberapa kampung hilang dan beberapa lainnya terisolasi.

Air sungai meluap keluar dari jalur yang semestinya, dengan membawa kayu gelondongan yang begitu banyak. Luapan air bah itu menyapu semua yang ada di depannya, semisal lahan pertanian, permukiman masyarakat, gedung sekolah, hingga tempat ibadah. Semua aktivitas masyarakat lumpuh total akibat banjir bandang yang datang secara cepat tanpa permisi. Korban meninggal dunia bermunculan, ratusan orang hilang dan belum ditemukan hingga kini, serta ratusan korban lainnya terluka butuh bantuan, dan jutaan masyarakat terdampak akibat bencana alam tersebut.

Penyebab

Melihat puluhan kota/kabupaten terdampak banjir dan longsor yang terjadi di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara, kita sebagai masyarakat umum menjadi bertanya-tanya, apa penyebab dari banjir dan tanah longsor yang dahsyat ini?

Pada 26 November 2025, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa wilayah Sumatera diguyur hujan berintensitas tinggi. Hujan yang turun bukan hanya curahnya tinggi, tetapi juga disertai dengan angin kencang (cuaca ekstrem). BMKG juga mencatat bahwa Bibit Siklon 95B di Selat Malaka berkembang menjadi Siklon Tropis Senyar. Curah hujan yang tinggi inilah yang menyebabkan air sungai menjadi meluap dan menyapu semua yang dilewatinya.

Deretan Nama Pejabat yang Harus Bertanggung Jawab atas Bencana di Sumatera
Korban meninggal dunia akibat banjir dan longsor di Sumatera telah mencapai 836 jiwa. Sekitar 518 orang hilang, 2.700 orang luka-luka, 576.300 orang mengungsi, dan 10.500 rumah rusak.

Tetapi, hujan yang lebat ini bukan menjadi faktor tunggal terjadinya banjir bandang dan tanah longsor di tiga Provinsi Sumatera tersebut. Pakar Hidrologi dari Universitas Gajah Mada (UGM), Prof. Dr. Ing. Ir. Agus Maryono, menilai, banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di beberapa wilayah Sumatera tersebut bukan hanya disebabkan oleh cuaca ekstrem semata, melainkan karena berbagai faktor seperti meteorologi, geografi, geologi, dan hidrolik. Hutan yang gundul di beberapa wilayah Sumatera juga membuat banjir bandang dan tanah longsor terjadi.

"Dipicu dengan adanya hutan yang kita lihat sudah gundul di situ, menyebabkan kenaikan run off. Selain itu dipicu juga dengan adanya longsoran atau penyumbatan-penyumbatan alamnya yang ada di situ. Sehingga itu terjadilah banjir yang besar," tegasnya.

Kita pun melihat terdapat video dan foto yang beredar di media sosial yang memperlihatkan gelondongan kayu besar berjumlah banyak yang terbawa arus banjir lantas menghantam permukiman warga. Bahkan Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, Prof. Bambang Hero Saharjo, mengatakan bahwa banjir yang besar dan tanah longsor ini ada dugaan akibat pembalakan liar (ulah manusia) yang disengaja.

Wallahu A'lam Bishshawab. Entah mana yang benar, apakah kayu gelondongan besar itu jatuh murni secara alami atau memang ada aktivitas penggundulan hutan secara ilegal oleh manusia. Kita nantikan saja Kementerian Kehutanan (Kemenhut) yang kabarnya sudah berkoordinasi dengan pihak Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) untuk mencari asal muasal kayu-kayu gelondongan yang terbawa arus dan adakah hubungannya dengan penyebab bencana alam yang terjadi.

Menyalahkan Cuaca Ektrem, Mengabaikan Fakta Deforestasi
Bencana alam banjir dan tanah longsor di Sumatera telah merenggut 604 jiwa meninggal dunia. Sejumlah 283 orang di Sumatera Utara, 165 di Sumatera Barat, dan 156 jiwa di Aceh. Ratusan warga lain dinyatakan hilang. Tetapi musibah itu belum terlalu besar untuk dinyatakan sebagai bencana nasional.

Korban

Bencana alama di Sumatera ini menelan banyak korban. Data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per tanggal 4 Desember 2025 menunjukkan, korban tewas akibat banjir bandang dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara, mencapai 863 jiwa. Jumlah itu diprediksi akan terus bertambah, mengingat 518 orang masih hilang dan belum ditemukan, baik mereka yang tertimbun tanah longsor atau terbawa arus banjir. Peringatan

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" (QS Ar-Rum: 41).

Secara eksplisit, Allah Azza Wa Jalla telah memperingatkan kita, umat manusia, di dalam Al Qur'an Surat Ar-Rum ayat 41, yang menyatakan bahwa kerusakan yang ada di bumi hari ini, baik di darat, di laut, maupun di udara, disebabkan oleh perbuatan manusia yang merusak. Bencana yang datang pada saat ini murni akibat keserakahan manusia yang hanya memikirkan keuntungan semata. Mereka bahkan bersikap masa bodoh terhadap dampak negatif dari eksploitasi alam yang terus menerus dilakukan. Yang ada di pikiran mereka hanya keuntungan, lantas menutup mata terhadap kerusakan alam yang terjadi.

Sedangkan perbuatan manusia yang merusak alam ini berdampak kepada kita semua. Banjir bandang dan tanah longsor yang begitu dahsyat menghantam Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara, minggu lalu menjadi bukti bahwa kerusakan alam (eksloitasi) begitu nyata terjadi di hadapan kita. Hal ini menjadi peringatan untuk kita semua dan mengajak kita untuk introspeksi, jangan sampai kita merusak alam hanya untuk kepentingan sekelompok orang tanpa memikirkan dampaknya. Stop eksploitasi! Jaga alam Indonesia!

Akhirul kalam, mudah-mudahan saudara-saudara kita yang terdampak banjir bandang dan tanah longsor di tiga provinsi tersebut diberikan kekuatan dan ketabahan untuk menghadapi musibah ini. Semoga datangnya ujian berupa musibah ini bisa mengangkat derajat saudara-saudara kita di hadapan Allah Azza Wa Jalla. Aamiin Ya Rabb.