Prof. Sami Al-Arian Ungkap Negara yang Diidamkan Penjajah Israel dan Cara Menghadapinya

Di tengah atmosfer Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina, Global Peace Convoy bekerja sama dengan Smart 171 dan AQL Islamic Center menyuguhkan seminar kemanusiaan internasional pada Selasa (2/12/2025) di Aula AQL Islamic Center, Jakarta. Di seminar tersebut, para aktivis Indonesia yang beberapa bulan lalu berangkat ke Tunisia untuk mendobrak blokade Gaza itu mendatangkan Profesor lulusan Amerika yang lahir dan tumbuh sebagai pengungsi, Sami Al-Arian. Lebih dari seratus peserta hadir, mulai dari pegiat kemanusiaan, kelompok advokasi pro-Palestina, hingga kalangan umum.

Memulai kegiatan itu, Prof. Sami Al-Arian menegaskan, Israel dengan paham Zionismenya bukan sekadar ancaman bagi Palestina, tetapi juga bagi semua orang. “Lihat bagaimana penjajah Israel menghabisi warga sipil, perempuan, anak-anak, bahkan menghancurkan kehidupan di rumah sakit dan sekolah. Lalu lihat bagaimana mereka menyerang negara lain seperti Lebanon, Suriah, Yaman, Iran, bahkan Qatar,” ucapnya seperti diterjemahkan oleh Direktur Smart 171, Dr. Maimon Herawati.

Secara lugas, Prof. Sami kemudian memaparkan sejarah dan tujuan Zionisme. Ia menyebut, faktanya, proyek Zionisme bertujuan menjajah semua tanah Palestina untuk menjadi milik mereka.

“Sejak dulu Zionis mencaplok tanah dengan kekerasan. Mereka berusaha membuat penduduk aslinya tidak kerasan dan segera pindah. Warga Palestina dipaksa memilih 3 opsi: mengakui negara Yahudi, keluar dari Palestina, atau kematian,” tegas profesor yang menjadi salah satu dari tiga muslim yang termasuk dalam daftar 152 pembangkang AS selama satu abad terakhir, karena ketekunan aktivismenya.

One Million Women For Gaza”: Aksi Damai Bela Palestina dari Ormas Wanita
PP Wanita Islam, ARI-BP PEREMPUAN, bersama ormas lainnya, akan mengadakan Aksi Damai Bela Palestina bertajuk “One Million Women for Gaza”. Aksi itu adalah respons nyata kaum perempuan Indonesia terhadap tragedi kemanusiaan yang terus terjadi di Palestina.

Oleh sebab tujuan Zionisme itu, Prof. Sami menilai bahwa Two State Solution (Solusi Dua Negara) adalah ilusi semata. Perjanjian Oslo tak pernah terjadi. Pun pembentukan satu negara atau pun Apartheid States seperti di Afrika Selatan tak menjadi tujuan mereka.

"Apartheid States menimbulkan banyak kecaman dari berbagai negara menilik yang terjadi di Afrika Selatan. Ada pun pembentukan satu negara hanya menjadi bumerang bagi Israel, karena saat demokrasi dilakukan, mereka tahu akan kalah telak. Akhirnya, satu-satunya langkah mereka adalah mengusir seluruh penduduk Palestina dan merampok seluruh tanahnya,” ungkapnya.

Menjawab masalah yang ada, Prof. Sami mengajak dunia Islam bersatu. Ia menyebut, Israel memiliki pilar-pilar di seluruh negeri berupa perusahaan, politik, komunitas, dan banyak jenis lainnya.

“Pasca meletusnya Badai Al-Aqsa, dunia mulai sadar kejahatan yang dilakukan Israel. Sayangnya, 57 negara muslim dalam kondisi lemah. Maka, langkah pertama sebelum sepenuhnya membela Palestina adalah melepaskan cengkeraman Zionisme dari pilar-pilar yang ada dan menolak segala bentuk normalisasi,” katanya.

Di sesi tanya jawab, seorang peserta muda dari Jakarta bertanya tentang peran generasi muda Indonesia. Jawaban yang muncul tegas dan tajam.

"Jika kita tidak terlibat, kita akan membayar akibatnya. Mekanisme sanksi internasional lumpuh menghadapi genosida, sebab mereka adalah buatan Zionis. Maka, pelajari kekuatan kalian, cari pilar penjajah di Indonesia dan hancurkanlah,” tegas Prof. Sami.

Acara ini merupakan bagian dari rangkaian kunjungan Prof. Sami Al-Arian di Indonesia. Acara ini sekaligus menjadi bagian dari peringatan International Day of Solidarity with the Palestinian People. Di dalam rangkaian kunjungannya di Indonesia ini, Prof. Sami banyak mengisi dialog di berbagai ruang strategis, mulai dari forum Majelis Ulama Indonesia, Perguruan Tinggi Negeri, hingga komunitas dan lembaga-lembaga sosial di Indonesia.