Ternyata Maher Al-Jazi Bukan Dari Keluarga Sembarangan

Maher Al-Jazi, seorang sopir truk asal Yordania bikin geger. Pasalnya ia berhasil menembak mati tiga petugas keamanan penjajah di jembatan Raja Hussein, biasa dikenal penyeberangan Allenby, yang memisahkan Yordania-Tepi Barat.

Aksi heroik tersebut bermula, ketika truk yang dikendarai Maher berhenti di pos inspeksi keamanan perbatasan Israel. Maher lantas keluar dari truk sambil menenteng pistol JTP-9C. Sejurus kemudian, ia melepaskan tembakan presisi ke arah personel keamanan yang berjaga.

Dorr! Tiga personel penjajah meregang nyawa secara mengenaskan. Setelahnya, baku tembak pun terjadi antara Maher dengan personel penjajah lainnya. Hingga Maher menjemput syahid tertembus timah panas. Atas aksi heroiknya ini, Jubir Al-Qassam, Abu Ubaidah menyebunya sebagai Pahlawan Badai Al-Aqsa.

Keturunan Pejuang

Maher Dhiyab Hussein Al-Jazi adalah seorang pensiunan tentara. Ia lahir pada 28 April 1985 di desa Adharh, Provinsi Ma'an, Yordania. Maher merupakan pemuda dari klan Al-Huwaitat yang banyak tersebar di Yordania, Tepi Barat dan Arab Saudi Utara. Ia memiliki 6 orang anak. Dua anak laki-laki dan tiga putrinya tinggal bersama penduduk daerah Al-Huseiniyah. Provinsi Ma'an.

Garis keturunan Maher ternyata bukan orang sembarangan. Buyutnya, Syekh Haroun Al-Jazi Al-Huwaiti merupakan seorang komandan pertempuran Al-Qastal di Yerusalem pada tahun 1948. Dari garis Al-Jazi pula lahir Mayor Jenderal Mashhour Haditha al-Jazi, salah satu komandan pertempuran Karama pada tahun 1968.

Peluh Seorang Ibu Palestina Temukan Jasad Anaknya
Kebiasaan dari pukul 9 hingga pukul 3 dini hari, ia duduk di kursi taman ditemani petugas yang lalu lalang membawa deretan jenazah orang-orang syahid. Mereka adalah korban dari pembantaian Penjajah Zionis Israel.

Pemimpin marga Al-Jazi, Sultan Faisal Al-Jazi, mengatakan, “Maher adalah martir. Ia telah menjalankan kewajiban terhadap perjuangan, negara, dan rakyatnya di Palestina.”

Sheikh Habes Al-Jazi, sepupu Asy-syahid Maher Al-Jazi, mengatakan, apa yang dilakukan putra mereka adalah sebuah reaksi alamiah yang timbul akibat kebiadaban Penjajah Israel terhadap rakyat Palestina.

“Maher bukan anggota partai mana pun, dia adalah penduduk biasa dan perangainya ramah. Namun, dia adalah seorang pemuda Muslim Arab yang memiliki kemurnian hati atas apa yang terjadi di Palestina. Rongrongan kejahatan dari Netanyahu terhadap rakyat Palestina, dan dukungan Barat terhadap Penjajah Israel membuatnya tergerak untuk melakukan operasi ini,” ujar Habes dalam pernyataan pers, pada Senin, (09/09/2024).

Habes menegaskan, “Syuhada Abu Qadr -nama panggilan Maher- bukanlah syahid pertama dari suku Al-Huwaitat dan suku Arab, dan dia tidak akan menjadi syahid terakhir.

 Ayah Maher berkata langsung setelah dia diberitahu tentang kesyahidan putranya: “Darah Putraku tidak lebih berharga dari darah rakyat Palestina.”