Sejarah Milik Siapa?
Kehidupan manusia tak terlepas dari sejarah. Manusia bergerak di dalam sejarah, mempelajari sejarah dan pada suatu saat nanti akan menggoreskan sejarah. Apakah sejarah itu? Beberapa definisi dapat diajukan tergantung dari sisi mana sejarah dilihat.
Sejarah dapat diartikan sebagai rangkaian peristiwa penting maupun tidak, dalam kurun kehidupan seseorang maupun sekelompok orang dalam masyarakat. Rentetan peristiwa ini bergerak, sehingga membentuk mata rantai kehidupan masa kini.
Sejarah dapat diartikan sebagai pola sebab akibat dalam rangkaian waktu pada kehidupan manusia. Dia dapat menemukan karakteristik pola-pola tersebut dalam menetapkan kaidah (hukum-hukum, sunnah) kemasyarakatan. Disini sejarah memberikan alasan-alasan yang melatarbelakangi suatu kejadian, juga didefinisikan sebagai sumber nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Manusia dapat mengarahkan, memprediksi atau bahkan mengantisipasi peristiwa yang akan datang, berdasarkan arahan nilai-nilai tersebut. Kini definisi definisi di atas bersifat kronologis, kausalitas dan filosofis.
Sejarah memiliki kedudukan penting dalam sistem pendidikan Islam. Para kader Islam yang berjihad di jalan-Nya harus mengetahui dan menguasai sejarah. Seseorang yang menggeluti Al-Qur'an dengan baik, pasti akan bersentuhan dengan historiografi arena isi Alquran yang sarat dengan pesan-pesan historis.
Ada dua tipe sejarah yang hidup dalam kebudayaan Islam. Pertama, sejarah yang langsung dipaparkan Allah dalam Al-Qur'an. Bagi seorang muslim pengetahuan sejarah tipe ini deduktif sifatnya. Kedua, Sejarah yang tengah berlangsung.
Dokumen-dokumen yang tersimpan di alam raya, dari arsip sampai fosil-fosil purbakala, atau bangunan sejarah dari hasil penelusuran informasi induktif sifatnya. Dalam suatu penelitian sejarah, keduanya dapat bertemu. Allah berfirman,
Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur'an ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang yang tidak mengetahui. – QS. Yusuf:3
Al-Qur'an adalah sumber sejarah yang paling baik. Sejarah Al-Qur'an langsung bersumber dari perawi yang Maha Terpercaya, Allah Subhanahu wata’ala. Keunggulan Al-Qur'an terletak dalam semua sudut, kelengkapan tema dan orisinalitas.
Dalam Al-Qur'an dapat dijumpai semua karakter penting manusia yang berperan dalam sejarah, pada masa lalu, masakini, dan masa datang. Karakter manusia salih, Munafik dan kafir lengkap digambarkan melalui figur-figur yang hidup. Sepanjang masa, manusia dapat menemukan tipe-tipe figur yang sedang tampil pada masa itu dalam Al-Qur'an.
Kelengkapan sejarah Al-Qur'an memiliki beberapa ciri khas. Pertama, Al-Qur'an mementingkan penekanan watak manusia daripada memerintah figur-figur yang memiliki watak tersebut. Oleh sebab itu Allah tidak membeberkan semua tokoh yang berwatak seperti firaun, tetapi sebaliknya penegasan watak Fir’aun ditekankan sedemikian rupa, sehingga diulang-ulang pemaparan dalam berbagai ayat dalam satu surat maupun dalam surat-surat yang berbeda, lihat Firman Allah,
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil. – QS. Al-Mu'min:78
Kedua, Al-Qur'an tidak mementingkan aspek kronologis peristiwa dalam arti pencantuman tahun-tahun kehidupan tokoh-tokoh yang diceritakan. Justru yang ditekankan adalah hukum-hukum (sunnah) yang berlaku di dalamnya. Sehingga manusia dalam mengambil ibrah sebuah peristiwa tidak dipusingkan oleh pencantuman tanggal, bulan atau tahun peristiwa.
Perhatikanlah metode pengajaran sejarah akhir-akhir ini. Betapa banyak orang susah payah menghafalkan tanggal, bulan dan tahun peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah, tetapi mereka justru mengabaikan pelajaran yang dapat dipetik dari peristiwa tersebut. Pada akhirnya tak dapat membentuk watak para pelajarnya.
Ketiga, aspek matematis dari peristiwa sejarah tidak selalu dititikberatkan, sehingga kita tidak memperoleh informasi akurat berapa usia Nabi Musa atau Muhammad misalnya. Berapa jumlah bilangan keluarga yang melakukan eksodus bersama Nabi Musa, berapa bilangan tentara Firaun yang melakukan pengejaran, berapa laskar Rasulullah di Badr, dan lain-lain.
