Wanita Perindu Al Aqsa (Bagian 4): Amal Haniyyeh
“Sampaikan salam untuk semua Syuhada Gaza, kekasihku. Kekasihku di dunia dan akhirat”
Ia wanita yang dijuluki sebagai “The Iron Lady of Gaza” (Wanita Besi dari Gaza). Ia telah berkali-kali kehilangan anaknya akibat serangan yang dilakukan oleh penjajah Israel. Dialah Amal Haniyyeh, istri dari Asy-Syahid Ismail Haniyyeh.
Wanita Palestina adalah aset dunia. Dia adalah sekolah yang dari tangannya lahir para pahlawan, guru, insinyur, dokter, dan generasi pembebas Al Aqsa. Dia adalah ibu yang sabar dan penuh keteguhan dari para syuhada. Dia adalah kunci menuju Yarussalem yang cahayanya menyinari seluruh kehidupan.
Maka, ini adalah Palestina, dengan tekad serta pengorbanan untuk pembebasan Al Aqsa dari cengkeraman penjajah. Palestina, yang menghadirkan ribuan syuhada, serta sejarah perjuangan perempuan yang luar biasa. Maka, tidak mengherankan jika perempuan Plaestina turut berada di garis terdepan dalam mengorbankan nyawa di perjuangan “Badai Al Aqsha”, di mana jumlah syuhada telah melampaui lebih dari empat puluh ribu orang, yang sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.
Tersenyum Saat Mengetahui Putra-Putranya Syahid dalam Serangan Udara Penjajah Israel
Asy-Syahid Ismail Haniyyeh, mantan kepala biro politik HAMAS, memberitahu istrinya, Amal Haniyyeh, tentang serangan penjajah Israel yang menewaskan tiga putra dan tiga cucu mereka. Saat itu, Amal Haniyyeh sedang dirawat di rumah sakit di Doha, Qatar. Ia dirawat di Rumah Sakit itu karena kesehatannya.
Amal baru mendengar kabar kematian anaknya setelah tiga hari kemudian. Mungkin ketika mendengar kematian dari kerabat terdekat kita, anggota keluarga, misal orang tua, anak, cucu, saudara, kita akan menangis histeris. Namun tidak dengan Amal Haniyyeh. Ketika mendengar kesyahidan ketiga putera dan ketiga cucunya, ia tersenyum dan segera melaksanakan shalat dua rakaat.
Peristiwa tersebut terjadi pada bulan April 2024, tepat lebaran Iedul Fitri tiga putra syahid dalam serangan udara di Gaza. Hazem, Amir, dan Mohammed meninggal dunia dalam serangan ke mobil yang mereka kendarai. Media Palestina mengatakan, dua cucu Ismail Haniyyeh juga syahid dalam serangan tersebut. Bahkan cucunya yang masih kecil pun menjadi korban. Sebelumnya, penjajah Israel juga telah membunuh puluhan anggota keluarganya. Begitulah ketegaran seorang Amal Haniyyeh. Ia menjadi sosok Istri serta Ibu yang luar biasa.
Setelah kabar kesyahidan putranya, Ismail Haniyyeh tetap menjalankan tugasnya sebagai kepala biro politik HAMAS. Lantas ia mengatakan kepada media bahwa kesyahidan anak mereka tidak akan memengaruhi kesepakatan potensial tentang pembebasan sandera israel.
“Kesepakatan rakyat Palestina adalah yang utama. Kami akan berusaha mencapai kesepakatan, tetapi penjajah masih menunda dan menghindari menanggapi tuntutan kami,” tuturnya.
Ibu dari Para Mujahid
Amal Haniyyeh dikaruniai 13 orang anak (Sarah, Khawleh, Latife, Sana'a, Hazem, Mohammed, Wisam, Moath, Abed Al-Salam, Bothayna, Amir, Hammam, dan A'ayed). Anak-anaknya ikut dalam perjuangan ayahnya (Ismail Haniyyeh) dan terlibat dalam aktivitas keagamaan sosial dan politik di Gaza. Keluarga Haniyyeh sangat dikenal dengan segala pengorbanan serta dukungannya terhadap kemerdekaan Palestina. Walau pun banyak yang syahid, mereka tetap teguh pada keyakinan komitmen mereka terhadap kemerdekaan Palestina.
