Seminar Internasional tentang Al Aqsa di Universitas Islam As-Syafi’iyah Lahirkan Sebelas Rekomendasi
Universitas Islam As-Syafi’iyah (UIA) menggelar seminar internasional bertema “Al-Aqso A Symbol of Resistance and Identity in The Palestinian Struggle Against Imperialism”, pada Rabu (15/5/2024) mulai pukul 09.00 WIB. Sejumlah tokoh hadir sebagai pembicara dalam seminar yang diselenggarakan di Auditorium AMC Kampus II Universitas Islam As-Syafi’iyah, Pondok Gede, Jakarta Timur, itu.
Seminar internasional itu dibagi dua sesi. Sesi pertama mengangkat tema “Baitul Magdis dalam Perspektif Agama dan Budaya”. Di sesi ini, tampil sebagai pembicara adalah Prof. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim (Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri), Prof. Dr. Wasfi Asyur Abu Zaid (Mardin Artuklu Universitise Turkiye), Prof. Dr. Daud Rasyid, MA (Kaprodi Doktor Dakwah UIA), Dr. Mustafa Abdul Rahman (Wartawan Senior Kompas Timur Tengah), dan Dr. Sohaib Al-Jasim (Kepala Biro Al Jazeera).
Sedangkan sesi kedua mengangkat tema “Rekonstruksi Sektor Pendidikan, Diplomasi, Ekonomi, dan Hankam untuk Pembebasan Palestina”. Tampil sebagai pembicara adalah Dubes Lalu Muhammad Iqbal, PHD (Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI), Dr. Ahed Abu Elatta (Chair of ASEAN Palestinian Diaspora Ulama), Prof. Dr. Balkhair Tohiri Al-Idrisi (Universitas Wahran Aljazair), dan Dr. Nurhayati Ali Assegaf (Ketua Nuraa Women's Institute).
Isu utama yang dibahas dalam seminar internasional itu adalah tindakan genosida yang dilakukan penjajah Israel pasca peristiwa Badai Al Aqsa 7 Oktober 2023. Hingga kini, serbuan tentara penjajah Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 35.000 jiwa. Di antaranya, lebih dari 17.000 anak-anak dan perempuan menjadi korban. Seminar itu juga menyoroti betapa situasi kemanusiaan di Gaza bertambah buruk dengan langkah penjajah Israel menciptakan bencana kelaparan dengan menghalangi arus bantuan masuk dari pintu perbatasan Rafah.
Dan akhir-akhir ini, pemerintahan imperialis Israel juga melancarkan operasi darat ke wilayah Rafah yang menjadi tempat berlindung jutaan pengungsi Palestina. Kolonialisme Israel juga terus melakukan pembantaian terhadap bangsa Palestina, meski pun tekanan internasional sangat deras bermunculan mengutuk Tindakan mereka. Sementara itu, di sisi lain, Amerika Serikat dan sekutu Barat-nya yang selama ini mengklaim sebagai kampiun demokrasi dan HAM di dunia, gagal menghentikan genosida. Bahkan Amerika Serikat terlibat aktif, dengan memveto segala resolusi di PBB yang berupaya menghentikan invasi penjajah Zionis.
Baca juga: Din Syamsuddin Ingatkan Lagi, Jangan Abaikan Kemungkaran Struktural
Seminar internasional di Auditorium AMC Kampus II Universitas Islam As-Syafi’iyah itu lantas menyatakan, merespon situasi genosida yang terus dilancarkan penjajah Israel, forum ini mengeluarkan sejumlah rekomendasi. Berikut ini rekomendasi hasil Seminar Internasional “Al-Aqso A Symbol of Resistance and Identity in The Palestinian Struggle Against Imperialism”:
Pertama, mengerahkan kekuatan militer terutama oleh negara-negara Anggota OKI atau negara-negara lainnya untuk menghadapi Israel. Military Force juga bisa dilakukan dengan pengiriman pasukan melalui mekanisme keputusan PBB. Sebab, Israel sudah tidak lagi mematuhi desakan global dan hukum internasional untuk menghentikan genosida terhadap rakyat Gaza.
Kedua, memboikot produk-produk Israel dan perusahaan lain yang terafiliasi dengan Israel agar terus diintensifkan, baik di negara-negara muslim maupun negara-negara lain yang saat ini memberikan dukungan terhadap Palestina. Gerakan boikot terbukti nyata telah menggoncangkan sendi-sendi ekonomi penjajah dengan banyaknya gerai-gerai mereka yang tutup hingga perusahaan-perusahaan pendukung penjajahan yang mengalami kerugian.
