Penulis : Kanzul Rakib
Masjid Jami Al Hikmah dikenal selalu full jamaah di waktu shalat. Apalagi pada momen shalat Idul Fitri, Idul Adha, dan Tarawih. Masjid yang berlokasi di Jalan Bangka II, Pela, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, itu selalu padat jamaah di waktu-waktu tersebut. Seperti terlihat saat shalat tarawih perdana Ramadhan 1444 Hijriyah.
Shalat tarawih malam itu terasa khusyu dan tenteram. Jamaah pun seakan tak ingin beranjak segera dari aktivitas shalat tarawih berjamaah yang berlangsung selama satu setengah jam, sejak pukul 19.20 hingga 21.05 WIB. Rutinitas shalat tarawih di awal Ramadhan itu lantas menjadi momen tak terlupakan oleh jamaah Masjid Al Hikmah, lantaran tenteram mendengarkan bacaan satu juz Al Qur'an yang dilantunkan imam selama shalat tarawih.
Dr. dr. H. Abul A'la Al Maududi, Sp.P, M. A, M. Si, M. Pd, Al Hafizh adalah imam shalat tarawih perdana tahun ini di Masjid Al Hikmah. Beliau saat ini adalah Imam Besar (imam utama) Masjid Al Hikmah. Jamaah kerap hadir memadati ruang shalat di dalam masjid, merindukan suara imam shalat yang hafiz Qur’an ini.
Ustadz Abul A'la dikenal di Masjid Jami Al Hikmah dengan panggilan Ustadz Dudi. Orang mengetahui Ustadz Dudi sebagai seorang Hafiz Qur’an yang memiliki sanad sampai ke Rasulullah. Tetapi ada hal lain yang juga menarik. Ustadz yang telah menuntaskan hafalan Qur’an 30 juz sejak masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) itu sehari-hari berprofesi sebagai dokter spesialis paru.
Saat ini Ustadz Dudi praktik di beberapa rumah sakit. Di antaranya Rumah Sakit (RS) Muhammadiyah Taman Puring Jakarta Selatan, RS Hermina Podomoro Jakarta Utara, dan RS Firdaus Jakarta Utara. Ustadz yang dokter itu menyelesaikan pendidikan S3 di Universitas Islam Negeri Jakarta dan S3 di Universitas Ibn Khaldun dengan predikat cum laude.
Sebelumnya, ia menyelesaikan pendidikan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia hingga berhak menyandang dokter spesialis paru. Dan tahun 2004 ia sempat mengikuti MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur'an) internasional di Makkah, Arab Saudi.
“Profesi tidak menghalangi seseorang untuk menjadi Ahli Qur’an. Sebab, menjadi penghafal Qur'an bukan hanya dominasi orang yang mondok di pesantren atau lulusan sekolah agama saja. Tetapi, apa pun profesi atau lulusan sekolah mana saja bisa menjadi penghafal Qur'an, asalkan memiliki semangat dan kesabaran yang tinggi," tuturnya.
Selain dokter, Ustadz Abul A'la Al Maududi juga berprofesi sebagai Dosen Sarjana di Fakultas Public Health dan Pasca Sarjana di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Di tengah kesibukan tersebut, ia juga menjadi pembina Sekolah Hafiz El-Fawaz, sekaligus Ketua Masjid Haji Muhammad Toha (HMT) Gunung Sindur, Bogor.
Di Masjid, orang mengenal beliau dengan sebutan Ustadz Dudi. Di rumah sakit, ia disapa dokter Abul. Sedangkan di kampus, para mahasiswa mengenalnya dengan panggilan Pak Dosen. Semua itu tak soal buat Ustadz Abul A'la Al Maududi. Yang penting, kita bisa mengajak banyak orang untuk lebih kenal agamanya.
"Saat ini orang-orang merasa asing dengan agamanya. Maka, kita-lah yang harus menjadi penggerak. Menjelaskan bahwa menghafal Qur'an bukan faktor penghambat bagi kehidupan seseorang, melainkan rahmat yang datang dari Allah,” ujarnya.
Hadirnya Ustadz Abul A'la yang Hafizh Qur'an sebagai imam, menjadi salah satu magnet tersendiri. Parkiran masjid yang luas penuh oleh kendaraan jamaah. Ruangan dalam masjid pun sesak oleh orang banyak. Anak-anak, orang dewasa, laki-laki maupun perempuan, hingga orang tua, semua memadati masjid.
Jamaah laki-laki menempati lokasi shalat di lantai dua. Sedangkan jamaah perempuan di lantai tiga dan anak-anak di lantai empat. Untuk anak-anak, ada imam solatnya sendiri.
“Hal ini dilakukan agar anak-anak tidak mengganggu saat orang tua dan orang dewasa sedang shalat,” kata sekretaris dan humas Masid Jami Al Hikmah, Arif Maulana.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!