Saat Cinta Terlalu Dini Menyapa, Bagaimana Caranya agar Tak Menjadi Dosa?
Cinta itu kadang seperti petir. Datangnya tak bisa direncanakan, tak bisa diprediksi, tak bisa dicegah, dan tak bisa dihindari. Datangnya tiba-tiba tanpa permisi, tahu-tahu masuk ke lubuk hati dan memporak-porandakan semua yang ada di dalamnya.
Lalu membuat kita kalang kabut, dan kebingungan bagaimana menghadapinya. Karena tiba-tiba jantung jadi lebih sering berdebar, tingkah yang jadi sering aneh tanpa alasan yang jelas, hadirnya segala macam rasa resah, gelisah, bergejolak yang entah dari mana, bahkan kewarasan yang rasanya jadi separuh hilang.
Tapi, ada juga yang bilang kalau cinta itu muncul karena terbiasa. Terbiasa bersama. Mau tiba-tiba ataupun karena terbiasa , bila perasaan cinta itu hadir sebelum menikah, maka sebenarnya itu adalah sebuah musibah. Karena dalam Islam, tak ada yang namanya "Halal Relationship" selain hubungan dalam ikatan suci pernikahan.
Islam hanya memberi satu jalan halal untuk sebuah hubungan cinta antara dua insan manusia, yaitu pernikahan. Tapi justru kebanyakan panah cinta cupid "menyerang" remaja-remaja usia SMP-SMA yang cenderung masih sangat labil. Usia puber. Atau dalam istilah Jepang disebut sebagai usia yang menganggap sumpit menggelinding saja menarik (peribahasa untuk merujuk pada masa-masa remaja yang mudah tertawa pada hal-hal sepele).
Baca juga: Salah Kaprah Taaruf Digital
Fatalnya, kebanyakan anak muda mengidentikkan cinta dengan suatu hubungan mesra, pacaran, hasrat dan nafsu, bahkan free sex. Sehingga makna cinta yang suci itu ternodai oleh segala macam dosa dan kemaksiatan. Di usia remaja, memang rasanya sulit sekali untuk tidak terjerumus pada jurang pacaran. Pacaran sudah seperti menjadi santapan sehari-hari di lingkungan pergaulan. Apalagi di zaman millenial seperti sekarang.
Jangankan di lingkungan sekolah umum, di sekolah-sekolah berbasis agama, bahkan Pesantren, para siswa/santrinya tetap saja ada yang kecolongan pacaran. Mereka sebenarnya sangat paham kalau pacaran itu dilarang dan haram hukumnya. Mereka paham kalau pacaran itu termasuk zina. Tapi mereka menyepelekan dosa zina itu sendiri. Mereka tak mampu menahan hasrat, dan malah memilih untuk menikmati maksiat na'udzubillahimindzalik.
Beberapa waktu terakhir, bahkan sempat populer istilah "komitmenan" di kalangan remaja. Sebagian dari mereka, yang karena tak ingin dianggap berdosa, berlindung dibalik kata "komitmenan" saat saling suka dengan lawan jenis. Hanya "komitmenan", tanpa ada ikatan hubungan resmi (pacaran/kakak-adikan/TTM). Tapi tetap saja, setiap saat chatting-an, rutin video call-an, bahkan sesekali ber-khalwat. Mengumbar janji manis ini itu, berkomitmen untuk selalu bersama sampai menikah, dan sebagainya.
Padahal, apapun mereka menamakannya, hubungan seperti itu tetap saja haram. Padahal juga, belum tentu orang yang mereka ajak "komitmenan" itu akan benar-benar menjadi jodoh mereka kelak. Mereka lupa, kalau zina itu bukan hanya soal berhubungan seks, tapi juga ada yang namanya zina mata, zina pikiran, zina tangan, dan zina yang lain-lainnya.
Sebenarnya, cintanya tak salah. Karena cinta itu fitrah. Cinta itu anugerah yang diberikan Allah untuk setiap hamba-Nya. Cinta itu indikasi kedewasaan. Makna cinta itu luas. Tergantung pada bagaimana kita memaknai dan menyikapinya.
