Solidaritas Kemanusiaan Global dan Al-Khair Fondation Serukan Kepedulian Umat terhadap Palestina
Berkolaborasi dengan Al-Khair Fondation dengan derajat “High Level Meeting”, Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia menggagas Solidaritas Kemanusiaan Global. Pada Kamis (15/8/2024) siang, Solidaritas Kemanusiaan Global untuk Pembebasan Palestina menyerukan kepedulian umat terhadap tragedi genosida oleh Israel yang dialami bangsa Palestina. Acara tersebut berlangsung pukul 13.00-15.00 WIB di Auditorium Lantai 8 Gedung Menara Da’wah, Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Jakarta.
Acara tersebut menghadirkan tiga dari empat narasumber yang direncanakan. Masing-masing adalah Duta Besar RI untuk Bulgaria periode 2012-2016 yang kini menjabat Ketua Bidang Luar Negeri MUI, Bunyan Saptomo; Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) yang dalam riwayat profesionalnya pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Kerajaan Hasyimiyah Yordania merangkap otoritas nasional Palestina periode 2009-2012,Prof. Zainul Bahar Noor; dan Chairman Al-Khair Foundation yang berkedudukan di Inggris, Syekh Imam Qasim Rasyid Ahmad. Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, Dr. Adian Husaini, hadir saat meeting sesi pertama berlangsung pukul 10.00-12.00 WIB, namun berhalangan hadir di sesi pertemuan tingkat tinggi.
Lebih dari 30 organisasi/lembaga Islam turut menghadiri pertemuan tersebut. Pertemuan tingkat tinggi itu lantas ditutup dengan seruan solidaritas kemanusiaan untuk pembebasan Palestina.
Di kesempatan itu, Bunyan Saptomo memaparkan tiga hal yang dialami bangsa Palestina. Pertama, perampasan tanah oleh bangsa Israel. Di dalam sejarahnya, perampasan tanah Palestina berlangsung sejak 1918 setelah orang-orang keturunan Yahudi diberikan tanah tempat bernaung oleh Palestina pasca genosida kaum Yahudi oleh Nazi Jerman pimpinan Adolf Hitler. Perampasan tanah Palestina itu terjadi setahap demi setahap. Yang terbesar adalah perampasan tanah pasca Inggris menarik diri dari Palestina pada Juli 1949. Mundurnya Inggris dari penguasaan di wilayah Palestina dimanfaatkan orang-orang Israel dengan menguasai lebih dari dua pertiga kawasan bekas mandat Inggris itu. Dan penguasaan tanah itu lantas menjadi legalisasi Israel mendeklarasikan kemerdekaannya.
Kedua, penjajahan. Setelah Israel menyatakan kemerdekaan negaranya, yang berlangsung di wilayah Palestina adalah penjajahan. Kerakusan Israel kini memaksakan seluruh wilayah Palestina menjadi milik Israel. Dan tahapan ketiga yaitu saat ini sudah memasuki genosida alias pembumihangusan etnis Arab Palestina.
Mirisnya, menurut Bunyan Saptomo, negara-negara Islam tidak mampu mengatasi kezaliman Israel terhadap bangsa Palestina. Oganisasi Kerjasama Islam (OKI) dengan 57 negara anggotanya belum juga kuat mengatasi kebiadaban Israel. Bunyan Saptomo lantas mengutip sebuah hadits riwayat Muslim, “Siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah dia mengubahnya dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya, dan itulah iman yang paling lemah”. Jadi, menurut Bunyan Saptomo, saat ini perjuangan dunia Islam berada di tahap mengubah kezaliman Israel dengan lisan.
“Saya menyerukan agar OKI lebih kompak dan lebih berdaya dalam upaya pembebasan Palestina,” kata Bunyan Saptomo.
Prof. Zainul Bahar Noor senada dengan itu. Zainul pun menyerukan agar umat Islam di Indonesia lebih memiliki perhatian dan kesungguhan dalam membantu perjuangan pembebasan bangsa Palestina. “Apa yang dilakukan Israel terhadap Palestina adalah kejahatan kemanusiaan,” tegasnya.
Sedangkan Syekh Imam Qasim Rasyid Ahmad di kesempatan itu menceritakan upaya-upaya yang dilakukan Al-Khair Foundation. Menurut dia, Al-Khair Foundation mendedikasikan organisasinya sejak didirikan beberapa belas tahun lalu dalam upaya pembebasan Palestina.
“Kita harus bersatu padu dalam usaha ini. Menyuarakan kepada dunia, bela Palestina, tanpa boleh bosan. Sesungguhnya Allah mencatat seluruh amalan umat Muslim dalam memperjuangkan pembebasan Palestina dari cengkeraman zionis Israel,” katanya sebagai narasumber dalam sesi penutup.