Qutaibah bin Muslim, Sang Pembebas Asia Tengah
Qutaibah bin Muslim adalah salah satu panglima militer terkemuka pada masa Kekhalifahan Umayyah yang berperan besar dalam penyebaran Islam ke Asia Tengah. Proyek besar menyebarkan cahaya Islam itu dimulai pada 10 Ramadhan 90 H, saat Qutaibah bin Muslim berhasil membebaskan kota Bukhara dan wilayah sekitar Uzbekistan
Masa Kecil Qutaibah bin Muslim
Dimasa kecilnya, Qutaibah mulai mempelajari ilmu Fiqih dan Alquran, lalu mengasah keterampilan menunggang kuda serta strategi perang. Ia tumbuh di antara kuda, pedang, dan panah, ia sangat mencintai teknik berkuda. Pada masa remaja, Irak tengah diguncang berbagai pemberontakan. Para Amir di wilayah tersebut sibuk mempersiapkan jihad dan mengajak masyarakat untuk turut serta membantu pemerintah demi menjaga kokohnya Islam dan penyebaran dakwah. Di tengah situasi itu, Qutaibah muda bergabung dalam jihad tersebut.
Keberanian dan keterampilan Qutaibah memukau banyak orang, hingga membuatnya dilirik oleh panglima besar, Muhallab bin Abi Shafrah. Muhallab pun menyampaikan kabar tentang Qutaibah ini kepada Hajjaj bin Yusuf.
Qutaibah bin Muslim mulai memimpin pasukan perang pada tahun 86 H/705 M, setelah diangkat oleh Hajjaj bin Yusuf sebagai Amir Khurasan. Ia dan pasukannya memulai ekspansi dengan membebaskan Thahakharistan pada tahun yang sama. Saat ini, wilayah Thahakharistan menjadi bagian dari Afganistan dan Pakistan.
Hingga akhirnya, pada 10 Ramadhan 90 H, Qutaibah bin Muslim berhasil membebaskan Bukhara dan wilayah sekitarnya di Uzbekistan. Keberhasilan ini tak hanya memperluas kekuasaan Kekhalifahan Umayyah, tetapi juga memiliki nilai strategis dalam mempertahankan daerah yang telah dibebaskan dari ancaman musuh. Bukhara kemudian menjadi pusat pertahanan penting yang memastikan stabilitas kawasan Asia Tengah di bawah kekuasaan Khilafah Islam.
Pembebasan ini juga memicu transformasi budaya dan agama di Asia Tengah. Wilayah yang sebelumnya didominasi oleh agama-agama seperti Zoroastrianisme dan Buddhisme mulai menerima Islam tanpa paksaan, mengubah lanskap religius dan budaya secara signifikan. Bukhara dan kota-kota sekitarnya kemudian berkembang menjadi pusat pembelajaran Islam, menghasilkan banyak cendekiawan.
Salah satu tokoh besar yang lahir dari kota ini adalah Imam Bukhari, ulama hadis terkenal yang karyanya mempengaruhi dunia Islam hingga hari ini. Keberadaan pusat-pusat keilmuan ini menjadikan Bukhara sebagai salah satu kota terpenting dalam sejarah intelektual Islam.
Pembangunan dan Warisan Peradaban Islam
Meskipun perluasan wilayah Islam dilakukan dengan kekuatan militer, kekhalifahan Umayyah memahami bahwa Islam tidak bisa bertahan hanya dengan pedang. Oleh karena itu, mereka membangun masjid, madrasah, dan infrastruktur lain yang mendukung kehidupan masyarakat. Islam hadir bukan hanya sebagai kekuatan politik dan militer, tetapi juga sebagai pusat peradaban yang membawa kemajuan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Kota Bukhara terus berkembang, dengan aktivitas perdagangan dan industri yang semakin menggeliat. Penduduknya semakin makmur, dan pendapatan daerah pun terus meningkat. Mereka merasakan keindahan dan cahaya Islam yang selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Hingga saat ini, Bukhara tetap menjadi kota bersejarah yang menjadi saksi perjalanan panjang peradaban Islam di Asia Tengah. Kota ini tak hanya dikenal karena arsitektur Islaminya yang megah tetapi juga sebagai pusat keilmuan yang telah melahirkan banyak cendekiawan besar.
Qutaibah bin Muslim, dengan kepemimpinan dan strateginya, telah meninggalkan warisan besar dalam sejarah Islam. Perannya dalam menyebarkan Islam di Asia Tengah menjadikan wilayah ini sebagai bagian penting dari peradaban Islam yang terus berkembang hingga saat ini.