Takut Kepada Allah Syarat Memperoleh Kemenangan
Allah Ta’ala berfirman:
“Kami pasti akan menempatkanmu di negeri-negeri itu setelah mereka. Yang demikian itu (berlaku) bagi orang yang takut akan kebesaran-Ku dan takut akan ancaman-Ku.” – QS. Ibrahim : 14
Lama saya memikirkan apa makna terkandung dalam ayat ini. Kemenangan dengan memperolah kekuasaan yang tadinya dipegang orang kafir itu adalah bagi orang yang takut akan kedudukan Allah dan takut pada ancaman Allah.
Mulailah berselancar ke kitab-kitab tafsir. Belum menemukan yang spesifik berusaha mengaitkan rasa takut akan dua hal tersebut yang berarti takut kepada Allah dengan penekanan khusus dan korelasi tak langsung dengan kemenangan.
Tapi yang sempat menyenggol tema tersebut adalah tafsir Fii Zhilal Al-Qur`an, karya Sayyid Quthb. Beliau berusaha menggambarkan; bahwa kalau takut pada kedudukan Allah maka dia tak akan sombong, tak akan lancang, tak akan diktator, dan kalau takut ancaman Allah maka dia tidak akan berani zalim kepada manusia, dan tak akan berani berbuat kerusakan di muka bumi.
Baca Juga : Kemenangan Itu Pasti Datang
Akhirnya sampailah saya pada kesimpulan:
"Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang zalim sekuat apapun mereka di dunia ini akan dimusnahkan oleh Allah, dan kekuasaan mereka akan diberikan kepada orang-orang yang beriman dengan syarat mereka takut akan keberadaan Allah dengan segala keagungan kuasa-Nya dan takut pula akan ancaman Allah nanti di akhirat bila mereka bermaksiat kepada-Nya.”
Korelasi kemenangan umat Islam dengan takut kepada Allah dan azab-Nya adalah karena kalau dia takut hanya kepada Allah maka dia tidak takut kepada makhluk, sehingga menjadi pejuang pemberani karena dia sadar akan kebesaran dan kekuasaan Allah yang Maha Mampu Menghancurkan kekuasaan siapapun dan mengganti penguasa sekehendak-Nya semata.
Selanjutnya takut akan ancaman Allah membuat orang tidak akan berani berbuat zalim. Dia akan selalu jujur dan bersikap adil, karena sadar betul bahwa kalaupun dia berkuasa di dunia dan dia bisa saja menzalimi siapapun yang lemah, tapi ada Allah yang maha membalas kezaliman itu. Orang yang tidak takut dengan azab Allah cenderung akan meremehkan syariat, sehingga mudah berbuat maksiat, dan maksiat inilah salah satu penghalang kemenangan umat Islam.
Orang Zalim Tidak Takut Azab
Apakah orang-orang zalim itu takut pengadilan akhirat? Jawabnya tidak. Karena mereka telah merasa baik. Coba lihat surah Fathir ayat 8:
“Maka, apakah pantas orang yang dijadikan terasa indah perbuatan buruknya (oleh setan), lalu menganggap baik perbuatannya itu (sama dengan yang mendapat petunjuk)? Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan pilihannya) dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk). Maka, jangan engkau (Nabi Muhammad) biarkan dirimu binasa karena kesedihan terhadap (sikap) mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”
Mereka merasa baik karena perbuatan mereka dihiasi oleh setan sehingga terlihat baik dan benar di mata mereka. Makanya, mereka tidak merasa telah berbuat zalim, malah seakan telah membela kebenaran. Itu karena mereka memperturutkan hawa nafsu dan tak menghiraukan batasan syariat, sebagaimana sindiran Allah dalam surah Muhammad ayat 14:
“Apakah orang yang berpegang teguh pada keterangan yang datang dari Tuhannya sama dengan orang yang perbuatan buruknya dijadikan terasa indah baginya dan mengikuti hawa nafsunya?”
Makanya mereka hanya takut kalau uang mereka habis, kalau alat pemuas hawa nafsu mereka musnah, dan mereka akan melakukan apapun demi mempertahankan itu. Ibnu Al-Qayyim dalam Syifa` Al-'Alil, hal. 103 (terbitan Dar Al-Ma’rifah 1978) menjelaskan kenapa mereka bisa tenang dan sabar dengan kezalimannya:
"Semua orang zalim, fajir dan fasik pasti akan Allah tampakkan kepadanya kezaliman, kefajiran dan kefasikan itu sebagai sesuatu yang buruk. Tapi karena dia ini terus saja betah melakukannya maka pandangan buruk itu terangkat dari hatinya sehingga dia malah melihatnya sebagai sebuah kebaikan, dan itulah hukuman Allah buatnya. Keburukan itu hanya akan terbuka dengan cahaya Allah dalam hati yang nanti akan jadi hujjah Allah untuk menghukum dirinya. Kalau dia betah dalam kezaliman dan kesesatan maka cahaya itu pun akan sirna, sehingga keburukan itu tak terlihat dalam kegelapan kebodohan, dosa dan kezaliman."