Saat Mata Dunia Tertuju ke Perang Iran vs Penjajah Israel, Genosida Terus Berlanjut di Gaza

Perang antara penjajah Israel dengan Iran tak menghentikan aksi genosida yang terjadi di Palestina. Kebiadaban masih berlanjut, kelaparan akut kian menjadi-jadi, dan ratusan warga Palestina syahid. Otoritas kesehatan di Gaza mengatakan, selama 12 hari konflik antara penjajah Israel dengan Iran, sebanyak 870 warga Palestina syahid akibat agresi militer Israel.

Sebelumnya, pada Senin (23/6/2025) pagi, salah satu rumah sakit di Gaza melaporkan, sebanyak 43 warga Palestina syahid akibat tembakan pasukan penjajah Israel, termasuk 20 warga yang tengah menunggu bantuan pasokan makanan.

“Serangan udara Israel menyasar rumah warga, tenda pengungsi, dan kerumunan warga sipil di utara, tengah, dan selatan Gaza, menyebabkan korban jiwa dan luka-luka,” demikian laporan dari saksi mata setempat.

Rumah Sakit Nasser juga melaporkan, sepuluh warga Palestina syahid dan lebih dari 15 lainnya luka-luka akibat serangan di sekitar pusat distribusi bantuan di utara Rafah, selatan Gaza.

Pertama di Eropa, Irlandia Resmi Teken Larangan Dagang dengan Penjajah
Wakil Perdana Menteri Irlandia, Simon Harris, mengumumkan, Irlandia jadi negara Eropa pertama yang resmi melarang perdagangan dengan penjajah Israel. Ini menegaskan posisi Irlandia sebagai salah satu negara Eropa yang konsisten perjuangkan keadilan dan HAM rakyat Palestina.

Ekonomi Penjajah Israel Kian Terpuruk

Penjajah Israel menghabiskan sekitar 5 miliar dolar AS (sekitar 81,6 triliun Rupiah) hanya dalam kurun waktu pekan pertama serangan ke Iran. Biaya yang dihabiskan per hari selama perang mencapai 725 juta dolar, sebagian besar di antaranya (593 juta dolar) untuk menyerang Iran.

Surat Kabar yang berbasis di AS, Wall Street Journal, melaporkan, biaya per hari untuk sistem pertahanan udara Israel mencapai 10 hingga 200 juta dolar atau sekitar 3,2 triliun Rupiah.

Asisten profesor keuangan Universitas Amerika di Palestina, Naser Abdelkarim, pada Rabu (25/6/2025), mengatakan, perang tidak hanya menggerus anggaran militer, tetapi juga mengganggu aktivitas produksi. Total kerugian diperkirakan mencapai 20 miliar dolar.

“Defisit anggaran Israel diperkirakan meningkat 6 persen. Sementara itu, pembayaran kompensasi kepada warga terdampak akan memerburuk kondisi keuangan negara,” kata Naser Abdelkarim.

Menurut Lembaga Kebijakan Ekonomi Aaron yang berbasis di Israel, total biaya yang dikeluarkan Tel Aviv diprediksi akan melebihi 195,8 triliun Rupiah jika perang berlangsung selama sebulan.

 

(Sumber: Anadolu & Al Jazeera)