Sinergi & Kolaborasi ala Kami
Sering kita bicara sinergi dan kolaborasi, dan sesering itu pula kita memaknai keduanya dengan definisi yang kita inginkan sendiri. Maknanya hanya ada dalam pikiran kita sendiri, definisinya hanya ada dalam benak kita sendiri, dan semuanya kita sepakati sendiri.
Bersinergi dan berkolaborasi adalah saat semuanya bekerjasama, berkarya, berjuang, berkontribusi, tolong menolong, bantu membantu demi kemaslahatan kami, demi arah perjuangan kami, demi suksesnya program kami, dan demi tersebutnya nama kami dan lembaga kami, atau bendera kami.
Mungkin tak ada di antara kita yang memaknai sinergi dan kolaborasi seperti hal di atas, dan memang hampir mustahil kita memaknainya seperti itu. Akan tetapi saat kita berada pada fakta-fakta lapangan justru nampak sekali bahwa kita hanya bisa bersinergi dan berkolaborasi sesuai makna dan definisi di atas. Ya, bersinergi dan berkolaborasi adalah saat semuanya berkontribusi buat kita dan demi kita. Adapun buat pihak lain dan demi pihak lain maka itu bukanlah bersinergi dan berkolaborasi.
Baca Juga : Dunia Kerelawanan dan Kelembagaan (Bagian 2): "Mimpi Sinergi di Atas Pelangi"
Betapa sering kekerdilan jiwa dan pikiran kita mengantarkan kita pada program-program yang juga kerdil, karya-karya kerdil, dan bahkan cita-cita dan mimpi-mimpi yang kerdil, meskipun kita narasikan sebagai hal-hal yang besar. Semuanya menjadi kecil dan sempit karena kecil dan sempitnya jiwa kita. Di sinilah kita harus sesegera mungkin untuk bertanya,
"Apakah gerangan yang membuat jiwa kita kecil dan sempit?"
Tak lain jawabannya adalah karena kita hanya dan selalu melihat dan mendengar diri kita sendiri. Kita tak pernah bisa dan tak biasa melihat dan mendengar orang lain. Program adalah program kita, karya adalah karya kita, kontribusi adalah kontribusi kita, dan perjuangan adalah perjuangan kita. Tersebab yang kita lihat dan kita dengar hanyalah karya dan perjuangan kita maka akhirnya kita menganggap bahwa semuanya harus bersinergi dan berkolaborasi dengan kita, selanjutnya demi kita.
Kecil dan sempitnya jiwa ini sebenarnya sudah Allah isyaratkan sebagai suatu penyakit yang senantiasa menggerogoti jiwa orang-orang kafir. Allah kabarkan,
"Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." – QS. Ar-Ruum:32
Berbangga diri, sejatinya itulah penyakit jiwa kita yang akhirnya tampak pada sikap dan perilaku kita. Dan di antara sebab paling kuat yang mampu memicu tumbuhnya rasa bangga diri adalah raihan puja-puji orang atas karya dan perjuangan kita. Kita pun akhirnya merasa bahwa tak mungkin orang memuji kita kecuali karena karya dan perjuangan kita yang dirasa baik dan luar biasa di mata mereka. Anggapan ini akan berlanjut hingga kita merasa bahwa suara adalah suara kita, karya adalah karya kita, kontribusi adalah kontribusi kita, dan perjuangan adalah perjuangan kita. Maka sudah selayaknya dan sudah pula sepatutnya bila pihak lainlah yang bersinergi dan berkolaborasi dengan kita demi terwujudnya mimpi-mimpi kita saja.
Dengan makna dan definisi sinergi dan kolaborasi yang begitu sempit maka mustahil karya dan perjuangan kita akan bisa menapak hingga ke puncak mimpi-mimpi besar kita.