“Maksud Pak Ebo apa?” kejar kawan saya.
“Saya tobatnya baru bisa dua doang, mas...”
Jawaban Pak Ebo masih menggantung. Semakin membuat kawan saya didera rasa penasaran yang amat kuat. Kok ada orang yang katanya sudah bertobat tapi cuma dari sebagian dosanya saja, sedang dosa lainnya tidak bisa?
Kawan saya masih duduk mematung, menanti penjelasan tuntas dari mulut Pak Ebo. Ia tegaskan pandangan matanya ke wajah Pak Ebo. Hendak mencari tahu, kalau-kalau Pak Ebo keberatan menyampaikan aib-aibnya.
Kawan saya pun sebenarnya tak memaksa ingin tahu dosanya. Kalau Pak Ebo menjelaskan, maka ia akan mendengarkan. Tapi jika pun Pak Ebo tidak ingin menjawab, maka ia akan diam. Toh yang pertama mulai mengajak bicara berdua adalah Pak Ebo, maka terserah Pak Ebo saja, mau bicara tentang apa pun atau tidak sama sekali.
Tapi anehnya, sikap dan muka Pak Ebo sangat tenang dan datar saja. Seakan sedari tadi bicara tentang dosa-dosa besarnya sama sekali tak mengusik jiwanya. Pendeknya, Pak Ebo seakan tak merasa ada hantaman dosa. Inilah yang teramat aneh.
****
“Gila, ya..!”
Spontan saya menggumam pelan, sedetik setelah mendengar lanjutan cerita kawan saya tentang Pak Ebo.
“Saya aja kaget, loh… Tahu, nggak? Apa alasan dia kenapa selalu mengejar awal waktu shalat? Karena dia pingin mendapati waktu mustajab dalam berdoa di antara azan dan iqomah. Dan dia selalu di shaf pertama dan sebelah kanan imam.”
Baca juga: Api Syahwat (Episode 1): Awal Kisah Durjana
Kembali kawan saya menyampaikan kekagumannya saat pertama kali berkenalan dengan Pak Ebo.
Sebenarnya saya tidaklah begitu kaget saat mendengarkan cerita Pak Ebo dari mulut kawan saya. Justru pikiran saya mulai sangat sibuk memecahkan misteri tobat Pak Ebo yang janggal.
“Sangatlah aneh bin Ajaib,” gumam batin saya.
Kalau orang terjatuh lagi pada dosa karena khilaf setelah ia bertobat, maka itu masih bisa diterima. Apalagi memang Rasulullah ﷺ pernah menceritakan kisah orang zaman dulu yang pernah terjatuh lagi pada dosa berkali-kali.
Kata beliau,
“Bahwa ada seorang hamba berbuat dosa lalu berkata… ‘Wahai, Tuhanku. Aku telah berbuat dosa, maka ampunkanlah hamba’.”
Lalu Allah menjawab,
“Apakah hamba-Ku ini tahu bahwa ia punya Rabb yang senantiasa mengampuni dosa dan menghapusnya? Aku telah ampuni dosanya.”
Selang beberapa waktu kemudian ia kembali terjatuh pada perbuatan dosanya, lalu berkata, “Wahai, Tuhanku. Aku telah berbuat dosa, maka ampunkanlah hamba.”
Lalu Allah menjawab, “Apakah hamba-Ku ini tahu bahwa ia punya Rabb yang senantiasa mengampuni dosa dan menghapusnya? Aku telah ampuni dosanya.”
Selang beberapa waktu kemudian, ia kembali terjatuh pada perbuatan dosanya, lalu berkata, “Wahai, Tuhanku. Aku telah berbuat dosa, maka ampunkanlah hamba.”
Lalu Allah menjawab, “Apakah hamba-Ku ini tahu bahwa ia punya Rabb yang senantiasa mengampuni dosa dan menghapusnya? Aku telah ampuni dosanya tiga kali, maka silakan melakukan apa saja.” -- HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a.
Tapi aneh untuk kisah Pak Ebo ini. Di satu sisi, ia bisa menampakkan sosok lelaki baik, taat dan disiplin menjaga waktu shalat, tapi di sisi lain masih bisa menjadi sosok lelaki brengsek dan bejat.
****
“Halo, manis...”
Itu sapa ramah Pak Ebo dihiasi senyum akrab menawan kepada seorang gadis cantik sales mobil di sebuah Mall besar di Kota Surabaya.
Sapaan Pak Ebo pun langsung mendapatkan sambutan hangat. Lalu dengan gesitnya si gadis sales tadi menyalami Pak Ebo, tak lupa dengan membalas senyum manis mengembang, juga gerak tubuh genit menggoda.
“Bisa saya bantu, Bapak?”
“Kenalin dulu dong namanya, Neng…” potong Pak Ebo.
Kepiawaian Pak Ebo dalam membuka percakapan pun dimulai. Dan tak lama, keduanya sudah terlibat dalam obrolan hangat, renyah, dan sesekali menyerempet bahaya.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!