Selain dalam rangka alasan seperti dikemukakan pada poin 2, metode ini juga membuka kesempatan bagi manusia untuk mencarinya sendiri melalui penelusuran ilmiah hal-hal yang dianggapnya penting.
Orisinalitas sejarah dalam Al-Qur'an pertanggung-jawabannya sama dengan orisinalitas Al-Qur'an itu sendiri, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah,
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya. – QS. Al-Hijr:9
Dengan demikian rangkaian sejarah Al-Qur'an terbebas dari pengaruh hawa nafsu manusia. Pengaruh kehendak manusia seringkali mengotori keaslian sejarah. Seseorang yang dahulunya penghianat bisa saja digambarkan sejarah masa kini sebagai seorang pahlawan. Dahulunya memiliki andil yang tidak besar dalam sebuah peristiwa, bisa saja digambarkan dalam sejarah masa kini sebagai tokoh sentral yang sangat menentukan jalannya peristiwa tersebut.
Penyimpangan atau bahkan pembalikan informasi ini berguna bagi Pelestarian orang-orang yang berkuasa pada suatu zaman yang kebetulan berkaitan erat dengan tokoh-tokoh yang digambarkannya dalam sejarah formal. Berlakulah kemudian suatu ungkapan sinis, "Sejarah adalah dongeng yang disepakati dan di lembagakan".
Tujuan pengungkapan sejarah dalam Al-Qur'an adalah untuk memperteguh hati orang-orang yang beriman dalam menjalankan misi dakwah. Rasa optimisme akan bangkit dalam keadaan menderita sekalipun, setelah membaca kisah para pendahulunya.
Pembelaan Allah pada mereka yang berjihad di jalan-Nya telah berlaku sepanjang waktu. Sebaliknya akhir yang buruk senantiasa menimpa orang-orang zalim, mujrimin, mutakabbirin. Selain itu, pemaparan tersebut juga diarahkan kepada musuh-musuh Allah agar mereka mendapat peringatan atas perbuatan yang tengah mereka perbuat sekarang. Hendaklah mereka jera dan kembali pada jalan Haq, lihat Surat Hud ayat 120.
Allah memerintahkan manusia untuk mengadakan penelusuran di muka bumi ini, dan memeriksa sejarah masa lalu yang beraneka ragam coraknya. FirmanNya yang diulang-ulang dalam berbagai ayat: "Apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi ini dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka."
Metode pengkajian sejarah membutuhkan kemampuan observasional yang tinggi. Seseorang mesti mengamati fosil, situs atau bangunan kuno secara cermat untuk menentukan berbagai aspek yang berkaitan dengan masa lalu.
Seseorang juga harus memanfaatkan kemampuan verbalnya, menggunakan pendengaran dalam rangka menggali informasi dari orang-orang yang menyaksikan peristiwa sejarah yang diselidiki. Atau orang yang memiliki data lisan, atas peristiwa beberapa generasi sebelumnya.
Kemampuan yang terpenting adalah daya analisa yang jernih dan bersih berdasarkan format Al Haq Wal Baatil. Jika tidak demikian manusia akan kehilangan intisari dari jerih payahnya mengadakan penyelidikan sejarah. Hanya menghasilkan buku-buku, sementara kejahiliyahan masyarakat tak berubah sedikitpun. Perhatikanlah firman Allah,
Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada. – QS.Al-Hajj:46
Berbagai aspek masyarakat dalam kehidupan masa lalu, sering ditekankan Al-Qur'an adalah politik, kekuatan ekonomi, kesejahteraan dan kemakmuran, dan pembangunan fisik dengan gedung-gedung indah dan istana-istana megah.
Menurut Al-Qur'an bidang kehidupan di atas tak akan mampu menopang tegak dan lestarinya kehidupan suatu masyarakat, jika nilai-nilai akhlaqiyahnya diabaikan. Kehancuran senantiasa mengakhiri rezim yang kejam meskipun ditopang tentara yang kuat persenjataannya, berlebihan dana, dan lengkap sarana kehidupannya. Lihat surat Ar-rum ayat 9 dan Al Mu'minun ayat 21 sampai 22.
Akhirnya Al-Qur'an membatasi bahwa pengkajian sejarah hanya dapat dinikmati kegunaannya oleh orang-orang yang mau mempergunakan akal, hati serta kecerdasannya dengan baik, Ulul Albab, QS. Yusuf ayat 111. Tanya kepada diri sendiri, masih bergunakah kita membuang-buang waktu dalam mempelajari sejarah.
Disadur dari majalah Sabili Edisi no 25/II 17 Dzulqaidah 1410/10 Juni 1990