Ketiga, melakukan tekanan publik lebih intensif terhadap rezim Zionis dan aliansi pendukungnya, agar mereka segera menghentikan genosida di Palestina. Hal ini sebagaimana telah ditunjukkan oleh civitas akademika di Amerika, Eropa, Australia, dan negara-negara lain termasuk Indonesia. Koalisi besar kampus-kampus dan pusat pendidikan perlu dibangun, bersama dengan kekuatan-kekuatan masyarakat sipil lainnya.
Keempat, memperkuat politik dan diplomasi untuk memperlemah posisi Israel dan Amerika secara global, sehingga tidak ada pilihan kecuali gencatan senjata secara permanen, ditarik mundurnya IOF (Israel Offensive Force), penghentian genosida, dan kemerdekaan Palestina. Dukungan 143 negara anggota PBB terhadap Palestina supaya menjadi anggota tetap PBB (bukan lagi observer) adalah langkah politik-diplomatik yang sangat penting dan perlu ditindak lanjuti di DK PBB.
Kelima, mendukung penegakan Hukum Internasional sehingga advisory opinion yang sudah dilakukan di mahkamah internasional ICJ meyakinkan PBB untuk memutuskan bahwa Israel benar-benar melakukan okupasi dan genosida. Kemudian, Indonesia dan negara-negara lain perlu memberikan dukungan atas inisiatif penangkapan terhadap Benyamin Netanyahu dan pejabat Israel lainnya yang berada di balik terjadinya Genosida di Palestina.
Baca juga: “King Maker” Berusaha Tingkatkan Kepedulian terhadap Palestina
Keenam, membangun gerakan literasi tentang perjuangan Palestina dan kejahatan Israel, terutama di kampus-kampus dan pusat-pusat pendidikan di Indonesia. Melalui gerakan ini, diharapkan pengetahuan dan kepedulian generasi muda tentang dan terhadap Palestina dan Masjid Al-Aqsa sebagai simbol sentral perjuangannya semakin baik, dari aspek sejarah, ideologi dan politik.
Ketujuh, memasukkan kurikulum Baitul Maqdis di kampus-kampus dan pondok-pondok pesantren di Indonesia yang memiliki program studi kajian Islam, sejarah, sosial dan politik, hukum, serta program-program studi terkait, agar mahasiswa, para pemuda, dan civitas akademika memahami pentingnya arti kiblat pertama bagi umat Islam ini, dan terlibat aktif dalam perjuangan pembebasan Palestina.
Kedelapan, mengenalkan, mendorong, dan memrakarsai berdirinya Pusat Studi Baitul Maqdis atau Baitul Maqdis Corner di universitas-universitas Islam baik negeri maupun swasta di Indonesia, sebagai sumbangsih nyata pembumian proyek utama umat Islam dunia: Kemerdekaan Palestina dan Pembebasan Baitul Maqdis dari segala bentuk penjajahan dan kezaliman.
Kesembilan, mengintegrasikan ilmu Baitul Maqdis ke dalam upaya penyelesaian diplomasi dan militer masalah Palestina, dimulai dari tingkat masyarakat sipil hingga pemerintahan di negara-negara Muslim, dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina dan Al-Aqsa di forum-forum nasional dan internasional.
Kesepuluh, menekankan pentingnya koordinasi nasional untuk menggalang kontribusi Masyarakat Muslim Indonesia dan Ormas Islam Indonesia dalam proses rekonstruksi Gaza pasca perang, dalam sektor pembangunan rumah ibadah, sektor pendidikan, dan sektor Kesehatan, serta rehabilitasi korban perang.
Baca juga: Seluruh Kampus Muhammadiyah-Aisyiyah di Indonesia Gelar Aksi Bela Palestina
Kesebelas, mendukung inisiatif pembangunan “Museum Genosida Bangsa Palestina oleh Zionisme Israel” di Indonesia sebagai negeri mayoritas muslim terbesar di dunia, anggota OKI, G-20, Gerakan Non-Blok, dan ASEAN, yang berpengaruh di dunia internasional.
Demikianlah isi rekomendasi yang dihasilkan Seminar Internasional “Al-Aqso A Symbol of Resistance and Identity in The Palestinian Struggle Against Imperialism”. Rekomendasi itu ditanda tangani di Jakarta, 15 Mei 2024, oleh Tim Pengarah Seminar Internasional Universitas Islam As-Syafi’iyah, Jakarta, Indonesia.