Pingin Kayak Abdurrahman bin ‘Auf, tetapi...

Sahabat-sahabat nabi adalah generasi terbaik hasil didikan Nabi Muhammad saw yang sangat patut kita contoh. Selain karena kebaikan-kebaikan dalam agamanya, para sahabat juga punya sisi yang relate dengan kehidupan kita. Pasalnya, mereka juga manusia biasa seperti kita. Hanya saja, mereka di atas kita dalam hal agama.

Rasulullah bersabda, “Sebaik-baiknya generasi adalah generasi sahabatku, lalu generasi setelahnya (Tabi’in) lalu generasi setelahnya lagi (Tabi’ut Tabi’in)” – HR. Bukhari

Siapakah Abdurrahman bin ‘Auf?

Di antara sahabat nabi yang punya sisi yang sangat relate dengan kehidupan kita adalah Abdurrahman bin ‘Auf. Abdurrahman bin ‘Auf adalah salah seorang dari sahabat Nabi, salah satu dari 8 orang pertama yang masuk Islam, juga termasuk 10 sahabat Nabi yang dijamin surga.

Dua hari setelah Abu Bakar R.a masuk Islam, sahabatnya, Abdurrahman bin ‘Auf, juga melakukan langkah serupa. Beliau juga dikenal sebagai sahabat Nabi yang pebisnis sukes, milyarder, dan dermawan. Beliau adalah “alumni” Perang Badar dan aktif dalam seluruh jihad lainnya bersama Nabi.

Beliau adalah pengusaha dan salah satu donatur utama Nabi, pesaing Utsman bin Affan dalam hal sedekah, dan sebagian hartanya diserahkan untuk Islam. Hijrah ke Madinah dalam keadaan dirampok hartanya oleh orang Musyrik, lalu ketika sampai di Madinah ia bertanya kepada orang Anshar, “Pasar di mana?” Tak berapa lama kemudian, ia menjadi orang kaya lagi.

Baca juga: Bentuk Permukaan (Landscape) Neraka

Jasa-jasa beliau kepada Islam sangat banyak, terutama dalam hal donasi dan jihad. Berikut ini di antara jasa-jasanya:

  1. Pemberi donasi rutin untuk Jihad dalam jumlah Milyaran
  2. Pemberi uang belanja untuk istri-istri Nabi setelah Nabi wafat
  3. Menyantuni 300-an veteran Perang Badar (setara 5,3 juta per orang)
  4. Salah satu prajurit yang tidak pernah absen dalam jihad fi sabilillah. Bahkan ketika perang Uhud, beliau mendapat 20 luka, gigi-giginya rontok, dan luka di kaki hingga jalannya susah
  5. Salah satu dari 6 anggota Dewan Syura pemilihan Khalifah setelah Umar

Dan masih banyak lagi jasa-jasanya. Sangat pantas dijadikan teladan bagi kita, khususnya mereka yang punya passion di bidang bisnis. Dan memang senyatanya beliau sering dijadikan tauladan oleh komunitas pebisnis Muslim.

Akan tetapi sayangnya, banyak pebisnis Muslim yang baru sekadar ngefans dengan Abdurrahman bin ‘Auf soal semangat bisnisnya saja dan lalai dalam beberapa hal. Berikut ini di antara hal-hal tersebut.

  • Waktu Adzan Berkumandang Masih Sibuk dengan Urusan Kantor (Urus Customer/Meeting/Ketemu Klien)

Di dalam sebuah hadits dikatakan bahwa Rasulullah sangat-sangat ingin membakar rumah-rumah para lelaki yang di dalamnya mereka yang saat adzan berkumandang masih di rumah. Hadits ini bukan berarti Rasulullah itu kejam atau agresif, tetapi maksudnya adalah rumah-rumah yang para lelakinya tidak shalat di masjid, maka rumah itu tidak mendapat keberkahan Allah Swt karena membuat murka Rasul-Nya. Maka, apakah mau kantor kita menjadi kantor yang dimurkai?

Baca juga: Jembatan Qantharah Setelah Jembatan Shirath
  • Menambah Modal Memakai Riba yang Diakal-akalin

Masalah Riba sudah sering dibahas oleh para Ustadz. Sudah banyak sekali praktik riba di era modern ini. Dan ironisnya, walau komunitas pebisnis Muslim itu sudah ngaji, sudah tahu tentang riba, namun beberapa di antara mereka ada yang mencari celah untuk menambah modal dengan riba yang “diakal-akalin” supaya menjadi kelihatan syar’i.

