Sejak Kapan Sekolah Diwajibkan?

Sejak Kapan Sekolah Diwajibkan?
Photo by Bayu Syaits on Unsplash

Ramadan telah kita jalani. Idul Fitri telah kita lalui. Libur lebaran hampir terlewati. Sekarang waktunya bersiap kembali ke aktivitas masing masing: Bekerja, kuliah, atau sekolah.

Sekolah mulai SD sampai jenjang SMA kemungkinan akan mulai masuk kembali pada 16 April 2024. Ngomong-ngomong tentang sekolah, mungkin ada yang bertanya atau pernah bertanya, sejak kapan sih bersekolah diwajibkan?

Awalnya Hanya isi Waktu Senggang

Istilah “sekolah” berasal dari bahasa Latin “Scolae/Schola” yang artinya adalah waktu senggang. Sebab, ia bermula di zaman Yunani kuno. Waktu itu, sekolah adalah tempat bertanya bagi orang-orang yang sedang punya waktu senggang. Bentuk sekolah saat itu seperti tempat yang rindang, dimana ada satu guru yang dianggap master yang akan didatangi oleh rakyat, pejabat, dan raja yang membutuhkan ilmu dan nasihat kehidupan. Setelah mendapat jawaban, lalu mereka pulang dan kembali bekerja.

Seorang filsuf Yunani berkata, “Sekolah hanya untuk orang khusus. Sebab, kalau semua orang bersekolah, siapa yang akan bertani dan menjaga perbatasan?”

Seiring waktu, masuklah agama Kristen. Di saat itu, Scholae berubah menjadi Sekolah Theologia (sekolah keagamaan). Jika di peradaban Nusantara guru besar diistilahkan dengan Mpu, dan di peradaban-peradaban primitif ada para tetua suku, dan sebagainya, di zaman kuno itu sekolah pun hanya untuk orang “khusus”.

Guru dianggap sebagai orang bijak/intelektual/pujangga. Bahkan ada yang dianggap suci dan lantas dikultuskan.

Di Era Peradaban Islam

Islam membuka keran literasi dengan membawa semangat “Iqro” (bacalah). Di zaman peradaban Islam ini, para orang tua mewajibkan anaknya masuk sekolah Al Qur’an dan ilmu baca tulis dasar di tempat yang bernama Kuttab. Tetapi wajib belajar ini kemungkinan hanya sampai umur 10 tahun. Sebab, dalam Islam, anak laki-laki dan perempuan harus dipisah ketika mereka berumur 10 tahun.

Baca juga: Kembali ke Fitrah atau Kembali ke Habit?

Yang wanita dididik secara homeschooling (di rumah), sebagaimana Hafshah (istri Nabi) yang belajar baca tulis kepada Syifa binti Abdullah. Sedangkan untuk laki-laki, di umur 10 tahun kemungkinan mereka diberi pilihan: Mau bekerja, berdagang, merantau, menjadi tentara, atau lanjut sekolah dengan cara mondok atau Mulazamah bersama gurunya. Intinya, di umur 10 tahun mereka harus sudah mandiri, sebagaimana Nabi ketika berumur belasan tahun sudah PKL di luar negeri.

Para guru digaji layak. Umar bin Khattab pernah menggaji guru anak-anak sebesar 500 Dirham (kira-kira 3-4 juta rupiah).

Sistem pendidikan Islam ini sukses menjadikan Timur Tengah sebagai pusat peradaban keilmuan dunia pada masanya.

Sistem Prusia

Sekolah umum pertama muncul di abad ke-17, yakni Boston Latin School di daerah jajahan Inggris di Amerika. Koloni Inggris lalu mewajibkan koloni lain membangun sekolah untuk kepentingan penjajah. Tetapi di masa ini, sekolah belum diwajibkan untuk anak-anak.

Di Abad ke-18 ketika masa pemerintahan Raja Frederick, di Prusia (sekarang Jerman, red) muncullah sekolah umum pertama yang pemerintahnya mewajibkan rakyatnya bersekolah di sana dengan sistem yang ketat. Diinisiasi oleh seorang guru bernama Johann Julius Hecker tahun 1763. Sekolah di sistem Prusia ini mewajibkan siswa datang ke sekolah. Di sana, mereka diatur dengan aturan ketat, ada sistem penilaian, ujian nasional, dan sebagainya. Mereka yang lulus kelak akan ditempatkan sebagai Pegawai negeri (PNS) atau anggota militer Prusia yang waktu itu sedang dilanda konflik di Eropa.

Sistem yang ketat itu tidak memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk memilih bidang yang diminati. Sebab, kondisinya Prusia sedang butuh dengan cepat tenaga-tenaga kerja administrasi dan militer untuk menghadapi konflik Eropa.

Sistem pendidikan itu kemudian ditiru oleh Amerika yang sudah lebih dulu mendirikan sekolah umum. Tahun 1843, Horace Mann dari sekolah Massachusset Amerika datang ke Jerman, meniru sistem itu, lalu mendesak pemerintah untuk menerapkan sistem ketat tersebut. Mulailah di Amerika diterapkan sistem kurikulum hingga sertifikasi guru. Kemudian, sistem ini ditiru oleh negara-negara Eropa, kemudian dibawa ke negara-negara jajahan mereka.

Baca juga: Kebebasan Semu dan Urgensi Dakwah Bi al-Qalam

Seiring dengan Revolusi Industri di Inggris pada awal abad ke-19, sistem pendidikan Prusia itu dirasa semakin dibutuhkan, karena diyakini dapat cepat mencetak pekerja-pekerja yang bisa ditempatkan sebagai operator pabrik industri. Di saat itu, Inggris menjelma menjadi negara dengan penghasilan industri terbesar, dan sistem industri kapitalisme ini pun kemudian ditiru negara-negara lain.

Maka, tak heran jika negara-negara di seluruh dunia merasa pendidikan sistem Prusia ini harus diwajibkan, demi mencetak lulusan yang siap ditempatkan di pabrik dan industri. Dengan begitu, industri bergerak cepat dan negara mendapat pemasukan dari sektor industri. Juga negara dapat bersaing di tengah persaingan industri global yang keras.

Kesimpulan

Begitulah evolusi sekolah. Yang awalnya hanya diniatkan sebagai pengisi waktu luang (Scolae) untuk mencari ilmu, sekarang di seluruh dunia sekolah menjadi wajib, demi mencetak lulusan yang siap kerja sebagai pegawai negeri atau pekerja di industri.

Wallahu A’lam Bishowab.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.