Upaya Lingkar Ayah Indonesia Kembalikan Figur Pahlawan dalam Keluarga

Peringatan Hari Pahlawan Nasional pada 10 November 2024 menjadi momen berlangsungnya LaunchingLingkar Ayah Indonesia”. Agenda launching yang dilaksanakan pada Ahad (10/11/2024) pagi dan dapat diikuti lewat zoom meeting itu mengangkat tema “Saatnya Ayah (Kembali) Mengukir Kepahlawanan”. Acara tersebut menghadirkan diskusi yang menampilkan pembicara Ayah Satria Hadi Lubis, Ayah Rizqi Tajjuddin, Ayah Irwan Rinaldi, dan Ayah Prof Hamim, dengan moderator Ayah Eko Novianto.

Ada latar belakang menarik di seputar lahirnya “Lingkar Ayah Indonesia”. Indonesia saat ini menghadapi fenomena berada di peringkat ketiga dalam kategori Fatherless Country di dunia. Fatherless adalah fenomena hilangnya sosok ayah atau hilangnya peran ayah dalam keluarga. Apa sebabnya? Antara lain karena banyak sekali laki-laki yang tidak bisa menjalankan tanggung jawab dia sebagai laki-laki, baik ketika masih remaja maupun sampai ia menjadi seorang pekerja lalu menikah dan menjadi ayah. Ketika menjalani proses itu, banyak sekali peran yang tidak dijalankan sang ayah atau ia menjalankan peran itu tidak sebagaimana mestinya.

Di dalam diskusi, Founder Jaringan Lingkar Ayah Indonesia, Satria Hadi Lubis, mengatakan, stereotip tentang peran ibu bahwa ibu hanya menjalankan peran domestik saja, karena ibu-lah yang berada di rumah untuk mengasuh anak, adalah pola fikir yang salah. Menurut Satria yang menjadi Pembina di Jaringan Lingkar Ayah Indonesia itu, di dalam Islam, peran ayah tidak hanya berada di luar rumah saja. Justru ayah juga seharusnya memiliki peran domestik, yaitu mengasuh anak, mendidik anak, dan juga berada di rumah. Jadi, mendidik anak adalah tanggung jawab ibu dan ayah.

Tanggung jawab seorang ayah terdapat dalam surat At Tahrim ayat 6 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Setiap kita adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai tanggung jawabnya. Seorang laki-laki akan ditanya tentang keluarga yang ia pimpin. Begitu juga perempuan. Sebab, seorang perempuan juga pemimpin di rumah suaminya, pemimpin terhadap harta yang diamanahkan oleh suaminya.

Di Masjid Agung Sunda Kelapa, Salim A. Fillah Beri Tips Pernikahan Langgeng
RISKA menghelat kajian bertajuk “Ketika Aku dan Kamu Menjadi Kita” di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, Ahad (10/11/2024). Kajian yang menyasar kalangan muda itu menghadirkan Ustadz Salim A. Filah sebagai pemateri.

Peran ayah tidak hanya mencari nafkah dan berketurunan saja. Sedangkan peran ketiga yang justru sangat penting bagi perkembangan keluarga, istri, dan anak, sering kali alpa. Yakni peran sebagai pengayom, sebagai pembina atau murobbi, pengasuh, pendidik, tidak dijalankan secara maksimal, kata Satria Hadi Lubis.

“Jaringan Lingkar Ayah Indonesia” sendiri hadir untuk mengatasi kesenjangan antara idealita sebagai seorang laki-laki, suami, atau ayah, yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di masyarakat. Lingkar Ayah Indonesia memiliki tiga tujuan. Pertama, Meningkatkan kepedulian tentang ayah. Kedua, Edukasi. Ketiga, Sinergi antar lembaga keayahan.

Mungkin karena pengaruh budaya yang paternalistik di Indonesia, laki-laki tugasnya di luar rumah saja, dan ibu hanya di dalam rumah, atau pengaruh dari kesenjangan ekonomi, sehingga kehadiran ayah di tengah anak-anaknya menjadi sangat minim. Apa pun kenyataan yang sedang terjadi, sebagai laki laki (ayah, red) ia berusaha agar idealita bisa dicapai di tengah-tengah tantangan yang harus dihadapi. Jaringan Lingkar Ayah Indonesia hadir untuk itu. Hadir untuk bagaimana kita berusaha bekerja sama untuk bisa mengurangi kesenjangan antara idealita dengan realita,” jelas Satria.

Ada 15 lembaga keayahan di Indonesia yang sudah bersinergi dan tergabung dengan Jaringan Lingkar Ayah Indonesia,” tambahnya.

Sedangkan Prof Hamim yang juga salah satu Founder Jaringan Lingkar Ayah Indonesia mengatakan, fenomena fatherless bisa muncul karena beberapa hal. Pertama, Hambatan dalam pembentukan identitas gender dan peran seksual. Kedua, Penurunan performa akademis. Ketiga, Kesulitan penyesuaian psikososial. Keempat, Kontrol diri rendah, dan self esteem rendah. Kelima, Risiko munculnya psikopatologi pada anak (kecanduan gadget, game online, perilaku menyimpang, dan lain-lain).

Pada hari ini, di Hari Pahlawan ini, marilah kita kembali bertanya kepada diri kita, ‘Sudahkah kita menjadi ayah yang baik?’ Memohonlah kepada Allah untuk kita bisa memerankan secara baik peran itu sekaligus mengajak orang lain untuk menjadi seorang ayah sebagaimana yang diperankan oleh Rasulullah saw. Yang kehadirannya tidak hanya sekadar memberikan nafkah saja, tetapi juga membawa masa depan anak-anaknya secara baik,” kata Hamim yang juga Bendahara di Jaringan Lingkar Ayah Indonesia itu pula.