Masyarakat Indonesia dan dunia sangat penting diberikan informasi tentang Palestina dan Masjidil Aqsa dengan landasan ilmu dan ilmiah. Demikian disampaikan Anggota DPR RI, Dr. Ahmad Heryawan, Lc, MSi, di acara “Konferensi Nasional dan Peluncuran Buku ‘Taufan Al-Aqsa’ karya Ustadz Fahmi Salim”, pada Jumat (31/1/2025). Acara yang digelar di Ruang Rapat Pleno MPR RI, Gedung Nusantara V, Kompleks DPR/MPR RI, Jakarta, itu diselenggarakan oleh Yayasan Persahabatan & Studi Peradaban (YPSP) berkolaborasi dengan Al-Fahmu Institute, dalam rangka merayakan Kemenangan Palestina, khususnya di Gaza.
“Masyarakat Indonesia dan dunia perlu diberi informasi yang lebih memadai tentang Palestina dan Masjidil Aqsa, supaya memahami dengan landasan ilmu, landasan ilmiah. Karena kalau landasannya ilmu dan ilmiah, itu pasti akan menghadirkan sikap yang benar. Pasti orang akan bersikap membela Palestina dan Masjidil Aqsa, apalagi jika dia seorang muslim,” tegas Ahmad Heryawan.
Selain Ahmad Heryawan, acara tersebut juga dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional serta perwakilan yayasan dan lembaga kemanusiaan. Di kesempatan itu, Ahmad Heryawan yang kerap disapa Aher itu lantas mengungkapkan bahwa membela Palestina tidak harus menjadi muslim.
“Karena untuk membela Palestina sejumlah orang mengatakan tidak harus muslim. Semua manusia yang punya pikiran dan fitrah lurus, pasti membela Palestina,” ucapnya.
Tentang buku “Taufan Al-Aqsa” karya Ustadz Fahmi Salim, Aher menyampaikan bahwa buku tersebut memberikan informasi tentang Palestina dari berbagai sudut pandang. “Buku ini hadir untuk memberikan informasi dari berbagai sudut pandang tentang Palestina, baik informasi yang berasal dari Al Qur’an dan sunnah, informasi yang berasal dari sejarah, serta informasi yang berasal dari beragam kejadian tentang Masjidil Aqsa dan Palestina,” ungkapnya.
Aher pun berharap, buku ini akan memberikan kesadaran masyarakat Internasional dalam membela bangsa Palestina. “Tentu harapannya adalah dengan kesadaran yang sangat kuat ada suara masyarakat Internasional yang semakin kokoh, semakin kuat, sepakat di mana-mana. Tidak hanya sepakat dalam hal pemahaman, kemudian kata-kata dan kalimat, tetapi (juga) dalam tindakan. Seluruhnya bersepakat untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Palestina dan tentu saja menjadikan Israel sebagai penjajah,” harap Aher.
Berkaitan dengan gencatan senjata saat ini, Aher menyampaikan bahwa ini merupakan momentum yang baik untuk kemanusian dan mengokohkan dukungan internasional dalam mencapai penghentian konflik secara permanen.
“Ini tentu momentum yang sangat baik untuk: Pertama, tentu untuk kemanusiaan, tukar-menukar tawanan. Yang kedua, pada saat yang sama masuk logistik bahan pangan di kawasan Gaza di Palestina. Dan yang ketiga, sekali lagi kita dorong agar ini sebagai momentum untuk menghadirkan penghentian konflik secara permanen, kemudian langsung ada diplomasi global, baik itu dilakukan oleh negara-negara maupun kumpulan-kumpulan negara, lembaga internasional PBB, ICC, dan beragam lembaga internasional, untuk mengukuhkan bahwa Israel adalah penjajah, yang kemudian Palestina punya hak untuk menikmati kemerdekaan di tanah Palestina sendiri,” jelasnya.
Aher juga menyampaikan bahwa saat ini DPR terus mendorong pemerintah Indonesia untuk menjadi pelopor dalam membela Palestina. “DPR terus mendorong (pemerintah) Indonesia untuk menjadi pelopor dalam membela Palestina. Kita punya sejarah, sejarahnya adalah bangsa yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia adalah bangsa Palestina,” tuturnya.
Jadi, menurut Aher, bangsa Indonesia memiliki hutang sejarah kepada bangsa Palestina. “Mufti Khusaini itu adalah seorang mufti (Palestina) yang pertama kali menganjurkan kepada bangsa-bangsa Arab untuk segera mendukung bangsa Indonesia atau kemerdekaan bangsa Indonesia. Itu hutang Sejarah,” tegasnya.
“Pada saat Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1995, juga ada pernyataan dalam Deklarasi Bandung untuk mendukung bangsa Palestina dan bangsa Palestina merdeka pada saat itu. Dan di antara peserta Konferensi Asia-Afrika yang hadir pada saat itu, yang belum mendapatkan kemerdekaan tinggal bangsa Palestina,” lanjutnya.
“Jadi, hutang untuk membantu kemerdekaan bangsa Palestina itu bukan saja hutang Indonesia, tetapi juga hutang bangsa-bangsa Asia-Afrika, khususnya bangsa-bangsa Asia-Afrika yang hadir di Bandung, baik langsung maupun tidak langsung kehadirannya,” pungkas Aher.
Buku “Taufan Al-Aqsa” yang ditulis oleh Ustadz Fahmi Salim merupakan karya kolaborasi antara Yayasan YPSP dengan Ustadz Dr. Fahmi Salim, founder Al-Fahmu Institute. Buku itu membahas tentang operasi Badai Al-Aqsa yang dilakukan oleh pasukan pejuang Hamas pada 7 Oktober 2023, perjuangan rakyat Palestina, serta pentingnya Baitul Maqdis sebagai tanah suci umat Islam.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!