Api Cinta (Episode 2)
Besok libur akhir pekan. Saat paling nikmat bisa ketemu dengan kawan-kawan. Feri salah satunya. Kawanku yang lumayan akrab karena pernah satu divisi di tempatku bekerja sebelum akhirnya dia pindah kerjaan meski masih di kota yang sama. Malam ini dia menghubungiku untuk sekadar ngopi dan ngobrol apa saja, kadang tentang kerjaan, masa depan, dan lain sebagainya.
Orangnya supel dan suka tantangan. Tapi juga nakal. Aku bisa katakan itu karena aku banyak mendengar dari mulutnya tentang cerita kenakalannya, bahkan kebejatannya. Ya, dia sering cerita tentang hobinya nonton film porno, dan bahkan dia sudah beberapa kali main sama pelacur via internet.
Kadang aku mendengarkan ceritanya sambil beristighfar dalam hati. Sejak aku kenal dengan komunitas pengajian waktu aku kuliah dulu dan hingga kini pun bisa dibilang aku masih terhitung sebagai anak ngaji, maka cerita-cerita bejatnya Feri ini sangat asing bagiku.
Tapi anehnya kadang secara tiba-tiba ada sambutan dalam hatiku, berupa imajinasi-imajinasi nakal tentang film porno dan hubungan suami-istri dengan wanita nakal sewaan. Bagaimana pun juga posisiku di perusahaan tempat kubekerja sangat strategis dan lumayan berkelas dipandang orang. Lulusan teknik arsitektur dan kini ilmu tersebut melambungkan karirku.
Baca Juga : Api Cinta (Episode 1)
Gajiku yang lumayan besar mengingat usiaku yang masih muda, 24 tahun, belum menikah, rumah kost sendiri, kendaraan mobil disediakan perusahaan, orangtua di Pekalongan pun dari kalangan berada hingga tak sepeser pun membutuhkan kiriman uang dari anak-anaknya. Hidupku bebas ke mana-mana karena banyak waktu luang jika libur kerja. Hanya saja aku memang sejak kuliah sudah aktif masuk komunitas kajian, dan sepekan sekali memang ada kajian rutin yang harus aku ikuti.
"Fer, lu gak ada perasaan apa gitu pas habis ngelakuin begitu?"
Iseng kutanya Feri, tapi dengan tetap tertawa, agar tidak terkesan mau menyelidiki. Padahal jujur dalam hatiku ada sambutan untuk tahu lebih jauh tentang dunia nakalnya si Feri. Bahkan sengaja sudah aku persiapkan beberapa pertanyaan lain buat menghimpun segala informasi tentang dunianya.
Makin banyak bergaul dengan Feri ternyata menimbulkan rasa sensasi baru di dalam hatiku tentang dunia seks. Apalagi sejak lama aku dengar bahwa banyak perusahaan semacam tempat kubekerja yang sering kedatangan tamu sales asuransi. Tamu-tamu wanita cantik dengan dandanan bak artis menawarkan asuransi mulai dari asuransi jiwa, kendaraan, pendidikan, dan lain-lain.
Dan tamu-tamu tersebut sangat mewah, tidak hanya dandanannya tapi juga kendaraannya. Dan sebagian informasi yang aku dengar ternyata aksi penawaran asuransi tamu-tamu tersebut seringkali sukses karena mereka memberi "bonus" kepada nasabahnya.
“Wow.... pantaslah”, terbesit dalam benakku....
"Lu nanya begitu karena lu belum pernah nyobain, Jim."
Itu balas Feri sambil pecah ketawanya.
"Sialan, lu… hahaha....”
Jawabku sambil juga tertawa dan dalam hati ada sedikit pembenaran.
"Nih gue kasih tau aplikasinya."
Tiba-tiba Feri memperlihatkan layar ponselnya kepadaku tentang sebuah aplikasi. Sejenak kemudian dia sudah asyik memperkenalkan berbagai macam fiturnya dalam aplikasi.
"Lu dah kayak mekelar aja, Bro… Hahaha...”
"Ya, gitulah..... Beti, beti, beda tipis."
Berdua kami tertawa lepas. Hilang sudah wibawaku sebagai anak ngaji saat tertawa bersama Feri. Aku sebenarnya sadar, tapi segera perasaan tersebut kutepis. Toh kawan-kawan ngajiku nggak ada, ini. Yang pasti, satu info tentang dunia nakal sudah aku kantongi. Dan sepertinya itu sudah sangat cukup, tidak perlu lagi bertanya lebih lanjut untuk saat ini.
Sambutan dalam hatiku pun makin bergelora seakan pingin cepat-cepat menyendiri lalu membuka aplikasi yang ditunjukkan oleh Feri tadi.
Singkat cerita, dari pertemuan di Urbant Kopi itulah, akhirnya aku mulai akrab dengan situs-situs porno. Tanpa sadar hal itu sudah menjadi candu.