Puluhan Warga Palestina Syahid dalam Serangan Tentara Israel di Rafah

Sejak Jumat (9/2/2024) malam hingga Sabtu (10/2/2024), tentara zionis Israel melancarkan tiga serangan udara terhadap rumah-rumah penduduk di wilayah Rafah, Palestina. Akibatnya, setidaknya 28 orang warga Palestina syahid. Di antara korban tewas itu adalah 10 anak-anak. Dan korban termuda di antara para korban syahid itu adalah anak yang baru berusia 3 bulan. Demikian menurut seorang pejabat kesehatan dan jurnalis The Associated Press yang melihat jenazah-jenazah tersebut tiba di rumah sakit, seperti dikutip republika.co.id.

Tentara penjajah Israel mulai melakukan serangan darat ke wilayah Gaza Selatan dan membunuh warga di Rafah, setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memberikan sinyal tentang rencana invasi ke Rafah. Beberapa jam sebelum tentara penjajah melakukan serangan, Netanyahu mengatakan, ia telah memerintahkan militer merencanakan evakuasi ratusan ribu warga Palestina dari Rafah. Evakuasi disebut sebagai bagian dari persiapan pemerintah Israel untuk melakukan invasi darat yang menyertai serangan udara.

Saat ini, setengah dari 2,3 juta penduduk Jalur Gaza telah memadati Rafah karena mengungsi akibat wilayah Jalur Gaza dibombardir tentara penjajah Israel sejak Oktober 2023. Menurut perkiraan PBB, sekitar 1,4 juta penduduk Gaza telah mengungsi ke Rafah sejak pecah perang Israel dengan Hamas pada bulan Oktober 2023. Warga sipil mengungsi ketika IDF (tentara pertahanan Israel) melakukan genosida di sebagian besar wilayah Gaza. Kota Rafah yang terletak di perbatasan dengan Mesir tersebut sebelumnya berpenduduk sekitar 280.000 jiwa.

Netanyahu sendiri tidak merinci serangan dan batas waktu evakuasi itu dilakukan. Sehingga, pengumuman tentang hal itu sempat meningkatkan kepanikan yang meluas bagi 2,3 juta penduduk Jalur Gaza yang kini memadati Rafah.

Baca juga: “Al-Yassin 105”, Kisah Tantangan dan Pencapaian di Tengah Blokade Penjajah Israel

Kantor Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, menanggapi perintah Netanyahu kepada militernya untuk membuat rencana mengevakuasi lebih dari satu juta warga sipil Palestina di Rafah. Menurut Kantor Presiden Palestina pada Jumat (9/2/2024), rencana yang diumumkan Benjamin Netanyahu untuk melakukan eskalasi militer di Rafah, selatan Jalur Gaza, itu bertujuan mengusir warga Palestina dari tanah mereka sendiri. Kepala Otoritas Palestina yang menjalankan sebagian pemerintahan mandiri di Tepi Barat yang diduduki Israel, pun mengatakan, pihaknya menganggap pemerintah Israel dan Amerika Serikat (AS) bertanggung jawab atas dampak dari rencana tersebut.

Dikutip republika.co.id, Netanyahu telah menugaskan pembersihan Rafah dari batalyon Hamas yang berada di wilayah tersebut. Kata Netanyahu, pembersihan Rafah dari batalyon Hamas akan diperlukan dalam proses mereka menuju hal yang ia sebut “kemenangan total” atas Hamas. Operasi besar-besaran tentara zionis Israel di Rafah tidak dapat terjadi tanpa evakuasi warga sipil dari zona pertempuran. Sehingga, militer dan keamanan Israel harus membuat rencana terkait dua tujuan itu.

Sementara itu, Ahad (11/2/2024) tersiar kabar bahwa relawan Aqsa Working Group (AWG) asal Gaza ditembak Zionis Israel saat membagikan bantuan makanan kepada para pengungsi di Khan Younis, kota di bagian selatan Jalur Gaza. Aqsa Working Group (AWG) adalah suatu lembaga yang dibentuk dalam rangka mewadahi dan mengelola upaya kaum muslimin untuk pembebasan Masjid Al-Aqsa.