Sepanjang konflik antara penjajah Israel dan pejuang Palestina, penjajah dan para pendukungnya dari sistem global yang tidak adil telah berupaya keras untuk mempertahankan superioritas. Perbedaan penjajah Zionis adalah kemampuan militer dengan persenjataan yang canggih, bahkan sangat canggih, dukungan finansial, serta dukungan keahlian dan kemampuan militer. Dengan perbedaan itu, mereka melakukan perampasan atas hak rakyat Palestina untuk membangun kekuasaan apa pun atau bahkan sekadar memberi mereka hak tinggal di atas tanah sendiri. Membuat rakyat Palestina harus membayarnya dengan melawan arogansi penjajah dan menghadapi segala bentuk agresi serta tindakan kriminalnya.
Kejujuran, keimanan, dan keteguhan hati rakyat Palestina selalu hadir dan tak pernah padam dari generasi ke generasi selama perjalanan panjang konflik dengan penjajah Israel. Bahkan front tempur masih terus menghadapi kendaraan lapis baja dan tentara musuh yang menumpanginya. Namun, perlawanan Palestina mencapai keberhasilan luar biasa dan secara nyata telah menghilangkan ilusi musuh atas klaim kemenangan mereka. Dan kendaraan baja yang digadang-gadang sebagai alat tempur paling canggih saat ini pun kini menjadi peti mati bagi tentara penjajah Israel menuju kematian yang tak terelakkan.
Dengan pecahnya Intifada Al-Aqsa di tahun 2000, penjajah Zionis mengarahkan kendaraan lapis baja mereka ke jantung kota, ke kamp-kamp pengungsian di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Pejuang ketika itu hanya memiliki senapan ringan yang tidak dapat menghadang derasnya peluru serta roket penjajah. Sehingga, pejuang harus memulai jalanan mereka dengan menghadapi tank-tank ini. Dan upaya pertama dilakukan dengan menggunakan alat peledak besar yang terkubur di jalur yang diperkirakan dilalui kendaraan lapis baja musuh.
Upaya itu pun mencapai keberhasilan. Namun, kesulitan dalam melakukan manuver dengan perangkat ini tetap menjadi dilema. Antara lain karena ukuran dan berat perangkat serta kebutuhan penggunaan bahan peledak yang besar. Sedangkan bahan tersebut juga sulit didapatkan pada saat itu. Belum lagi kebutuhan untuk menanamnya di tanah dalam kondisi yang aman pun sangat sulit. Harus dipastikan bahwa prosesnya tidak terdeteksi oleh musuh. Pengalaman panjang para pejuang akhirnya membuahkan pemikiran untuk mencoba mengembangkan senjata lain sesuai kemampuan yang tersedia.
Inti pertama
Tahun 2002, dunia menyaksikan upaya pertama pejuang Palestina memproduksi peluru anti lapis baja yang diberi nama Al-Banna dan Al-Battar. Namun, masalah penetrasi dan penghancuran tetap ada, mengingat musuh semakin baik dalam mengembangkan mekanisme perlindungannya dan menambahkan sistem pertahanan yang mutakhir pada mekanisme itu.
Baca juga: Hamas Tekankan Pertukaran Tawanan Hanya Mungkin Jika Israel Hentikan Agresi dan Tarik Pasukan dari Gaza
Brigade Al-Qassam melanjutkan upayanya. Tahun 2004, insinyur mereka berhasil memproduksi rudal dan peluncur Al-Yassin (P2) yang merupakan salinan peluncur buatan Rusia (P2-RPG). Para brigade mendapat senjata dan amunisi yang relatif berlimpah, namun belum dapat mengatasi masalah penetrasi dan penghancuran. Di tahun yang sama, senjata mulai mengalir ke Jalur Gaza kendati dalam jumlah yang sangat terbatas. Peluncur P7-RPG Rusia memiliki harga yang sangat tinggi untuk peluncur dan rudalnya, ditambah proses pasokan melalui tahapan yang rumit dan sulit untuk melewati banyaknya hambatan.
Perkembangan kinerja Brigade Al-Qassam membuat brigade-brigade itu berupaya membagi pasukannya menjadi beberapa spesialisasi. Spesialis anti-armor menjadi salah satu bagian yang paling menonjol dan penting. Dari Jalur Gaza, tahun 2005 pasukan penjajah Zionis melakukan penyisiran atas wilayah-wilayah jajahan. Hal itu membuat situasi pasokan membaik. Hal itu tercermin dari berkembangnya kemampuan perlawanan Palestina, khususnya Brigade Al-Qassam.
Tahun 2007 menjadi saksi masuknya sejumlah senjata dalam jumlah besar ke Jalur Gaza. Termasuk P7-RPG. Hal itu menyebabkan penarikan perangkat peluncur Yassin. Jenis senjata anti-lapis baja berpemandu dan jarak jauh lain juga masuk ke dalam Jalur Gaza, semisal Fagot, Cornet, Concourse, dan lain-lain. Guna persiapan dan pelatihan, brigade ini mampu melatih sejumlah mujahidin tentang senjata-senjata di luar Palestina. Maka, spesialisasi anti-armor Al-Qassam diperkuat dengan keahlian dan peralatan.