  • Membuat Konten Iklan dengan Cara Kadzab (Gimmick Rekayasa Dusta)

Islam sangat menekankan kejujuran, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Sehingga, berdusta (berbohong) itu dilarang, termasuk ketika berdagang. Maka, segala jenis konten iklan gimmick rekayasa, semisal membuat testimoni rekayasa, pembelian pura-pura (fake sale) untuk mendapatkan rate di marketplace, klaim manfaat produk berlebihan dan sebagainya, adalah dosa. Harus jujur sejujur-jujurnya. Dan jangan terpengaruh perkataan orang sekarang yang bilang “Kalau terlalu jujur dagangan nggak laku”.

  • Membebani Karyawan di Luar Kemampuan dan Tidak Menjaga Mental Health Karyawan

Rasulullah bersabda “Janganlah engkau membebani pembantumu melebihi kempampuannya. Namun jika terpakasa harus, bantulah kerjaan mereka” – HR. Bukhari

Anas bin malik berkata “Aku bekerja 10 tahun kepada Nabi dan beliau tidak pernah komplain terhadap pekerjaan yang aku kerjakan maupun yang lupa aku kerjakan” – HR. Muslim

Sudah menjadi lumrah di zaman sekarang, seorang atasan menekan-nekan dan menghina karyawannya hingga mental health-nya hancur. Padahal, contoh dari Nabi tidak begitu. Maka, pebisnis Muslim sepatutnya meneladani Nabi.

  • Tidak Membayar Lembur Karyawan atau Me-rapel Gaji Karyawan

Rasulullah bersabda, “Bayarlah upah pekerja sebelum kering keringatnya” – HR. Ibnu Majah

Baca juga: Pelajaran dari Kisah-Kisah Nabi Ibrahim

Sabda Nabi yang lain, “Allah berfirman ‘akan menjadi musuh-Ku di hari kiamat…atasan yang tidak membayar pekerjanya padahal pekerjanya sudah melakukan tugasnya’” – Hadits Qudsi, Bukhari

Jadi, pembayaran gaji itu amat penting, bahkan paling penting, karena hubungan atasan dan pekerja adalah hubungan akad, di mana masing-masing sudah mencapai deal soal hak dan kewajiban. Pengusaha Muslim tentu harus lebih peka terhadap hal ini.

  • Sedekah Pilih Kasih (Kalau Perlu, Dibuat Konten)

Niat bersedekah adalah niat memberi. Jika diniatkan untuk dibuat konten branding apalagi dengan harapan akan mendapat views sosmed dan feedback profit jualan, maka niatnya sudah tercampuri. Bagaimana kalau tidak ada views? Apakah masih ikhlas bersedekah?

Selain itu, memang banyak yang terjangkiti sifat Bakhil (pelit). Sedekahnya pilih-pilih, dengan alasan agar tepat sasaran-lah, takut sedekah ke tangan yang salah-lah, dan lain-lain. Padahal, dalam sebuah hadits diceritakan, ada orang yang sedekahnya tak sengaja jatuh ke tangan maling, pezina, dan orang kaya, tetapi orang itu tetap mendapat pahala full karena niatnya untuk bersedekah.

  • Reseller/Mitra Diiming-imingi Omset Besar Padahal Skema Dipersulit dan Mereka Tidak Tahu

Kepercayaan (trust) adalah salah satu prinsip terpenting dalam bisnis. Di dalam Islam, kejujuran dalam berdagang sangat diwajibkan. Rasulullah pernah menegur pedagang yang menyembunyikan cacat makanan lalu bersabda, “menipu bukan kebiasaan umatku”.

Baca juga: Lukisan Raja Charles dan Sejarah Berdarah Kerajaan Inggris

Dari sini, kita tahu bahwa menyembunyikan sesuatu dari customer demi keuntungan pribadi adalah penipuan. Maka, tak sepatutnya mereka yang menjuluki diri sebagai pengusaha Muslim menyembunyikan sesuatu dari customer ataupun reseller yang menyebabkan mereka mengalami rugi walau sedikit.

Kesimpulan

Bukan hanya sekadar ngefans sahabat Nabi yang entrepreneur, tetapi kita juga perlu perhatikan kaidah-kaiadah Syar’i. Sebab, akan ironis sekali jika kita katanya meneladani seorang sahabat Nabi tetapi tidak menjalankan syariat dan berakhlak seperti yang dijalankan sahabat Nabi itu.

Semoga ke depannya lahir para pengusaha Muslim yang taat dan banyak memberi manfaat kepada umat. Aamiin.

Wallahu a’lam bishowab.