Sri Sintawati: Pengasah Kemampuan, Pola Pikir, serta Kreatifitas Lansia

Kaum lansia (lanjut usia) kerap dipandang sudah tak lagi produktif. Akibatnya, mereka sering mengalami penurunan kemampuan, pola pikir, serta kreatifitas. Padahal, sesungguhnya mereka masih bisa berkarya.

Hal itu menjadi perhatian Sri Sintawati, S.Sos., M.Si. Berangkat dari keinginan bermanfaat bagi lingkungan sekitar dan tak bisa berdiam diri melihat kondisi lingkungan sekitar, pengajar di Universitas Persada Indonesia Yayasan Administrasi Indonesia (UPI YAI) itu tergerak untuk mendirikan Sekolah Lansia. Di sekolah itu, para lansia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan, pola pikir, serta kreatifitas, agar tidak menjadi “beban” bagi masyarakat.

Dan, sekolah itu pun terwujud. Didukung Pemerintah Kota Jakarta Utara, tahun 2022 berdirilah Sekolah Lansia Nirmala. Lokasinya di Kelurahan Sunter Jaya, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Beroperasi dengan dana mandiri. Dinamakan Sekolah Nirmala karena mereka berkegiatan di RPTRA Nirmala.

Selasa, 7 Mei 2024, sebanyak 68 lansia Standar 1 (S1) dan Standar 2 (S2) Sekolah Lansia Nirmala dinyatakan lulus dan diwisuda. Ini adalah wisuda untuk para siswa batch 2 Sekolah Lansia. Para wisudawan dan wisudawati telah menyelesaikan pembelajaran selama enam bulan. Kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan sebanyak dua kali setiap bulannya di RPTRA Nirmala, Kelurahan Sunter Jaya, Kecamatan Tanjung Priok. Wisudanya dilakukan bertempat di Ruang Bahari, Kantor Walikota Jakarta Utara.

Walikota Jakarta Utara, Ali Maulana Hakim, hadir dalam kegiatan itu bersama Ketua Tim Penggerak PKK Kota Administrasi Jakarta Utara, Yenny Nursanti. Turut hadir pula Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan BKKBN; Asisten Administrasi dan Kesra Kota Administrasi Jakarta Utara; Dinas PPAPP Provinsi DKI Jakarta; Sudin PPAPP Kota Administrasi Jakarta Utara; Kabag Kesra Kota Administrasi Jakarta Utara; Camat Tanjung Priok; Lurah Sunter Jaya; para pengajar dan pengelola Sekolah Lansia Nirmala, serta mitra kerja dan para undangan.

Kepada Sabili.id, Ali Maulana Hakim menuturkan, Pemerintah Kota Jakarta Utara mendirikan Sekolah Lansia Nirmala sejak 2022 sebagai bentuk usaha meningkatkan pendidikan dan produktivitas bagi warga. Pada dasarnya, sekolah lansia merupakan program inisiasi BKKBN, yang juga mengajak para ahli dan sukarelawan dari berbagai latar belakang untuk turut serta berpartisipasi.

Baca juga: Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun Bogor Gelar Aksi Bela Palestina

Karena memang ‘Pendidikan’ dan menuntut ilmu harus sejak lahir hingga ke liang lahat. Nah, otomatis untuk para lansia yang kita anggap sebagai usia tidak produktif ini tetap harus menjadi produktif, jangan jadi beban. Oleh karena itu, kemampuan, pola pikir, skill mereka, serta kreatifitas mereka, harus tetap kita asah supaya bisa menjadi warga yang produktif dan tidak menjadi beban bagi masyarakat,” kata Ali Maulana Hakim.

Sedangkan sang pendiri, Sri Sintawati, menuturkan, Sekolah Lansia Nirmala dikhususkan bagi warga yang berusia minimal 60 tahun. Peserta paling tua Sekolah Lansia Nirmala yang masih aktif belajar saat ini berusia 84 tahun. Aktifitas pembelajaran dilakukan di hari Jumat, dua kali sebulan.

Di tahun 2022, ada program dari BKKBN untuk membuat sekolah lansia di beberapa wilayah di Jakarta. Nah, pada saat itu kepada kami ditawarkan, apakah siap untuk mendirikan sekolah tersebut dan mengelola sekolah tersebut. Ya, kami siap. Di RPTRA Nirmala itu kita punya namanya Rumah Konseling Nirmala. Di situ kita punya beberapa ahli, yaitu ada dokter, ada psikolog, ada psikiater. Mereka bersedia untuk menjadi pengajar,” jelas Sri Sintawati.

Selaku pendiri sekaligus pengurus dari Sekolah Lansia Nirmala, Sri Sintawati juga menjelaskan, mereka membutuhkan dukungan dari berbagai pihak untuk memperkenalkan sekolah lansia di Jakarta Utara. Sebab, meski pun sudah ada upaya sosialisasi melalui pertemuan dengan Badan Keswadayaan Masyarakat Lokal (BKL), namun masih ada kekhawatiran terkait pembiayaan dan proses belajar-mengajar di sekolah tersebut. Kekhawatiran itu lantas membuat beberapa orang mundur. Padahal, telah dijelaskan bahwa semua kegiatan di sekolah lansia gratis berkat sedekah ilmu dan lainnya.

Kami sebetulnya butuh dukungan banyak pihak untuk bisa menyosialisasikan keberadaan sekolah lansia. Sudah beberapa kali sebenarnya kami sosialisasikan ketika ada pertemuan-pertemuan BKL. Bahkan sudah ada yang sempat belajar di kita bertanya, ‘Bagaimana pembiayaannya?’ Kita jawab, kalau di kita kan memang semua gratis, karena ada sedekah ilmu dan sedekah lain-lainnya. Nah, (soal kekhawatiran tentang biaya) itu yang jadi kendala di mereka, sehingga akhirnya mundur. Padahal, kami sudah bilang, ‘Selama kita bina, kita akan carikan solusi bagi para pengajar ini untuk bisa secara sukarela’. Jadi, mereka bertindak sebagai fasilitator sekaligus relawan untuk mengajar di sekolah lansia,” urai Sri Sintawati.

Ia juga menjelaskan, hingga saat ini pembiayaan operasional sekolah masih berasal dari usaha mandiri para pengurus dan peserta. Ia juga menyatakan keterbukaannya bagi para donatur dan perusahaan yang berminat untuk memberikan bantuan, asalkan tidak mempengaruhi tujuan awal dari pembentukan sekolah lansia tersebut.

Kemarin sih belum ada (donatur yang masuk). Kami baru mau mencoba. Kalau CSR ada yang mau sih dengan senang hati kami akan terima. Yang penting tidak keluar dari tujuan utama sekolah lansia ini, tutupnya.