Amal Haniyyeh mendidik anak-anaknya dalam naungan Al Qur’an sejak mereka masih kecil. Pendidikan Islam menjadi bagian penting dari pembentukan karakter anak-anaknya. Bagi Amal, bekal keilmuan anak-anaknya sangat penting serta memengaruhi pandangan keagamaan dan perjuangannya.
Keteguhan sang istri, Amal Haniyyeh, turut menghiasi perjuangan Ismail Haniyyeh. Sebuah perjalanan yang sangat berat, ketika mereka harus mengorbankan 80 anggota keluarga mereka yang syahid dalam serangan zionis, termasuk anak-anak serta cucu-cucunya yang masih sangat kecil, karena penjajah telah menargetkan semua kelompok di lingkaran para pemimpin penjuang Palestina. Tujuannya untuk melemahkan mereka. Namun, itu hanyalah angan para penjajah. Keteguhan Amal Haniyyeh dan Ismail Haniyyeh menjadi mimpi buruk bagi penjajah Israel. Hal ini sebagai bukti bahwa ini adalah kegagalan penjajah mencapai tujuan mereka, serta bahwa kejahatan penjajah terhadap keluarga pemimpin Hamas dan kelompok pembebasan Palestina tidak akan menyurutkan perjuangan membebaskan Palestina dan Masjid Al-Aqsha.
“Penjajah berkhayal jika berpikir bahwa dengan menargetkan anak-anak saya, pada puncak negosiasi [gencatan senjata] dan sebelum gerakan mengirimkan tanggapannya, akan mendorong Hamas untuk mengubah posisinya,” katanya kepada Al Jazeera.
Peran Luar Biasanya yang Tidak Tampak di Publik
Tidak ada media yang bisa menjelaskan seperti apa kehidupan Amal Haniyyeh kecil, namun perannya saat ini adalah sebagai seorang perempuan dan ibu dari para mujahid. Juga sebagai istri tercinta dari Ismail Haniyyeh, kepala biro politik yang paling ditakuti oleh penjajah.
Hanya segelintir media yang menyorot Amal Haniyyeh. Ia memang tidak memiliki peran strategis dalam bidang politik, namun Amal Haniyyeh menjadi saksi atas perjuangan serta pengorbanannya menjadi seorang Ibu di Gaza. Ia sosok perempuan yang menjadi penguat atas tugas yang dijalankan oleh Ismail Haniyyeh.
Hingga tibalah saat Allah menjemput sang suami tercinta, Ismail Haniyyeh. Bom Israel menghantam tubuh Asy-Syahid Haniyyeh. Dunia berduka atas kepergian salah satu putra terbaik bangsa Palestina itu. Haniyyeh adalah seorang pejuang yang tak kenal lelah melawan penindasan Israel sepanjang hidupnya demi “membebaskan Al-Quds”. Inilah semangat perjuangan yang ditanamkan oleh Ismail dan Amal Haniyyeh terhadap anak-anaknya. Kesyahidan Haniyyeh memberikan semangat baru, tekad baru, serta kekuatan baru kepada rakyat Palestina dan perjuangan perlawanannya.
Pesan Cinta Terakhir Amal Haniyyeh kepada Suaminya, Ismail Haniyyeh
Amal Haniyyeh mengucapkan selamat tinggal kepada suaminya, Ismail Haniyyeh, saat tiba di Qatar menjelang pemakaman Asy-syahid Ismail Haniyyeh.
Rekaman yang disiarkan oleh akun Sarah Haniyyeh, putri mendiang kepala biro politik Gerakan Perlawanan Palestina (Hamas), Ismail Haniyyeh, memperlihatkan momen ketika istri Ismail Haniyyeh, Hajja Umm al-Abed (Amal Haniyyeh), mengucapkan selamat tinggal kepada jenazah suaminya setelah tiba di Doha dari Teheran.
Amal Haniyyeh, saat mengucapkan selamat tinggal kepada jenazah suaminya, berkata dengan kata-kata yang menyentuh, “Salam untuk semua syuhada Gaza, kekasihku, kekasihku di dunia dan akhirat.”
Ia melanjutkan, “Sayangku, semoga Allah senantiasa memberkahimu dan memudahkan semua urusanmu. Sayangku, kau adalah cinta hidup dan matiku. Dan kau adalah pendukungku, di dunia dan di akhirat.”