Potret dan Pelajaran dari Perang Tabuk

Penulis: Dedi Mulyana, B.Sh‌‌ (Kandidat Master Universitas Al-Quranul Karim Sudan)

Salah satu rahmat dari Allah untuk hamba-hambanya adalah tersedianya sajian dan hidangan yang laziz jiddan. Sajian itu Asyhur Hurum atau bulan-bulan yang dimuliakan. Diantara bulan yang dimuliakan itu adalah bulan rajab, selain pahala yang berlipat atas setiap amal sholeh yang dilakukan, juga ancaman dosa yang berlipat atas setiap perbuatan yang mengundang murka-Nya.

Peristiwa-peristiwa syarat hikmah dan pelajaran yang kita baca di media sejarah, tidak boleh terlupakan. Diantara peristiwa pada bulan Rajab ialah Perang Tabuk, peristiwa hijrah pertama kaum muslimin ke Habasyah, Isra' Mi'raj, penaklukan Damaskus dikomandoi oleh Abu Ubaidah bin Jarah, kemenangan kaum muslimin dalam perang salib dikomandoi oleh Sholahuddin Al-Ayyubi, dan masih banyak yang lainnya.

Perang Tabuk adalah perang terakhir Rosulullah melawan pasukan Romawi. Secara eksternal perang ini adalah perang yang membedakan antara yang haq dan batil.

Secara internal membedakan antara keimanan dan kekufuran. Atau dengan penjelasan lain, mengkontraskan benih abu-abu dan menetralisir kaum muslimin dari kaum munafikin. Bagi para sahabat saat itu, komando untuk turut berjihad dari Rasulullah adalah gelombang gairah kehidupan yang bertalu-talu dalam jiwa mereka.

Sebab Terjadinya Perang Tabuk

Menurut DR. Muhammad Ruwwas Qal'ahji dalam bukunya, setidaknya ada dua sebab terjadinya perang Tabuk. Pertama, momentum atau challenge yang tepat untuk implementasi rencana mempertahankan dan memperkuat spot bidang politik dan militer kaum muslimin.

Kedua, melihat realitas kekuatan politik kaum muslimin, pasukan romawi merasa terancam dan membuat rencana penyerangan. Kabar itu sampai ke telinga Rasulullah. Kemudian Rasulullah dan kaum muslimin dengan penuh keyakinan meresponnya dengan bersiap-siap untuk memerangi mereka.

Persiapan Pasukan Kaum Muslimin

Pemandangan indah dari potret kehidupan Rasulullah dan para sahabat, akan mendapatkan Sense of responsibility dan sense of belonging yang dimiliki oleh para sahabat begitu kuat.  Terbukti Rasulullah mengultimatum untuk bersiap siaga, mengumumkan perang dan isyarat bertenaga tentang kegentingan yang akan dihadapi. Para sahabat menyambutnya dengan senang hati.

Ditengah kondisi yang tidak biasa itu, bukan hanya para sahabat turut bersiap siaga. Berbagai kabilah dari berbagai tempat pun datang ke Madinah dan berlomba-lomba dalam bersedekah. Mereka memberikan sedekah terbaiknya untuk persiapan perang.

Ada yang memberikan seluruh hartanya seperti Abu Bakar, setengah hartanya seperti Umar bin Khattab, Abdurrahman bin Auf, Abbas, Thalhah, Sa'ad bin 'Ubadah, dan Muhammad bin Maslamah juga tidak mau ketinggalan. Ada juga seorang sahabat seperti 'Ashim bin 'Adi yang memberikan sembilan puluh wasaq kurma. Ada juga satu atau dua mud kurma.

Artinya pada saat itu seluruh kaum muslimin ingin memberikan yang terbaik kecuali mereka yang hatinya keruh berjiwa munafik. Karena memang rasa dan hatinya sudah lama mati.

Hasil dan Pengaruh

Melihat pasukan kaum muslimin, pasukan romawi mulai diselimuti rasa takut dan gentar. Padahal jumlahnya lebih besar dibanding pasukan kaum muslimin. Pasukan romawi menyiapkan sebanyak 40.000 pasukan. Sedangkan kaum muslimin sebanyak 30.000 pasukan.

Kemudian penduduk Ailah disusul juga oleh penduduk Mina menawarkan perdamaian kepada Rosulullah. Setelah itu Rosulullah menulis surat perjanjian untuk mereka. Untuk pemimpin Ailah yaitu Yuhannah bin Ru'bah, Rosulullah menulis surat yang isinya sebagai berikut:

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Ini adalah amanah dari Allah dan Muhammad Nabi dan Rasul-Nya. Kepada Yuhannah bin Ru'bah dan seluruh penduduk Ailah. Perahu dan kendaraan mereka di daratan dan di lautan berhak mendapat jaminan perlindungan Allah dan Rasul-Nya. Dan berlaku bagi siapa saja yang bersamanya dari penduduk Syam dan penduduk di pesisir pantai.

Barangsiapa di antara mereka yang melanggar perjanjian, maka hartanya tidak akan dapat melindungi dirinya, dan siapa pun boleh mengambilnya. Mereka tidak boleh dirintangi untuk mengambil air yang biasa mereka ambil, demikian juga jalan mereka baik di darat ataupun di laut, tidak boleh dirintangi – (Rohiqul Makhtum Hal 571)

Artinya perang ini dimenangkan oleh kaum muslimin tanpa berkecamuk. Penduduk Jarba dan Urduh bersedia membayar jizyah bahkan para kabilah yang dulunya dibawah kekuasaan romawi, mereka berbalik arah dan mendukung kaum muslimin.

Tersingkapnya Sifat dan Perbuatan Orang Munafik

Perang Tabuk dikenal juga dengan Jaisyul 'Usroh (tentara yang ditimpa kesulitan). Karena pada saat itu tepat pada puncak musim panas, musim panen dan biasanya penduduk jazirah Arab menikmatinya serta berteduh-teduh dibawah pohon-pohon milik mereka. Namun mereka yang beriman lebih mencintai suara-suara komando Rasulullah. Kecuali mereka yang lalai dan kaum munafik.

Mengutip perkataan Syaikh Shofiyurrahman Al-Mubarokfury dalam buku sirohnya, "Maka tidak ada seorang pun yang tidak ikut serta, kecuali ada halangan yang benar-benar kuat, atau mereka berdusta kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka adalah orang-orang munafik. Yaitu mereka yang duduk-duduk saja, setelah mereka memohon izin untuk tidak ikut, karena alasan dusta yang diada-adakan.

Bahkan mereka hanya berdiam diri tanpa memohon izin terlebih dahulu. Memang ada tiga orang mukmin yang lurus, yang tidak ikut serta dalam perang ini, karena alasan yang tidak dibenarkan, mereka inilah yang kemudian diuji oleh Allah, lalu kesalahan mereka diampuni." – (Rohiqul Makhtum Hal 574)

Demikian potret dan pelajaran yang bisa diambil dari perang tabuk. Perang yang menjadi ujian keimanan bagi kaum muslimin dan menjadi garis tersingkapnya sifat dan perbuatan serta hukuman bagi kaum munafikin.