Polemik Piala Dunia U-20, FIFA Tidak Konsisten?
Penulis: Muhammad Iqbal (Mahasiswa STID Mohammad Natsir Bekasi)
Akhir-akhir ini ramai perbincangan tentang piala dunia U-20 yang akan digelar di Indonesia. Adalah suatu kebanggaan karena Indonesia menjadi tuan rumah dalam ajang bergengsi itu sekaligus bisa ikut berkompetisi memperebutkan gelar juara.
Namun, polemik mencuat kala Timnas Israel dinyatakan lolos Piala Dunia U-20. Hal itu lantaran Israel adalah negara penjajah Palestina. Disaat yang sama Indonesia sebagai tuan rumah memiliki ikatan sangat kuat dengan Palestina, baik dari segi sejarah maupun teologi. Apalagi Indonesia memiliki hutang sejarah, Palestina adalah pihak yang pertama kali mengakui serta mati-matian membela kemerdekaan Indonesia.
Wajar rasanya jika terjadi penolakan dari berbagai pihak. Apalagi dalam pembukaan UUD 1945 mengamanatkan, "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan".
Dalam pidatonya Soekarno menegaskan,
"Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menentang penjajahan Israel".
Pidato Soekarno diatas nampaknya diamini berbagai tokoh nasional, diantaranya Ganjar Pranowo. Mengutip Kompas.com dalam sebuah wawancara Ganjar berujar,
"Kita sudah tahu bagaimana komitmen Bung Karno terhadap Palestina, baik yang disuarakan dalam Konferensi Asia Afrika, Gerakan Non Blok, dan maupun dalam Conference of the New Emerging Forces. Jadi ya kita ikut amanat beliau," Pungkas Ganjar.
Suara penolakan juga datang dari berbagai kalangan. Mulai dari MUI, ormas-oemas Islam, tokoh-tokoh Islam serta pihak lainya. Berikut daftarnya sebagaimana di kutip dari Bisnis.com,
"Gubernur Bali I Wayan Koster, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Majelis Ulama Indonesia (MUI), Boycott, Divestment, dan Sanction (BDS), Indonesia Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), Aqsa Working Group (AWG), Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI), Aliansi Solo Raya (Ansor), Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Massa FPI, Alumni 212, dan GNPF"
Ketua MUI Bidang Kerja Sama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim menyampaikan bahwa, semua ormas Islam di Indonesia tegas menolak kehadiran Timnas Israel U-20 untuk berlaga di Indonesia. Sudarnoto menyatakan, hal itu telah disepakati dalam pertemuan antara MUI dengan ormas-ormas Islam di Indonesia baru-baru ini. Semua ormas Islam yang hadir menyatakan sikap menolak kehadiran Timnas Israel.
Argumentasi penolakan dari berbagai pihak tersebut sudah barang tentu berakar dari kesetiaan kepada amanat konstitusi serta nilai moral yang dipegang. Maraknya penolakan tersebut, membuat PSSI berunding dengan FIFA. Yang pada akhirnya FIFA memutuskan bahwa Indonesia batal menjadi tuan rumah piala dunia U-20 tahun 2023.
Tentu publik tanah air dibuat kecewa dengan keputusan tersebut, karena FIFA terlihat terlalu rasis dan egois dalam membuat keputusan. Padahal maksud penolakan adalah meminta untuk tidak mengikutsertakan Israel bertanding, bukan membokikot gelaran Piala Dunia U-20. Direktur Natsir Corner Indonesia, Wildan Hasan berujar,
"Kita tentu saja kecewa dan berduka FIFA membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia Sepakbola U-20. Yang kita tuntut adalah Timnas Israel dicoret dari keikutsertaan dalam Piala Dunia tersebut, bukan pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah. Apa boleh buat, rupanya FIFA lebih berpihak kepada penjajah. Sejatinya penolakan terhadap timnas Israel jadi penguat bagi FIFA untuk membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah akibat ketidakmampuan Indonesia menyelesaikan kasus Kanjuruhan. Ada sanksi dari FIFA atau tidak nantinya, mari kita tetap bangun sepakbola tanah air dengan lebih professional dan mentalitas baru." Ujarnya.
Banyak juga yang berkomentar, tidak usah bawa-bawa politik ke dalam dunia sepak bola. Padahal, belum hilang dalam ingatan pecinta sepak bola bagaimana Timnas Rusia diboikot oleh FIFA untuk ikut serta dalam Piala Dunia di Qatar 2022 silam. Alasannya karena Rusia menginvasi Ukraina. Padahal pada fase kualifikasi, Rusia berhasil mencatatkan tujuh kemenangan dari sepuluh pertandingan, membuatnya finis di peringkat kedua Grup H, di bawah Kroasia dan berhak tampil di play-off. Bahkan hingga kini, Negeri Beruang Merah itu masih dilarang tampil dalam tingkat internasional, mulai dari tim nasional maupun bagi klub-klub yang seharusnya mendapatkan kesempatan tampil dalam ajang Liga Champions dan Liga Eropa.
Jadi, keputusan yang diambil FIFA mencoret Indonesia sebagai tuan rumah gelaran Piala Dunia U-20 adalah keputusan sepihak yang kental dengan cita rasa rasis dan egois.