Pesan Grand Syaikh Al-Azhar di Darunnajah, “Berimanlah dengan Ilmu”
Grand Syaikh Al-Azhar (GSA), Prof. Dr. Ahmad Al Thayyeb, berkunjung ke Pondok Pesantren Darunnajah, Kamis (11/7/2024). Maksud kunjungan itu adalah memperkuat hubungan bilateral di bidang pendidikan Islam antara Indonesia dan Mesir.
Grand Syaikh Al-Azhar menegaskan, kerja sama tersebut penting. Sebab, kerja sama itu menjadi wujud persaudaraan Islam. “Al-Azhar dan Darunnajah memiliki visi yang sama dalam mencetak generasi Muslim yang beriman, berakhlak mulia, dan siap menghadapi tantangan global. Kerja sama ini merupakan wujud nyata dari persaudaraan Islam yang melampaui batas negara,” tegasnya.
Ketika itu, rombongan GSA terdiri dari antara lain Duta Besar Mesir, HE. Yasser Elsheemy; Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar, Prof. Dr. Abbas Shouman; Sekjen Majelis Hukama Muslimin Counsellor, Muhammad Abdussalam; Sekjen Lembaga Riset Islam, Prof. Dr. Nadhir Ayyadh; Mantan Rektor Al-Azhar, Prof. Dr. Al-Mahrashawi; Direktur Pusat Studi Bahasa Arab 'At-Tathwir' Al-Azhar, Prof. Dr. Nahlah Sobri; dan Duta Besar Abdurrahman Musa. Rombongan mereka diterima secara hangat oleh Pimpinan Pondok, Dr. KH Sofwan Manaf, M.Si; KH Hadiyanto Arief, SH, M.Bs; Rektor Universitas Darunnajah, dan jajaran asatidz.
Lebih dari 600 pengasuh pondok pesantren yang tergabung dalam asosiasi FPAG, FKPM, P2i dan lain sebagainya, hadir pada acara tersebut. Grand Syaikh Al-Azhar pun menyatakan, ia sangat senang dan gembira atas penyambutan yang sangat meriah dan luar biasa. Hal itu menandakan kecintaan masyarakat Indonesia kepada Al-Azhar.
Di dalam sambutannya, Sofwan Manaf mengatakan, Darunnajah sangat terinspirasi dengan Al-Azhar dalam pendidikan. Terutama manhaj pendidikan Islam yang wasatiyyah.
Selain pendidikan, hal lain yang menginspirasi dari Al-Azhar menurut Sofwan adalah wakafnya. Al-Azhar dinilai merupakan lembaga pendidikan Islam yang paling berhasil menjadikan wakaf sebagai instrumen utama dalam menopang pendidikan selama lebih dari 10 abad. Bahkan, menurut Kiai Sofwan, ribuan pesantren di Indonesia menjadikan Al-Azhar sebagai salah satu sintesa mereka dalam hal perwakafan.
Baca juga: Grand Syekh Al Azhar Mesir Sebut Umat Islam Sangat Berutang Jasa kepada Muhammadiyah
Tanah wakaf Darunnajah yang dimulai dari 600 meter persegi, setelah 60 tahun kemudian berkembang dan kini menjadi 1000 hektare lebih. Maka, sebagai bentuk apresiasi kepada Al-Azhar, Kiai Sofwan menegaskan bahwa pembangunan gedung tujuh lantai yang sekarang sedang berlangsung, yang direncanakan akan menelan biaya sekitar 45 miliar Rupiah itu akan dinamakan Gedung Al-Azhar.
Sementara itu, dalam tausiyah yang ia sampaikan, Grand Syaikh Al-Azhar menekankan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan bagi umat Islam. Menurut GSA, kata ilmu dalam Al Qur’an bermakna luas. Yaitu bermakna belajar, mengamati, mengobservasi, meneliti, dan berkreasi. Di dalam Al Qur’an, kata ilmu disebutkan lebih dari 100 kali. Hal itu menunjukkan betapa pentingnya kedudukan ilmu bagi seorang muslim. Terlebih, ayat pertama yang turun adalah perintah membaca.
Syaikh Al-Azhar juga menekankan pentingnya kaitan ilmu dengan iman. “Berimanlah dengan ilmu agar menjadi keyakinan yang kuat,” ujarnya.
Selanjutnya, di hadapan sekitar 500-an pimpinan pesantren, beliau mengimbau agar pesantren mengajarkan pengetahuan Islam secara luas dan komprehensif. Misalnya, mengajarkan keragaman pendapat-pendapat dalam madzhab-madzhab baik dalam akidah maupun fiqh ibadah.
Imbauan Grand Syaikh Al-Azhar itu dimaksudkan agar anak didik kita berwawasan luas dan bersikap toleran. Jangan terlalu kaku atau terlalu longgar. Wasatiyah saja. Semua pendapat dalam madzhab harus dikaji secara mendalam hingga ke akar masalahnya dan dasar argumentasinya. Demikian itulah manhaj yang diajarkan dalam tradisi Al-Azhar hingga saat ini.
Di akhir tausiyahnya, beliau mengapresiasi peran dan capaian yang telah diraih Darunnajah. Ia optimis Darunnajah akan terus berkembang dan maju. Bahkan, GSA berjanji akan memberikan perhatian kepada Darunnajah dan pesantren-pesantren pada umumnya.