Lompatan kuantum
Ada Pelajaran dari pertempuran di Gaza tahun 2014. Hasil rekomendasinya adalah upaya memproduksi senjata anti-armor yang efektif terhadap kendaraan musuh dan kendaraan lapis baja semisal Merkava 4, tanker Tiger, buldoser berbenteng D9, dan kendaraan lapis baja lainnya. Mulailah implementasi rekomendasi tersebut oleh tim penelitian dan pengembangan yang terdiri dari insinyur dan kader. Departemen manufaktur militer Brigade Al-Qassam bekerja dengan tekun dan mempersiapkan penelitian tentang kemungkinan untuk mencapai hal ini. Sejak saat itu, mereka menekankan pada ketelitian yang tinggi dalam pengukuran, penggunaan bahan baku, dan paduannya.
Upaya tulus dipadu kreativitas pikiran cemerlang serta kemauan menantang hal yang mustahil itu pun berbuah manis. Puluhan upaya dan eksperimen dari tahun 2015 sampai 2017 membuahkan karya dengan mulai diproduksinya anti-armor Rudal Al-Yassin 105, rudal anti-benteng dan anti-personel Al-Yassin pada 2018. Hal ini merupakan inovasi brilian dari para insinyur Al-Qassam. Inovasi brilian yang tercermin dari awal hingga penyelesaian dan keberhasilan proyektil tersebut dengan kekuatan peluncurannya, momentumnya, capaiannya dalam mengenai target, dan kemampuannya menembus kendaraan lapis baja pada jarak berkisar antara 60-100 cm dari badan tank dan kendaraan lapis baja lainnya.
Sejalan dengan perkembangan industrialisasi militer ini, brigade-brigade tersebut bekerja keras melatih penembak jitu lapis baja untuk menghadapi mekanisme tentara penjajah Israel. Cara ini mencakup studi ekstensif tentang tank Merkava serta mekanisme tentara penjajah dengan mengidentifikasi titik lemahnya dan membangun model yang mensimulasikan mekanisme tersebut dengan sangat akurat. Baik dari segi ukuran maupun bentuknya. Juga merancang simulator penembakan untuk melatih mujahidin dalam jenis penembakan tetap, bergerak, dekat dan jauh, serta pelatihan manuver dengan senjata anti-armor di lapangan. Hal ini melengkapi tahapan penting dalam pengembangan peralatan dan persiapan di jajaran Brigade Al-Qassam, yang merangkum kesiapan Brigade Al-Qassam dalam memerangi baju besi dan benteng musuh.
Baca juga: Demonstran Israel Tuntut Pecat Netanyahu
Al-Yassin 105 dan Badai Al-Aqsha
Dengan pecahnya pertempuran Badai Al-Aqsa tanggal 7 Oktober 2023, brigade-brigade tersebut mengumumkan mulainya penggunaan rudal anti-armor Al-Yassin 105, anti-benteng, dan anti-personel Al-Yassin 105 (TBG), lalu memberikan ancaman terhadap musuh bahwa senjata ini akan punya peran efektif dalam memusnahkan mimpi dan menghancurkan mekanisme musuh di perang darat. Di sinilah peluru Al-Yassin 105 menjadi ikon yang menonjol dan penting dalam pertempuran Badai Al-Aqsha.
Sejak hari pertama Badai Al-Aqsha dan selama operasi penyeberangan besar, Mujahidin Al-Qassam menggunakan rudal itu. Namanya pun muncul dengan dimulainya pertempuran darat. Apalagi muncul pula berita berturut-turut tentang keberhasilan pejuang Al-Qassam melawan kendaraan lapis baja dan pasukan elit Zionis. Kendaraan lapis baja dan tank musuh, terutama “Merkvah 4 BAZ” yang selalu dipuji oleh penjajah Zionis sebagai kendaraan tempur yang paling kuat dan canggih pun luluh lantak. Padahal, biaya produksi satu tank bisa mencapai sekitar 6 juta dolar, dibagi menjadi 3 juta untuk badan dan pelindung tank, 1 juta untuk sistem meriam, dan 2 juta untuk perangkat dan sistem lainnya yang dipasang pada tank ini. Sebaliknya, biaya produksi satu peluru Al-Yassin tak lebih dari 105 hingga 500 dolar.
Semangat Mujahidin Palestina untuk berperang dan semangat syahid yang tetap kuat pun jelas terlihat di medan perang. Mujahidin berhasil menuju konsentrasi musuh meskipun terjadi pemboman udara yang kejam dan gila-gilaan. Puluhan cuplikan video pun ditampilkan untuk mendokumentasikan pertempuran heroik para Mujahidin. Mujahidin menyerang benteng mereka, merusak atau menghancurkannya, membunuh serta melukai tentara musuh, dan tak ketinggalan tentara bayaran musuh pun habis tak terelakkan.
Di dalam penghitungan yang dipublikasikan pertama kali, Mujahidin Al-Qassam mampu merusak dan menghancurkan lebih dari 1.108 kendaraan, termasuk 962 tank, 55 pengangkut pasukan, 74 buldoser, 3 ekskavator, dan 14 jip militer. Selama Badai Al-Aqsha, mereka telah mengakibatkan terbunuh dan terlukanya sejumlah perwira tinggi, tentara, dan tentara bayaran di dalam tank dan kendaraan di mana sejumlah tentara dibakar. Beberapa dari mereka terbunuh setelah pesawat menghancurkan kendaraan mereka karena ketidak mampuan pasukan penyelamat menarik mereka keluar.
Pertempuran heroik dan keterlibatan langsung Mujahidin Al-Qassam telah menghasilkan alat-alat tempur berkualitas dari tempat yang terkepung selama lebih dari 16 tahun. Hal ini tak lepas dari pertolongan Allah ﷻ yang hadir menyertai perjuangan, untuk menulis prestasi pada halaman jihad dan perlawanan dalam sejarah rakyat Palestina.
(Sumber: Al-Qassam)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!