Pesta Puisi di TIM, Helvy Tiana Rosa Luncurkan "Jantung yang Berdetak dalam Batu”

Sastrawan ternama Helvy Tiana Rosa menggelar acara bertajuk "Pesta Puisi" di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Ahad (27/4/2025). Acara yang digelar dalam rangka memeringati Hari Puisi Nasional tersebut menjadi momentum peluncuran dan diskusi buku kumpulan puisi karya terbarunya yang berjudul "Jantung yang Berdetak dalam Batu". Hari Puisi Nasional sendiri diperingati setiap tanggal 28 April.

Bekerja sama dengan Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Jakarta (UNJ), HISKI UNJ, dan Dewan Kesenian Jakarta, acara ini menghadirkan sejumlah tokoh penting dalam dunia sastra dan akademik sebagai pembicara, yaitu Agus R. Sarjono, Dr. Venus Khasanah, Maman S. Mahayana, dan novelis Asma Nadia yang juga adik kandung Helvy.

Di kesempatan itu, Agus R. Sarjono yang seorang penyair, editor, dan kritikus sastra, hadir sebagai pembahas utama karya tersebut. Ia dan Helvy pernah sama-sama menjadi pengurus di Dewan Kesenian Jakarta, menjadikan kehadiran dia sebagai sesuatu yang istimewa.

"Saya sengaja mengundang Mas Agus untuk membedah karya saya karena saya menganggap, Mas Agus itu -- menurut saya pribadi, ya -- adalah seorang penyair Indonesia yang paling cerdas. Cerdas dalam mengritisi," ungkap Helvy dalam salah satu sesi.

Cinta Untuk Gaza
Meniti Jalan Menuju Mardhotillah

Dr. Venus Khasanah, dosen Program Studi Sastra Indonesia UNJ, hadir bukan hanya sebagai akademisi, tetapi juga sebagai editor buku tersebut. Sedangkan Maman S. Mahayana, sastrawan dan dosen dari Universitas Indonesia, hadir untuk memberikan refleksi mendalam tentang fungsi puisi dalam kehidupan sosial. Ia menyatakan, "Menulis dapat menumbuhkan rasa percaya diri. Puisi adalah senjata untuk menyadarkan sesuatu. Maka, puisi tidak hanya menjadi permainan bahasa, melainkan juga sarana perjuangan".

Di dalam diskusi tersebut, Maman juga menyinggung pentingnya menjadikan puisi sebagai media edukatif dan inspiratif di tengah masyarakat. Ia memberi contoh bagaimana puisi-puisi yang menyuarakan perlawanan terhadap ketidakadilan dapat memiliki nilai fungsional dan menyentuh kesadaran kolektif. Ia menambahkan bahwa puisi hendaknya dibaca dan dipajang di sekolah-sekolah agar membentuk karakter dan keberanian untuk memusuhi kepalsuan.

Buku "Jantung yang Berdetak dalam Batu" memuat puisi-puisi yang menggambarkan keprihatinan terhadap Palestina, kerinduan terhadap sosok Ibu, penghormatan terhadap pahlawan, serta penghargaan terhadap guru. Empat tema besar ini menjadi inti dari karya Helvy kali ini. Ia mengungkapkan bahwa proses kreatif buku tersebut berlangsung cukup lama, karena dirinya selalu terdorong untuk terus menyempurnakan setiap baitnya.

"Di satu sisi bisa jadi kesuksesan, di sisi lain bisa jadi kegagalan. Karena ingin terus menerus memerbaiki puisi yang sudah ada," ujarnya jujur.

Agus R. Sarjono menilai bahwa kekuatan puisi-puisi Helvy justru terletak pada penggunaan diksi dan majas yang mendalam. "Yang utama dalam puisi-puisi Helvy itu bukan pesannya, tetapi majasnya," ucapnya.

Selalu Ada Ramadhan di Gaza
Puing-puing itu tak hanya digantungi harapan, tetapi juga bendera warna-warni dan lampu-lampu kecil yang tak mampu dipadamkan represi tak berseri. Tembok-tembok tak bertuan dihiasi tulisan mengisyaratkan prasasti tragis paling berdarah. Tapi selalu ada Ramadhan di Gaza.

Pandangan itu memertegas bahwa kekuatan puisi tidak selalu berada pada isi eksplisit, melainkan pada kekayaan bahasa dan cara penyampaiannya. Meski begitu, bukan berarti puisi-puisi Helvy tak sarat akan makna. Puisi-puisi Helvy memiliki nyawa yang berhasil menggugah, menggetarkan, menyayat, dan menembus ke relung jiwa. Karya-karyanya bukan sekadar rangkaian kata, tetapi embusan ruh yang hidup dalam setiap bait, meninggalkan jejak mendalam di hati pembaca.

Selain sesi talkshow, acara ini juga dimeriahkan dengan pembacaan puisi oleh beberapa juara baca puisi nasional. Juga pembacaan puisi oleh Asma Nadia dan oleh Helvy Tiana Rosa sendiri. Lalu juga ada beberapa penampilan musikalisasi puisi dari tim Jumpakustik Bengkel UNJ, yang merupakan mahasiswa-mahasiswa dari Program Studi Sastra Indonesia di UNJ. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak didik dari Helvy sendiri, karena ia juga menjadi dosen di Program Studi tersebut.

Di dalam acara itu pula, Helvy sempat menyebutkan tiga penyair yang menjadi panutan dia dalam menulis puisi, yakni Sutardji Calzoum Bachri, Afrizal Malna, dan Agus R. Sarjono. Ia mengaku bahwa dirinya banyak belajar dari para tokoh tersebut seiring perjalanan dia sebagai seorang penulis. Hal ini menunjukkan bagaimana dirinya terus berkembang dan berproses. Tidak tiba-tiba langsung menjadi seorang sastrawan yang hebat seperti kita kenal sekarang ini.

Kolaborasi antara Helvy Tiana Rosa dengan Agus R. Sarjono, Dr. Venus Khasanah, dan Maman S. Mahayana, mencerminkan sinergi antara sastrawan dan akademisi dalam memajukan sastra Indonesia. Melalui berbagai forum dan kegiatan, mereka bersama-sama berkontribusi dalam memerkaya khazanah sastra dan mendukung literasi di masyarakat.