Ramadan Sekadar Latah
Kita pasti bahagia jika didoakan yang baik-baik oleh seseorang. Tetapi sebaliknya, kalau kita didoakan jelek oleh seseorang, bagaimana perasaan kita? Sedih? Takut? khawatir?
Nah, bagaimana jadinya jika yang mendoakan jelek itu adalah Malaikat terbaik (Jibril) dan diaminkan pula oleh manusia terbaik (Nabi Muhammad ﷺ)?
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban, disebutkan ada tiga orang yang didoakan Malaikat Jibril agar celaka, dan doa tersebut diaminkan oleh Nabi Muhammad ﷺ. Tiga macam orang itu adalah: Orang yang Ramadan berakhir tetapi dia tidak mendapat ampunan; Orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya atau salah satunya; dan orang yang disebutkan nama Nabi, tetapi ia tidak bershalawat.
Hadits ini seharusnya memotivasi kita agar lebih baik dalam menjalani Ramadan. Sebab, salah satu jenis orang yang didoakan jelek oleh Malaikat Jibril adalah orang yang dosanya tidak diampuni di Ramadan. Namun, sayangnya, masih banyak dari kita yang hanya sekadar meramaikan Ramadan saja. Sekadar seru-seruan dan latah. Ikut-ikutan apa dengan yang sedang tren di Ramadan ini atau yang sudah tren di Ramadan sebelumnya tetapi diulang-ulang lagi, sedangkan hal yang tren itu bukan perkara yang menambah kualitas Ramadan kita.
Misalnya, sekadar share meme-meme lucu seputar puasa, sekadar membahas iklan Ramadan, sekadar bukber reunian tetapi lalai shalat, sekadar bernyanyi lagu-lagu Ramadan yang viral, sekadar bahas menu buka puasa yang lagi tren, sekadar beli baju Lebaran lalu mengakhiri bulan Ramadan dengan berkata “kita kembali fitri”. Tetapi di sisi lain kemaksiatan kecil terus berjalan, malas ibadah, tidak bisa menahan emosi. Maka, orang yang seperti itu sekadar memeriahkan Ramadan saja, dan tidak menambah apa-apa setelah Ramadan berakhir.
Pertanyaannya, bagaimana agar kita diampuni dosanya, serta tidak didoakan celaka oleh Malaikat dan Rasulullah ﷺ? Pertama, tinggalkan perkara pembatal puasa dan perusak pahala puasa.
“Barangsiapa berpuasa Ramadan karena iman dan ingin mendapat pahala, maka diampuni dosa-dosanya” – HR. Bukhari
Baca juga: Fenomena Baber (Batal Bersama)
Maka, salah satu syarat untuk mendapatkan ampunan Allah adalah jangan batal puasa. Sebab, puasa adalah juga Rukun Islam. Maka, meninggalkannya juga merupakan dosa besar. Lalu, selain menjaga dari hal-hal pembatal puasa, kita juga harus menjaga diri dari perusak pahala puasa, yakni perbuatan dosa.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Betapa banyak yang puasa di siang hari tetapi yang didapat hanya lapar dan haus saja” – HR. Ahmad
Hadits itu dijelaskan dengan hadits lain, “Siapa yang tidak meninggalkan perkataan bohong maka Allah tidak butuh puasanya” – HR. Bukhari
Dua hadits di atas adalah hadits tentang perusak pahala puasa. Jadi, orang yang berkata bohong di siang hari, dia hanya menggugurkan kewajiban puasanya saja, menjalankan salah satu Rukun Islam, tetapi pahala puasanya rusak. Begitu juga berbuat berbagai macam maksiat lainnya bisa merusak pahala puasa, begitu kata para ulama. Ibaratnya, dia kerja selama sebulan, datang absen, kerja tuntas, tetapi di akhir bulan hanya dapat gaji pokok saja, sedangkan uang transport dipotong karena ia melakukan sebuah kesalahan di kantor.
Kedua, beramal dengan amalan yang menjadi sebab ampunan. Ada dua macam amalan yang menjadi sebab ampunan. Pertama yakni amalan yang menjadi sebab ampunan secara umum, yaitu amalan yang bisa dilakukan baik di bulan Ramadan maupun di selain bulan Ramadan. Misalnya taubat, istighfar, sedekah, meminta maaf, dan lain-lainnya.
Kedua yakni amalan yang menjadi sebab ampunan khusus di bulan Ramadan. Misalnya berpuasa, shalat malam (tarawih), shalat di malam Lailatul Qadar, zakat fitrah, dan lain-lain. Hadits-hadits tentang ini sangat populer dan bisa di-search. Terlihat gampang, memang. Tetapi faktanya banyak yang lalai (meremehkan).
Baca juga: Bahasa Rakyat Adalah “Bahasa Beras”
Ketiga yakni Fokus ibadah. Jangan fokus perkara remeh temeh. Yakni perkara remeh-temeh serupa ikut-ikutan, latahan, seperti yang sudah kami jelaskan di awal.
Fokuslah memperbaiki diri di Ramadan ini. Sebab, waktu kita hanya sebulan. Kalau bulan ini yang euforia ibadahnya tinggi saja kita malas-malasan, bagaimana nanti masuk bulan lain?
Generasi Salaf menjadikan bulan Ramadan sebagai bulan khatam Al Qur'an. Misalnya, Imam Syafi'i, yang mengkhatamkan Al Qur'an sebanyak 60 kali. Masya Allah.
Maka, mari kita jauhi perbuatan pembatal puasa, perusak pahala puasa, dan perkara remeh-temeh. Jangan sampai kita masuk Ramadan sekadar latahan saja. Serta mari tingkatkan amal kita. Jangan sampai keluar dari Ramadan tetapi tidak diampuni dosa-dosanya, lalu kita mengklaim “kembali suci” di hari Idul Fitri. Sedangkan orang yang seperti itu didoakan celaka oleh Malaikat Jibril dan diaminkan oleh Nabi Muhammad ﷺ. Naudzubillah.
Wallahu a’lam bishowab.