Sekilas Sejarah Pendudukan Zionis di Palestina
Proses Pendudukan Zionis atas tanah Palestina bermula ratusan tahun silam. Tahun 1835, sekelompok Yahudi membeli tanah di Palestina dan mendirikan sekolah Yahudi pertama di sana. Sponsornya adalah milyuner Yahudi Inggris, Sir Moshe Moneveury, anggota Freemasonry. Itulah sekolah pertama berkurikulum asing di wilayah Khilafah Islam. Tiga tahun kemudian, pemerintah Inggris resmi membuka konsulatnya di Yerusalem sebagai perwakilan Eropa pertama di Palestina.
Tahun 1849, kampanye imigrasi Yahudi ke Palestina dimulai. Terjadilah lonjakan populasi luar biasa. Jumlah orang Yahudi di Palestina yang awalnya sekitar 12.000 jiwa membengkak menjadi 716.700 jiwa pada tahun 1948. Kemudian, pada 1964 meningkat hampir 3 juta. Padahal, sejak 1891, wakil Palestina telah mengirim petisi kepada khilafah Utsmaniyah yang menuntut larangan terhadap imigrasi besar-besaran ras Yahudi ke Palestina. Sayangnya, saat itu khilafah sudah lemah dan sakit-sakitan akibat gempuran dari luar dan meluasnya dekadensi moral dan pemikiran.
Enam tahun kemudian (1897), Theodor Herzl menggelar kongres Zionis sedunia pertama di Basel, Swiss, dan menuntut tanah air sendiri untuk Yahudi. Di depan kongres, Herzl berkata, "Dalam 50 tahun, akan ada negara Yahudi."
Baca Juga : Kekalahan Yahudi: Tak Bisa Melawan Ketakutannya Sendiri
Pada tahun 1948, apa yang direncanakan Herzl menjadi kenyataan. Sebelum terbit fajar (15 Mei 1948), David Ben Gurion menyatakan berdirinya negara Israel dan menunjuk Weizmen sebagai presiden pertama. Pada hari itu juga, berakhirlah pendudukan Inggris yang berlangsung sejak 1917 atas Palestina. Menteri Luar Negeri Inggris, Lord Balfour, menyatakan, "Sesungguhnya pemerintah Britania Raya memandang penuh kasih sayang tegaknya sebuah negara bagi bangsa Yahudi. Dan kami akan berusaha sekuat tenaga bagi terwujudnya cita-cita ini."
Sejak itu, perlawanan umat Islam nyaris tak pernah padam. Meski negara Yahudi diproklamasikan tahun 1948, namun kedudukannya masih sangat labil. Israel baru mengukuhkan kekuatan dirinya setelah memenangkan perang dengan pasukan Arab tahun 1948, 1956, dan 1967. Selanjutnya, hingga lebih dari separuh abad, umat Islam kian terusir dari tanah air Palestina. Entah berapa kali upaya diplomasi melalui perundingan damai dilakukan. Tetapi semuanya berujung nihil. Rakyat Palestina seharusnya sadar, bahwa hanya ada satu jalan untuk bisa memperoleh kembali hak-hak mereka. Yaitu: jihad melawan pendudukan Israel.
Disadur dari Majalah Sabili Edisi No 26 TH. VI 14 JUNI 2000 / 11 RABIUL AWAL 1421 H