Tak Tahu Malu! Penjajah Israel Selisihi Kesepakatan dan Ancam Kembali Genosida Gaza

Penjajah Israel memberikan waktu 10 hari, dan akan kembali melakukan genosida di Gaza, jika Hamas tidak melanjutkan pembebasan tahanan Israel. Demikian laporan dari Channel 12 milik penjajah Israel pada Senin (3/3/2025). Surat kabar itu pun menambahkan, “Benyamin Netanyahu telah memutuskan, jika Hamas tidak membebaskan para sandera, maka Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan kembali bertempur, paling lambat pada akhir pekan depan”.

Sebelumnya, para mediator telah meminta penjajah Israel menunggu beberapa hari lagi untuk mengoptimalkan perundingan dengan Hamas. Namun, hingga saat ini, belum ada perkembangan signifikan dalam negosiasi.

Setelah berjalan selama 42 hari sejak 19 Januari 2025, secara resmi fase pertama gencatan senjata di Gaza telah berakhir pada awal Maret 2025 lalu.  Namun, penjajah Israel menolak untuk memulai tahap kedua perjanjian dan menghentikan pembantaian.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berniat memerpanjang tahap pertama kesepakatan gencatan senjata, dan menuntut pembebasan sebanyak mungkin warganya di Gaza. Di balik tuntutan tersebut, mereka tidak merealisasikan perjanjian, dengan melakukan blokade pasokan bantuan kemanusiaan yang ingin masuk ke Gaza.

Tentu, Hamas menolak kebijakan sepihak tersebut dan menuntut Israel untuk menaati isi perjanjian gencatan senjata. Termasuk agar segera memulai negosiasi tahap kedua yang mencakup penarikan pasukan Israel dari Gaza dan penghentian perang secara total.

Dengan dukungan Amerika Serikat, penjajah Israel telah melakukan genosida di Gaza sejak 7 Oktober 2023 hingga 19 Januari 2025. Serangan membabi buta yang dilancarkan di Gaza telah menyebabkan lebih dari 160.000 warga Palestina syahid dan terluka, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Dan lebih dari 14.000 lainnya masih hilang di bawah reruntuhan.

(Sumber: Anadolu)