SPI Menggali Filsafat sebagai Aktivitas, Disiplin Ilmu, dan Worldview
Perkuliahan ke-15 Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta di aula Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS), Kalibata, Jakarta Selatan, pada Rabu (4/12/2024) malam, membawakan tema Filsafat. Syamsuddin Arif membuka penyampaian materi dengan menjelaskan arti kata “filosofi”. Bahwa kata “filosofi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu philo yang berarti kesukaan dan sophia yang berarti kebijaksanaan.
Pria kelahiran Jakarta itu lantas membagi filsafat ke dalam ranah aktivitas, disiplin ilmu, dan worldview. Ia juga menerangkan bahwa filsuf Inggris, Bertrand Russel, berpendapat bahwa tujuan berfilsafat adalah bertanya, menjelajah, dan tidak mengharuskan selalu mendapatkan jawaban.
“Setiap orang berfilsafat, karena aktivitas ini adalah buah dari keingintahuan, termasuk anak-anak. Sayangnya banyak orang tua yang membungkamnya sejak kecil, sehingga mereka tumbuh menjadi orang yang dogmatis,” paparnya.
Di dalam ranah filsafat sebagai disiplin ilmu, pendiri INSISTS ini memaparkan, ada kesalahkaprahan karena menganggap bahwa filsuf hanya berasal dari Yunani. “Ungkapan only the Greek philosophizes adalah salah, karena filsafat China, India, Jepang, dan lain-lain, sudah ada sejak lama. Menurut Aristoteles, filsafat adalah ilmu tentang pokok, dasar, dan sebab. Ia menempatkan shopia (wisdom) pada posisi tertinggi dalam tingkatan pengetahuan setelah techne (skills), episteme (science), dan phronesis (experience),” tuturnya.
Syamsuddin lalu menjelaskan bahwa pada sekitar tahun 1700, makna filsafat berubah kembali dari disiplin ilmu menjadi sebuah alat berpikir. Maka, timbul philosophy of money, philosophy of sport, bahkan philosophy of knowledge. Sedangkan di dalam ranah filsafat sebagai worldview, alumni International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) itu menjelaskan bahwa banyak dalil di Al Qur’an yang menyuruh manusia untuk berpikir.
“Di dalam khazanah keislaman, filsafat sering kali diistilahkan dengan al-falasifah, al-hikmah, dan ulum al-awail atau ilmu orang-orang terdahulu,” paparnya.
Associate professor bidang Filsafat Islam di Universitas Darussalam Gontor ini pun memaparkan bahwa ulama ada yang berpendapat filsafat itu mubah mutlak, haram karena berpotensi kufur, dan mubah bi syarah yaitu hanya untuk orang yang benar-benar membutuhkan serta kuat akal dan ilmunya.
Sebagai penutup, Syamsuddin menekankan pentingnya belajar filsafat. “Sebagai muslim, kita boleh belajar filsafat, setidaknya untuk tiga hal. Yaitu mengejar keilmuan universal, mencari kebenaran, dan memertahankan keyakinan Islam dari serangan pemikiran Barat," ungkapnya.
Banyak respon positif disampaikan peserta setelah mengikuti kegiatan perkuliahan. Di antaranya disampaikan oleh Sholih, salah seorang murid SPI.
“Saya sangat terkesan dengan materi ini. Isinya detail dan keilmuan beliau di bidang ini sangat teruji karena pernah belajar di ISTAC dengan Prof. Al-Attas. Beliau juga menunjukkan otoritas keilmuannya dengan membacakan quote para tokoh menggunakan bahasa aslinya,” katanya.