“Astaghfirullah...! Masa' iya semudah itu dia ngerjain wanita? Memang tampan banget kali orangnya? Apa gimana?” tanya saya penasaran.
“Nggak juga. Malah biasa aja tampangnya,” jawab kawan saya.
“Duitnya kenceng, kali?”
“Nah, itu sempet saya tanyakan juga ke Pak Ebo, dan ternyata bukan karena duit. Dia bilang: ‘Ya nggak tau juga, sih, Mas. Pokoknya mereka suka aja sama saya. Ya udah, mau apa saya?’"
“Jadi, habis shalat dia panjang lebar bercerita tentang petualangan bejatnya itu?
Najis bener, deh... Shalat diawali dengan mengejar-ngejar waktu di awal… eh... di akhir dia tutup dengan membongkar aib sendiri.
“Itu, dia cerita begitu nyantai aja, ya?” tanya saya lagi.
“Iya, santai… Biasa aja... Malah di akhir cerita dia bilang ke saya… ‘Mas, tapi jangan cerita-cerita, ya… Ini saya cerita cuma ke Mas doang’.”
****
“Terus, istri Bapak bagaimana?” tanya kawan saya kepada Pak Ebo.
“Ngga ada apa-apa, Mas.”
Jawaban santai Pak Ebo itu sebenarnya sangat mengusik hati kawan saya. Bagaimana mungkin ada kehidupan rumah tangga suami-istri model begini? Petualangan panjang yang sangat bejat dan berbahaya bagi kehidupan rumah tangganya seakan tak sedikit pun berdampak.
Baca juga: Api Syahwat (Episode 2): Silakan Melakukan Apa Saja
Atau mungkin Pak Ebo sengaja menyembunyikan apa yang sebenarnya sudah terjadi kepada keluarganya akibat petualangan bejatnya?
“Dulu, saya sebelum main sama istri-istri orang, saya mainnya ke Dolly, Mas.”
“Bapak sekarang main sama istri-istri orang?”
Kaget setengah mati kawan saya mendengar penuturan Pak Ebo barusan. Ibarat tersambar petir, kaget lalu bengong, demi mendengar sesuatu hal yang teramat aneh dalam hidupnya.
“Ya, kan sudah saya bilang tadi, saya juga nggak ngerti… Mereka suka aja sama saya,” jelas Pak Ebo.
“Terus bapak sendiri bagaimana?” kejar lagi sama kawan saya.
“Itulah, Mas. Saya nggak bisa nolak kalau urusan yang itu.”
Tapi alasan Pak Ebo ini ngawur. Jelas-jelas ngawur. Alasan apa itu? Masa' iya mau berzina hanya karena alasan nggak bisa menolak rayuan istri orang?
****
“Oh, iya. Aku lupa… Maaf, ya pak... Namaku Tantri.”
“Pasti ada nama lengkapnya, dong... Masa’ gadis cantik kaya gini namanya pendek amat? … Tantri. Nama lengkapnya pasti Dewi Tantri, kan?” timpal Pak Ebo.
Tantri terkejut. Seraya memasang wajah berbinar, dia bertanya,
“Oh, kok Bapak bisa tahu?”
Tidak menyangka lelaki yang ada di hadapannya itu bisa tahu nama lengkapnya. Wah, mudah-mudahan kali ini rezekinya mendapatkan konsumen pembeli mobil. Gerak tubuh seksinya mulai secara otomatis menampakkan sikap antusias. Bagaimana pun juga caranya menawarkan produk mobil akan ia kerahkan. Kalau perlu, sambil sesekali merayu dan menggoda agar Pak Ebo bisa membeli mobil yang ia tawarkan. Dan bulan ini bonus besar sebagai sales mobil handal akan mengalir ke rekeningnya.
“Bapak, mari silakan saya jelaskan tentang keunggulan mobil ini. Ada banyak fitur baru dan canggih, loh, Pak.”
Tantri segera melancarkan serangan maut jurus pembuka perangkap konsumen.
“Ok... Tapi bentar dulu…” Pak Ebo sengaja berpura-pura mengamati mobil berwarna putih di depannya itu.
Baca juga: Api Syahwat (Episode 1): Awal Kisah Durjana
“Cantik sekali mobil ini, persis kaya kamu,” goda Pak Ebo.
Serangan berbalas serangan. Hanya saja di balik serangan Pak Ebo itu tersimpan racun maut penakluk wanita.
Tiba-tiba dia rasakan ada satu getaran untuk menikmati tubuh Tantri. Lalu setan dan hawa nafsunya pun bersahut-sahutan. Saling menguatkan. Saling mendukung. Frekuensi sudah menguat dan saling menyambung.
“Boleh, dong, nanti saya ajak Tantri makan malam? Kan bisa sekalian pulang. Gimana?”
Pak Ebo makin tertantang. Bertualang dengan wanita memang asyik dan menggairahkan. Dirinya semakin termotivasi. “Kalau bisa, kenapa nggak?” pikirnya dalam hati.
Begitulah kuatnya dukungan setan kepada hati yang hampa.
****
“Terus, akhirnya sales mobil itu…?”
“Ya, disikat juga!” tegas kawan saya.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!