"Mas... Mas ngga "maen" diluar, kan..?"
Dhuaaaarrr...
Bagai tersambar petir telinga ini demi mendengar pertanyaan istriku. Dadaku kencang berdegup. Sejenak aku tak berani menoleh sedikit pun ke arah wajah istriku. Ya Allah apakah istriku sudah tahu perbuatanku? Kenapa tiba-tiba ia bertanya seperti itu? Darimana ia bisa tahu? Andai pun tahu, siapa yang memberitahunya?
Bertubi-tubi pertanyaan-pertanyaan itu datang silih berganti dalam pikiranku yang mendadak kalut. Aku benar-benar tidak menyangka bila saat yang paling aku takutkan dalam hidupku nyatanya kini telah tiba. Menghentak, menghantam, dan menghunjam jiwa, raga, dan pikiranku.
Duhai Allah.... Apakah kini saatnya.....
"Mas..... Mas… ?"
"Adek… maksudnya apa kok tanyanya begitu?”
Sebisa mungkin kutampakkan mukaku penuh keheranan dengan pertanyaan istriku meski hati ini masih terasa berdebar takut.
Ternyata istriku hanya diam. Tampak sekali ada rasa sesal bertanya seperti itu kepadaku. Atau mungkin justru makin takut bila apa yang ia kuatirkan ternyata benar adanya.
Saat-saat berikutnya hubungan rumah tanggaku perlahan mulai kaku. Hari berganti hari, sepekan, dua pekan, hingga jelang satu bulan kemudian terjadilah peristiwa berat itu saat tiba-tiba kubaca pesan singkat di layar ponselku,
"Jimi, besok kamu harus ke Semarang ya. Penting!!!"
Allahu Akbar....
Gemetar tanganku memegang ponselku sendiri. Bagaimana ini ya Allah..? Apa beliau juga akhirnya tahu perbuatanku? Lalu apa yang akan kukatakan bila beliau sendiri yang bertanya? Sepertinya sudah tak mungkin lagi aku sembunyikan perbuatan bejatku. Aku hanya bisa duduk lemas di bangku kerjaku sore ini.
Tak kusangka pesan whatapp tersebut dari mertuaku…
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!