Baca juga: “Story Telling”, Cara Dakwah yang Terlupakan
Memang jatuh cinta itu indah rasanya. Sensasi jantung berdesir tiap kali melihat senyum si dia seakan menjadi candu. Sensasi hati ingin meledak karena saking penuhnya oleh rasa bahagia saat berdekatan dengan si dia memang sungguh membuai.
Ya, jatuh cintanya gak salah. Jatuh cinta itu menandakan kalau kita sudah dewasa atau akil baligh. Jadi wajar-wajar saja kalau kita merasakan jatuh cinta. Tapi ketahuilah, bahwa sebelum akad terucap, segala bentuk rasa pada lawan jenis akan selalu membawamu kepada dosa.
Sebagai muslim/muslimah, bagaimana caranya agar kita tidak salah sikap dan langkah terhadap perasaan yang tiba-tiba muncul itu? Bagaimana cara kita menyikapi cinta yang datang pada saat yang belum seharusnya, agar tak menjerumuskan pada maksiat?
Kita hanya perlu diam. Bicara cinta pada lawan jenis memang menarik hati. Namun, mencintai dalam keheningan itu punya daya pikat tersendiri. Jika kamu memang mencintai seseorang, jangan ajak dia melakukan maksiat, tapi tikung dia di sepertiga malam. Minta pada Allah, jangan sebut nama, cukup memohon agar Allah menjodohkanmu dengan hamba-Nya yang mencintai-Nya lebih dari apapun.
Bila belum siap untuk menikah, jangan coba-coba mengumbar cinta. Coba alihkan cintamu ke jalan yang bermanfaat lagi halal juga berpahala. Berjuang di jalan Islam, misalnya, jadi pengemban dakwah Islam, dan menyampaikan kebaikan-kebaikan dari Allah dan Rasul-Nya kepada seluruh manusia (Udah Putusin Aja,2014:123).
Baca juga: Lima Cara Menjaga Keimanan dan Ketakwaan kepada Allah SWT
Mengutip juga dari bukunya Ustadz Felix Siauw yang berjudul "Udah Putusin Aja", ada beberapa tips yang bisa membantu kita meminimalisir galau karena cinta sebab belum bisa menggapai Halal Relationship yang diridhoi oleh Allah (pernikahan):
Pertama, perbanyak puasa dan mengingat Allah. Perbanyak puasa dan mengingat Allah, mudah-mudahan hati kita diberikan ketenangan oleh Allah dan keistiqomahan untuk menjaga ketaatan sampai pada waktunya. "Dan barang siapa yang belum mampu, hendaklah ia (shaum) puasa, karena shaum itu dapat membentengi dirinya." (HR. Bukhori dan Muslim)
Kedua, gabungkan diri dalam perjuangan Islam. Saat bergabung dengan orang-orang yang bersemangat dalam memperjuangkan Islam dan terkondisi di dalamnya, insyaa Allah kita tak akan banyak waktu untuk terus berlarut-larut mengingat si dia, apalagi memikirkan perasaan terlarang yang dengan lancangnya tumbuh subur dan menjalar di sudut hati.
Ketiga, baca kisah-kisah Rasulullah SAW., para sahabat, dan panglima-panglima Islam. Membaca banyak biografi tokoh-tokoh Muslim akan banyak membantu membentuk mental anak muda, yang sekarang dirusak dengan contoh-contoh negatif nan kemayu, seperti boyband, artis, drakor, dan lain-lainnya.
Keempat, temukan hobi positifmu yang bisa mengalihkan diri dari perasaan yang tak seharusnya ada. Temukan sesuatu yang bisa kita banggakan di masa depan dan bisa kita jadikan semangat amal saleh. Misalnya menulis, membaca, berdakwah, blogging, olahraga, memasak, dan lain-lain.
Yuk, bisa yuk. Sebelum rasa cinta mengurat-akar di dalam hati, segera tepis ia agar kau tak jatuh lebih dalam lagi. Berdoa pada Allah agar dihindari dari rasa cinta pada lawan jenis sebelum menikah. Daripada galau hanya karena dia yang belum tentu akan menjadi jodohmu, lebih baik fokus menggapai segala cita.
Daripada merajut kisah kasih yang tak pasti, lebih baik memperbaiki diri sejak dini untuk calon jodoh kita di masa depan nanti.