Kata Profesor Rokhmin Dahuri, Kaum Kapitalis Non Muslim Maunya Kita Tetap Miskin

Kata Profesor Rokhmin Dahuri, Kaum Kapitalis Non Muslim Maunya Kita Tetap Miskin
Halalbihalal yang digelar ICMI pada Rabu, 1 Maret 2024 dengan tema Kuatkan Silaturahmi, Teguhkan Iman dan Taqwa untuk Wujudkan Persatuan Bangsa. / Foto Istimewa

Ketua Dewan Pakar ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia), Prof. Dr. H. Rokhmin Dahuri, mengatakan, kaum kapitalis non muslim menginginkan agar kita tetap miskin. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI itu menyampaikan hal tersebut dalam acara Halalbihalal ICMI, Rabu, 1 Mei 2024. Selain Rokhmin, sejumlah tokoh publik turut hadir dalam acara halalbihalal yang digelar ICMI di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, pukul 19.20 hingga 21.40 WIB itu.

Prof Rokhmin yang kini juga menjabat Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu lantas menyoroti kesenjangan antara si miskin dan si kaya di dunia. Menurut Anggota Dewan Penasihat Ilmiah Internasional Pusat Pengembangan Pesisir dan Lautan, Universitas Bremen, Jerman, itu, persoalan ketimpangan sosial yang membahayakan peradaban dunia terjadi tidak terlepas dari sistem sosial dan ekonomi yang menggerakkan dunia saat ini. Kata Rokhmin, sejak tahun 1924 hingga 1989, dunia ini hampir seluruhnya diatur dengan sistem Kapitalisme.

“Namun, Kapitalisme gagal mengentaskan kemiskinan, kelaparan, dan tuna wisma global. Selain itu, (juga gagal mengatasi) kerusakan lingkungan serta perubahan iklim global atau Global Warming yang telah mengancam kapasitas keberlanjutan (sustainable capacity) bumi di dalam mendukung pembangunan ekonomi, bahkan kehidupan manusia,” ucapnya.

Duta Besar Kehormatan Propinsi Jeju, Korea Selatan, itu lantas mengungkit tentang kegagalan ekonomi kapitalis, yang dengan rakusnya menguras kekayaan alam, sekaligus mengampanyekan agar negara-negara berkembang peduli terhadap lingkungan. Terutama negara-negara berkembang yang mayoritas penduduknya muslim. Negara-negara kapitalis juga menyuruh negara-negara miskin dan berkembang agar tidak mengeluarkan emisi, tetapi negara-negara maju terus mengeluarkannya.

“Sekarang (kerusakan itu) sudah menimpa 60% ekosistem terumbu karang di seluruh dunia. Dan kita tahu sebagai orang kelautan, pondasi kehidupan itu ada di terumbu karang. Itu terjadi karena keserakahan,” tegasnya.

Baca juga: Taushiyah Kebangsaan Jimly Asshiddiqie Singgung Soal Adab dalam Berdemokrasi

Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University itu menyebut, sekarang kemiskinan di dunia jumlahnya sudah mencapai 3 miliar orang. Sedangkan berdasarkan data Bank Dunia, 37 persen penduduk dunia masih hidup dalam kemiskinan.

“Orang-orang kapitalis non-muslim itu maunya kita tetap miskin, tetap menganggur, tetap bodoh. Lalu kita dibodohi. Sumber daya alam kita dibeli oleh mereka, dibawa ke sana, diproses, di-explore lagi. Mohon maaf, ini fakta. Ada dokumennya. Dan Kristenisasi itu mendapat tempat yang subur kalau muslim itu bodoh, menganggur, dan miskin. Itu yang harus kita sadari,” tegasnya.

Menyikapi hal itu, pria kelahiran Cirebon, 16 November 1958, itu menyatakan, sekarang saatnya ICMI menggaungkan bahwa inilah saatnya umat manusia mengadopsi The Guide Life of Islam. Itulah pedoman hidup yang sempurna dan pasti menjamin kebahagiaan di dunia dan akhirat.

“Sekarang saatnya sebenarnya bahwa ICMI itu dengan pede (percaya diri, red) tetapi smart dan elegan menggaungkan bahwa manusia itu saatnya sekarang untuk mengadopsi the guidance life of Islam. Mengapa? Sekarang mainstream atau pedoman hidup yang dibuat manusia satu-satunya yang masih eksis hanya Kapitalisme. Tiga bidang sudah gagal total,” katanya.

Di bagian akhir, Prof Rokhmin Dahuri menyinggung soal kualitas Wakil Presiden Terpilih, Gibran Rakabuming Raka. Ia menyindir, terpilihnya Gibran menyiratkan, seolah-olah di Indonesia tidak ada lagi orang pintar dan cerdas.

“Karena, saya bilang ke Pak Jimly, ‘Pak Jimly, kalau Mas Gibran itu jadi, dengan segala macam reputasinya yang di Singapura, itu gimana?’ ‘Itu nggak perlu Mas Emil (Dardak). Orang pinter seperti Mas Emil, dapat PhD regional economic, gitu, nggak perlu, Pak!’ ‘Nggak perlu ada IPB, ITB, nggak perlu!’ ‘Jadi wapres itu yang begitu itu aja, Pak!’ Jadi apa kata dunia nanti ke depan itu? Ke depan itu, nggak perlu kita jadi orang pintar, jadi Dosen Teladan, gitu, kalau yang jadi (pemimpin adalah yang model seperti) begitu! itu saja,” urainya.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.