“Apa yang kita makan akan mempengaruhi perbuatan kita. Itu yang pasti.”
“Tidak bisanya kita berbuat kebaikan, atau paling nggak, susah dan beratnya kita berbuat baik adalah karena anggota badan kita nggak support. Sel-selnya, jaringan-jaringan syarafnya, darah dagingnya, dan sebagainya tumbuh dari makanan haram, jadi mana mungkin tubuh hasil memakan makanan yang haram lalu men-support kita buat melakukan amal ibadah dan kebaikan? Mustahil! Yang ada, justru memberikan support untuk berbuat dosa dan maksiat.”
“Iya, ya... berarti karena makan dari korupsi uang proyeknya itulah yang bikin dia susah tobat.”
“Nah, itu. Sebagaimana dalam ayat 51 surah al-mukminun. Ada perintah memakan yang baik-baik dan melakukan amal soleh. Keduanya digandeng karena saling berhubungan. Hubungan keduanya memberikan isyarat bahwa orang nggak bisa atau berat beramal soleh kalau makanannya tidak baik.”
****
“Maaf, Pak... Masak Bapak sedikit pun nggak coba bagaimana caranya biar bisa menghindar, gitu..?”
Kawan saya masih mencoba menasihati Pak Ebo. Ia berharap, siapa tahu ada sedikit tekad yang muncul untuk menjauhi perbuatan zinanya.
“Terus terang, Mas. Saya susah menolak kalau mereka yang ngajak,” jawab Pak Ebo.
Masih seperti tadi, jawaban Pak Ebo sangat tidak masuk akal.
“Atau gini aja, Pak...”
Kawan saya mencoba memberikan sedikit solusi, meski solusi yang juga buruk, tetapi paling tidak, jauh lebih buruk jika tetap berzina.
“Coba Pak Ebo onani saja kalau mereka menghubungi Pak Ebo. Kan mudah-mudahan syahwat Pak Ebo sudah hilang. Jadinya lebih mudah buat menghindar.”
Baca juga: Api Syahwat (Episode 4): Mimpi Sakaratul Maut Bikin Tobat
“Percuma, Mas. Setengah jam sehabis onani juga saya masih bisa lagi.”
“Astaghfirullah...! Jadi Pak Ebo akan terus berzina?”
“Ya mau gimana lagi, Mas?”
****
“Nah, gini... Ternyata Pak Ebo itu sekarang bermainnya sama beberapa wanita yang semua statusnya bersuami. Bahkan beberapanya adalah guru sekolah agama. Kok bisa, ya? Berarti nggak ada jaminan ya, walaupun guru sekolah agama, juga pastinya mereka pakai jilbab, dan lain-lain.”
Saya masih mendengarkan semua cerita Pak Ebo dari mulut kawan saya itu. Dia merasa heran, ada kasus seperti Pak Ebo dan wanita-wanita bersuami yang ternyata juga sama berbuat zina.
“Memang kita nggak bakalan bisa melihat dan menerima kejadian seperti ini hanya dari kacamata dan akal kita sebagai manusia. Meskipun kita juga seorang muslim sekalipun. Karena, ada beberapa hal yang sudah Allah gariskan dalam takdirnya dan ia berjalan di luar akal dan perkiraan kita. Makanya, mau tidak mau kita harus tengok wahyu. Apakah ada wahyu yang membahas masalah seperti ini? Dan ternyata ada, kan..?”
Ya, kasus wanita-wanita bersuami yang rela “bermain” menunjukkan kebejatan zina tak hanya dilakukan oleh wanita yang secara lahiriahnya memang rusak, tetapi ternyata juga dilakukan oleh wanita-wanita bersuami yang bahkan di dalam kesehariannya juga akrab dengan atribut agama. Hampir sebagian besar masyarakat berpikir, itu mustahil. Tak mungkin wanita-wanita yang secara lahiriah akrab dengan atribut agama bisa melakukan perbuatan bejat seperti itu. Tetapi kita tak mungkin menghindar dari garis takdir yang sudah Allah tentukan, bahwa salah satu tanda hari kiamat adalah maraknya zina, dan Rasulullah ﷺ tak menyebutkan ciri. Beliau berbicara umum, sehingga perbuatan bejat ini bisa menimpa siapa saja kecuali yang Allah selamatkan. Adapun motifnya apa bisa macam-macam, dan tak mungkin kita bisa mengetahui secara rinci.
“Yang pasti, saat ancaman dosa makin berat, maka itu bukti bahwa perbuatan maksiat tersebut juga berat. Makanya pezina yang sudah punya suami atau istri hukumannya rajam sampai mati. Dan Rasulullah ﷺ pun mengancam lelaki yang menzinai istri tetangganya dengan ancaman dosa yang berlipat.”
“Tetapi beneran, deh. Rasanya saya masih berpikir nggak mungkin kalau ada perempuan-perempuan bersuami yang main begitu di belakang suaminya. Apalagi sampai mereka sendiri yang ngajak buat zina. Aneh banget rasanya!”
Baca juga: Api Syahwat (Episode 3): Tak Tahan Rayuan Istri Orang
Kawan saya masih menyimpan sangsi. Ia masih mencoba-coba untuk menutup semua celah kemungkinan adanya perempuan bersuami yang rela mengajak lelaki lain buat berzina. Seakan-akan yang lumrah terjadi adalah lelaki brengsek yang menggoda dan merayu lalu mengajak perempuan yang sudah bersuami untuk berzina. Seakan kelumrahan itulah yang pada akhirnya membuat Rasulullah saw mengeluarkan larangan lelaki melakukan “takhbib”, yaitu merayu dan menggoda istri orang. Tetapi kalau perempuan bersuami yang ambil inisiatif untuk mengajak zina suami orang? Itu sangat-sangat aneh.
“Loh, jangan salah!.... Coba baca peringatan Rasulullah ﷺ akan dosa besar bagi pelaku tuduhan berzina kepada wanita muslimah. Di dalam hadits beliau menggunakan ungkapan ‘wa qozful muhshonaatil mukminaatil ghoofilaat’, menuduh berzina kepada perempuan beriman yang menjaga kesucian dirinya dan tak pernah berpikir untuk melakukan dosa keji zina. Berarti kan ada kemungkinan perempuan meskipun dia beriman tetapi tak menjaga kesucian dirinya dan juga ada pikiran-pikiran nakal untuk berzina.”
“Astaghfirullah!.... Ngeri juga kalau begitu,” kawan saya sepertinya mulai paham dan mengerti.
“Iya, makanya sedari awal sekali, Rasulullah ﷺ sudah mewanti-wanti kita tentang bahaya zina. Bahwa Allah sudah menetapkan bagi anak cucu Adam akan bagian dosa zinanya masing-masing, pasti melakukannya. Dan tak bisa ia mengelak darinya. Maka, ada yang jatuh pada zina mata, zina hidung, zona telinga, zina tangan, zina kaki, zina hati, dan yang dosanya besar dan paling keji adalah zina kemaluan.”
“Jadi gimana lagi saya menasihati Pak Ebo ini?”
“Ya, bagaimanapun juga, yang penting nasihat dan peringatan sudah disampaikan. Semua kini terserah dia. Mau menerima atau tidak. Dan yang lebih utama adalah, hanya Allah yang bisa memberi dia hidayah dan petunjuk.”
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!