Terungkap! Pejuang Oposisi Gagalkan Rencana Penjajah Israel dan UEA Pecah Belah Suriah

Sebuah laporan dari situs berita Inggris Middle East Eye pada Jumat (20/12/2024) mengungkapkan rencana Penjajah Israel yang bertujuan membagi Suriah menjadi tiga wilayah geografis. Rencana itu mencakup pembentukan wilayah dengan pengaruh Kurdi di timur laut, wilayah Druze di selatan, dan memertahankan rezim Bashar al-Assad di Damaskus di bawah pengawasan Uni Emirat Arab (UEA). Pengawasan tersebut dirancang untuk memastikan dukungan finansial dan kendali atas rezim Assad.

Namun, perkembangan di lapangan menunjukkan kegagalan rencana itu. Pemimpin redaksi Middle East Eye, David Hearst, menjelaskan bahwa tujuan utama dari rencana tersebut adalah untuk mengurangi pengaruh Iran dan Hizbullah di Suriah serta membatasi pengaruh Turki ke wilayah tersebut. Strategi itu dirancang agar Israel dapat mengamankan kepentingannya melalui aliansi militer dan strategis dengan kelompok Kurdi di timur laut dan komunitas Druze di selatan. Dengan membiarkan Assad tetap berkuasa di Damaskus, Israel berharap UEA dapat menjamin stabilitas finansial dan politik di bawah kendali mereka.

Namun, menurut David Hearst, perkembangan di lapangan membalikkan skenario itu. Pasukan yang loyal kepada Assad mengalami kehancuran, sedangkan oposisi yang dipimpin oleh Hay'at Tahrir al-Sham berhasil menguasai Damaskus melalui serangan mendadak. Menghadapi situasi tersebut, Israel memilih untuk menghancurkan kemampuan militer Suriah guna mencegah senjata strategis jatuh ke tangan pemerintahan baru yang dipimpin oleh oposisi.

Ratusan Ribu Tentara Penjajah Mengidap Cacat Fisik maupun Mental
Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan, hari Rabu, jumlah korban tewas di Jalur Gaza telah meningkat jadi 45.097 jiwa, sejak agresi Penjajah Israel dimulai pada 7 Oktober 2023.

Menurut sumber keamanan yang diwawancarai oleh Middle East Eye, Israel semula berharap untuk memanfaatkan hubungan strategis dengan Kurdi di timur laut dan Druze di selatan sebagai pijakan untuk memecah Suriah. Assad direncanakan tetap memimpin Damaskus di bawah pengawasan UEA, yang akan memberikan dukungan finansial sekaligus mengendalikan rezimnya. Jika rencana ini berhasil, Turki hanya akan memiliki pengaruh terbatas di wilayah barat laut, terutama di Idlib, di mana kelompok-kelompok oposisi yang didukung Turki beroperasi.

Kegagalan rencana ini menjadi titik balik penting dalam konflik Suriah. Penggulingan Assad tidak hanya menggagalkan upaya Israel untuk membagi Suriah tetapi juga mengubah keseimbangan kekuatan di kawasan.