RFS Lakukan Kekerasan terhadap Warga Sudan
Para aktivis dan masyarakat di Sudan kini ramai mengecam tindakan yang dilakukan oleh Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF) di wilayah Al-Jazira dan Sinnar, Sudan tengah. Sejak Senin (21/10/2024) lalu, laporan pembantaian dan tindakan kekerasan meluas, diduga dilakukan sebagai aksi balasan atas keputusan komandan RSF di wilayah Al-Jazira, Abu Aqla Kikil, yang beralih mendukung militer Sudan.
Laporan Genosida dan Kekerasan
Seorang warga membagikan video yang menyatakan bahwa wilayah “Um Shouka” di Sennar menjadi target serangan brutal dari RSF. Warga melaporkan pembantaian yang meliputi anak-anak hingga orang dewasa, dan memohon bantuan militer Sudan untuk menghentikan kekerasan tersebut. Laporan ini diperkuat oleh berbagai sumber, termasuk otoritas medis dan komite perlawanan yang menyebut tindakan RSF sebagai bentuk “balas dendam”.
Jaringan Dokter Sudan mengeluarkan pernyataan bahwa RSF telah membunuh 15 orang dan melukai puluhan lainnya di sejumlah desa semisal Tamboul, Rifa'a, Al-Buwayda, Al-Junaid, Al-Ak, dan Al-Aziba di Negara Bagian Al-Jazira. “Komite Perlawanan Al-Hasahisa” juga merilis daftar nama korban dari aksi kekerasan RSF di daerah tersebut.
Di dalam pernyataan terbaru dari “Central Sudan Call”, disebutkan bahwa mereka menerima ancaman dari pejabat RSF yang berencana menyingkirkan seluruh penduduk di wilayah itu berdasarkan etnis. Selama 24 jam terakhir, dilaporkan bahwa RSF melakukan eksekusi massal, penyiksaan, dan penjarahan properti milik warga.
Seorang warga Sudan, Hassan Al-Shukri, menggambarkan kondisi di wilayah timur Al-Jazira sebagai sangat mengerikan. Ia menyebut bahwa RSF melakukan pembantaian di desa-desa sekitar Rifa'a, menahan warga sipil, dan merampas perangkat komunikasi. Sementara itu, warga lain menyatakan bahwa Kikil menjadi penyebab awal bencana ini karena telah memungkinkan RSF memasuki wilayah tersebut, yang kini berujung pada serangan balasan berupa penghancuran toko dan rumah sakit.
Warga Sudan lainnya, Al-Radi Obaid, menyatakan kemarahannya atas prioritas keselamatan Kikil yang dianggap lebih penting daripada jutaan warga di Al-Jazira. Penyerahan diri Kikil tanpa perlindungan bagi warga justru membawa malapetaka baru, termasuk pemerkosaan, pembunuhan, dan pengusiran paksa seluruh desa. Kondisi ini meningkatkan ketakutan, terutama di kalangan anak-anak dan perempuan yang sering menjadi sasaran kekerasan.
Seorang milisi RSF yang membagikan klip video dari wilayah Tamboul, menyatakan dukungannya kepada pemimpin RSF, Muhammad Hamdan Dagalo, dan menyebut daerah tersebut sebagai wilayah kekuasaan Kikil. Video ini semakin memerkuat bahwa serangan RSF adalah upaya balas dendam atas dugaan pengkhianatan Kikil.
Seruan untuk Tindakan
Keadaan yang memburuk ini memicu seruan dari berbagai pihak untuk segera bertindak demi menghentikan aksi kekerasan yang terus berlangsung. Rakyat Sudan, khususnya di wilayah Al-Jazira dan Sennar, kini hidup dalam ketakutan akibat konflik yang berkepanjangan.
Situasi di Sudan kian menyedihkan dengan meningkatnya konflik antar kelompok militer dan milisi. Warga sipil menjadi korban utama dalam pertempuran ini, menghadapi ancaman kekerasan, kehilangan, dan ketidakpastian akan masa depan mereka.
(Sumber: Al Jazeera)